Selesai berbicara, Juanita sontak tertawa terbahak-bahak. Semua orang pun termangu melihatnya, juga menatapnya dengan sorot mata tidak percaya.Mereka tahu bahwa Juanita ingin menjadi istri Tommy karena tergiur dengan aset Keluarga Ador. Akan tetapi, mereka tidak menduga bahwa wanita ini akan melibatkan anak dalam hal seperti ini.Adam memicingkan matanya, tidak percaya masalah ini begitu sederhana. Dia pun berkata, "Jika kamu ingin menipuku dengan cara seperti ini, harus kuakui caramu terlalu rendahan."Juanita mendongak sambil tergelak, lalu membalas, "Aku sudah pernah melahirkan, tapi bisa membuat Tommy takluk padaku. Kamu rasa, apa lagi yang nggak bisa kulakukan?"Adam adalah orang yang cerdas. Dia mengamati Juanita karena meragukan ucapannya. Ketika melihat Adam tidak percaya, Juanita menambahkan, "Kalau nggak percaya, silakan ambil cairan ketuban untuk memeriksanya."Melihat Juanita berbicara dengan begitu percaya diri dan tidak seperti orang yang sedang berbohong, raut wajah Ada
Tommy cepat atau lambat akan mengetahui semuanya. Itu sebabnya, Adam tidak menyembunyikan apa pun darinya, melainkan menjawab dengan jujur, "Nggak usah dicari lagi, dia sudah pergi."Ekspresi Tommy seketika menjadi suram. Kalau Adam bukan kakeknya, dia pasti sudah menampar pria ini saking geramnya.Meskipun Tommy berusaha keras menahan emosinya, amarah tetap berkecamuk dalam hatinya. Jadi, dia berteriak dengan lantang, "Apa yang kamu lakukan padanya?"Melihat Tommy yang bersikap begitu tidak sopan padanya, ekspresi Adam juga menjadi masam. Jelas-jelas Tommy adalah cucunya, tetapi malah berani berteriak seperti ini. Kalau orang luar tahu, Keluarga Ador yang akan malu."Tommy, kamu harus tahu posisimu," ujar Adam sambil menatap Tommy dengan tatapan suram."Posisiku?" Tommy terkekeh-kekeh, lalu meneruskan, "Aku tahu jelas posisiku. Aku pemimpin Keluarga Ador, 'kan?"Mendengar ini, ekspresi Adam pun membeku. Dia memberikan posisi ini kepada Tommy bukan untuk melihatnya menyombongkan diri s
Begitu melihat Serafina pergi, Juanita seakan-akan kehilangan seluruh tenaganya. Dia pun terduduk lemas di lantai."Mama, kenapa kita harus tinggal di sini? Kita nggak boleh keluar lagi, ya?" tanya Jingga yang duduk di samping Juanita sambil menatapnya dengan bingung.Juanita tidak tahu harus merangkai kebohongan seperti apa agar Jingga tidak merasa sedih. Akhirnya, dia menepuk-nepuk kepala anaknya sembari menjawab, "Ingga, kita hanya perlu tinggal di sini untuk sementara waktu. Setelah itu, kita sudah boleh pergi."Jingga mencemberutkan bibirnya sedikit. Jelas, dia tidak memercayai perkataan Juanita. Lagi pula, dia mendengar semua perkataan Serafina barusan.Jingga awalnya cukup menyukai Serafina, tetapi wanita ini ternyata begitu jahat. Jingga masih kurang paham dengan dunia orang dewasa. Dia tidak mengerti mengapa tantenya yang terlihat lembut malah tidak menyukai ibunya.Hal ini membuat Jingga merasa agak tertekan. Dia pun menyesal karena sudah bersikap begitu ramah pada Serafina s
Keesokan harinya, pernikahan antara Keluarga Ador dengan Keluarga Saloza diberitakan oleh media secara heboh.Keluarga Saloza termasuk keluarga kaya yang terkemuka di Kota Andara. Pernikahan kedua keluarga ini bahkan lebih menarik perhatian daripada pemberitaan tentang para selebritas.Banyak wanita yang menyayangkannya karena bujang berkelas seperti Tommy akhirnya akan menikah. Akan tetapi, sebagian besar orang mendoakan kebahagiaan mereka. Bagaimanapun, keduanya sama-sama berasal dari keluarga kaya dan terlihat serasi. Apalagi, selain Tanya, tidak ada wanita yang cocok untuk Tommy lagi.Banyak media yang mendatangi kediaman Keluarga Ador untuk meliput berita. Mereka ingin mencari tahu apa yang dilakukan oleh mempelai pria ini.Biasanya, Keluarga Ador sangat ahli dalam menjaga privasi. Namun, demi mengumumkan pernikahan ini kepada dunia, Adam sengaja berpura-pura bodoh. Dia membiarkan para reporter ini mendapatkan petunjuk supaya ada pemberitaan besar-besaran.Media tentu memahami mak
Serafina mengangguk mendengar ucapan kakeknya. Saat berikutnya, Adam tiba-tiba menambahkan, "Aku nggak ingin wanita itu menjadi penghalang Tommy."Serafina bisa memahami maksud Adam sehingga membalas, "Aku mengerti, Kakek."Saat ini, Tanya datang ke kediaman Keluarga Ador. Dia sudah bisa keluar masuk sesuka hati. Selama dia datang, para pelayan akan menyapanya dengan hormat.Dengan begitu, Tanya sudah seperti nyonya baru di rumah ini. Karena pernikahan ini, dia juga menjadi makin sering datang."Kakek," panggil Tanya dengan patuh saat melihat Adam yang duduk di sofa. Begitu masuk, dia sudah mendengar Adam dan Serafina membahas tentang Juanita. Dia pun menguping pembicaraan mereka.Sebenarnya, Tanya juga terus melacak lokasi Juanita selama beberapa hari ini. Meskipun Juanita telah pergi, Tanya tetap merasa gelisah jika tidak mengetahui apa yang dilakukan wanita ini. Dia pun merasa Juanita masih bisa mengambil tindakan.Jika tidak, mana mungkin Tanya menghabiskan begitu banyak upaya untu
"Tommy, aku datang kemari untuk membahas beberapa hal," ujar Serafina yang tidak merasa aneh saat melihat reaksi Tommy. Meskipun begitu, dia tetap merasa kurang nyaman.Sebelumnya, hubungan Serafina dengan Tommy sangat baik. Kalau bukan karena Juanita, mereka pasti masih harmonis seperti dulu."Ya, katakan saja," timpal Tommy yang sudah menunduk untuk membaca dokumen di tangannya. Dia tampak tidak peduli dengan perkataan Serafina.Serafina merasa agak kesal dengan sikap Tommy yang seperti ini. Dia bertanya, "Tommy, kamu benar-benar ingin memusuhi kami demi wanita itu?"Tommy mengernyit. Begitu mendongak, terlihat ekspresinya yang tidak sabar. Dia membalas, "Aku rasa aku sudah sangat patuh. Aku menuruti semua keinginan kalian, jadi apa lagi yang ingin kamu ributkan sekarang?"Serafina seketika tidak bisa berkata-kata karena perkataan Tommy ini adalah fakta. Awalnya, dia ingin membujuk Tommy untuk berpisah dari Juanita, tetapi Tommy malah langsung menyetujui pernikahan dengan Tanya. Hal
Junita duduk di sofa menunggu seharian, tetapi tetap tidak ada kabar mengenai Jingga. "Sebenarnya kamu sudah bantu aku mencari Jingga belum?" tanya Juanita seraya berjalan menghampiri kepala pelayan wanita.Kepala pelayan itu melihatnya sekilas. Meski tidak tahu di mana keberadaan Jingga sekarang, dia tidak merasa terlalu gelisah. Bagaimanapun, itu bukan anaknya sendiri. Kepala pelayan itu hanya mengernyit dan berkata dengan tidak sabaran, "Aku sudah mengutus orang untuk mencarinya. Bisa nggak kamu jangan sepanik itu?""Kalau yang hilang itu anakmu, kamu bisa nggak panik?" bentak Juanita dengan marah. Dia bisa melihat dengan jelas bahwa sikap kepala pelayan itu acuh tak acuh. Jika Juanita tidak menyuruhnya, mungkin dia bahkan tidak akan mencari Jingga.Namun sekarang Juanita tidak ada siapa pun di sini, dia juga tidak bisa meminta bantuan pada orang lain. Satu-satunya orang yang bisa membantunya hanyalah kepala pelayan wanita ini. "Itu semua karena salahmu sendiri nggak menjaga anakmu
Serafina yang sedang menangani proyek kerja sama di perusahaan saat ini, tiba-tiba mendapat telepon dari kepala pelayan. Melihatnya, Serafina hanya mengernyit. Kepala pelayan di vila Juanita itu biasanya tidak akan menghubunginya jika tidak terjadi masalah. Kalau dia menelepon, berarti memang sedang ada masalah yang terjadi.Sesuai dugaannya, begitu menjawab telepon itu, terdengar suara kepala pelayan yang panik, "Nona Sera, anak Nona Juanita menghilang.""Apa katamu?" Mendengar berita itu, Serafina terperanjat dari kursinya."Nona, anak itu menghilang," ulang kepala pelayan dengan dahi yang bercucuran keringat.Ekspresi Serafina menjadi muram. "Kenapa bisa hilang? Bukannya aku menyuruh kalian jaga dia dengan baik?"Kepala pelayan itu menjawab dengan panik, "Nona Sera, kami sudah melakukan sesuai instruksi Anda untuk menjaganya dengan baik. Tapi entah mengapa hari ini tiba-tiba anak itu menghilang. Nona Juanita bilang dia mau keluar untuk mencarinya. Aku nggak bisa mencegahnya."Menden