Serafina mengangguk mendengar ucapan kakeknya. Saat berikutnya, Adam tiba-tiba menambahkan, "Aku nggak ingin wanita itu menjadi penghalang Tommy."Serafina bisa memahami maksud Adam sehingga membalas, "Aku mengerti, Kakek."Saat ini, Tanya datang ke kediaman Keluarga Ador. Dia sudah bisa keluar masuk sesuka hati. Selama dia datang, para pelayan akan menyapanya dengan hormat.Dengan begitu, Tanya sudah seperti nyonya baru di rumah ini. Karena pernikahan ini, dia juga menjadi makin sering datang."Kakek," panggil Tanya dengan patuh saat melihat Adam yang duduk di sofa. Begitu masuk, dia sudah mendengar Adam dan Serafina membahas tentang Juanita. Dia pun menguping pembicaraan mereka.Sebenarnya, Tanya juga terus melacak lokasi Juanita selama beberapa hari ini. Meskipun Juanita telah pergi, Tanya tetap merasa gelisah jika tidak mengetahui apa yang dilakukan wanita ini. Dia pun merasa Juanita masih bisa mengambil tindakan.Jika tidak, mana mungkin Tanya menghabiskan begitu banyak upaya untu
"Tommy, aku datang kemari untuk membahas beberapa hal," ujar Serafina yang tidak merasa aneh saat melihat reaksi Tommy. Meskipun begitu, dia tetap merasa kurang nyaman.Sebelumnya, hubungan Serafina dengan Tommy sangat baik. Kalau bukan karena Juanita, mereka pasti masih harmonis seperti dulu."Ya, katakan saja," timpal Tommy yang sudah menunduk untuk membaca dokumen di tangannya. Dia tampak tidak peduli dengan perkataan Serafina.Serafina merasa agak kesal dengan sikap Tommy yang seperti ini. Dia bertanya, "Tommy, kamu benar-benar ingin memusuhi kami demi wanita itu?"Tommy mengernyit. Begitu mendongak, terlihat ekspresinya yang tidak sabar. Dia membalas, "Aku rasa aku sudah sangat patuh. Aku menuruti semua keinginan kalian, jadi apa lagi yang ingin kamu ributkan sekarang?"Serafina seketika tidak bisa berkata-kata karena perkataan Tommy ini adalah fakta. Awalnya, dia ingin membujuk Tommy untuk berpisah dari Juanita, tetapi Tommy malah langsung menyetujui pernikahan dengan Tanya. Hal
Junita duduk di sofa menunggu seharian, tetapi tetap tidak ada kabar mengenai Jingga. "Sebenarnya kamu sudah bantu aku mencari Jingga belum?" tanya Juanita seraya berjalan menghampiri kepala pelayan wanita.Kepala pelayan itu melihatnya sekilas. Meski tidak tahu di mana keberadaan Jingga sekarang, dia tidak merasa terlalu gelisah. Bagaimanapun, itu bukan anaknya sendiri. Kepala pelayan itu hanya mengernyit dan berkata dengan tidak sabaran, "Aku sudah mengutus orang untuk mencarinya. Bisa nggak kamu jangan sepanik itu?""Kalau yang hilang itu anakmu, kamu bisa nggak panik?" bentak Juanita dengan marah. Dia bisa melihat dengan jelas bahwa sikap kepala pelayan itu acuh tak acuh. Jika Juanita tidak menyuruhnya, mungkin dia bahkan tidak akan mencari Jingga.Namun sekarang Juanita tidak ada siapa pun di sini, dia juga tidak bisa meminta bantuan pada orang lain. Satu-satunya orang yang bisa membantunya hanyalah kepala pelayan wanita ini. "Itu semua karena salahmu sendiri nggak menjaga anakmu
Serafina yang sedang menangani proyek kerja sama di perusahaan saat ini, tiba-tiba mendapat telepon dari kepala pelayan. Melihatnya, Serafina hanya mengernyit. Kepala pelayan di vila Juanita itu biasanya tidak akan menghubunginya jika tidak terjadi masalah. Kalau dia menelepon, berarti memang sedang ada masalah yang terjadi.Sesuai dugaannya, begitu menjawab telepon itu, terdengar suara kepala pelayan yang panik, "Nona Sera, anak Nona Juanita menghilang.""Apa katamu?" Mendengar berita itu, Serafina terperanjat dari kursinya."Nona, anak itu menghilang," ulang kepala pelayan dengan dahi yang bercucuran keringat.Ekspresi Serafina menjadi muram. "Kenapa bisa hilang? Bukannya aku menyuruh kalian jaga dia dengan baik?"Kepala pelayan itu menjawab dengan panik, "Nona Sera, kami sudah melakukan sesuai instruksi Anda untuk menjaganya dengan baik. Tapi entah mengapa hari ini tiba-tiba anak itu menghilang. Nona Juanita bilang dia mau keluar untuk mencarinya. Aku nggak bisa mencegahnya."Menden
Kedua resepsionis itu langsung menyambut Tanya dengan hormat. Meski Tanya tidak sering datang ke perusahaan sebelumnya, sejak hubungannya dengan Tommy dipublikasikan di koran, tidak ada seorang pun yang tidak mengenalnya saat ini.Tanya adalah calon istri presdir mereka, tentu saja mereka harus menyambutnya dengan baik. Tanya hanya merasa sikap kedua staf ini agak aneh. Biasanya saat Tanya datang, kedua orang ini memang menyapanya dengan ramah. Namun, mereka tidak pernah sampai menghampirinya.Setelah menyapa Tanya, kedua staf itu pun mulai menjelaskan dengan singkat mengenai Jingga yang datang mncari ayahnya. "Kata anak itu, papanya adalah Pak Tommy," ujar staf yang lebih tinggi dengan wajah canggung sambil melihat ke arah Jingga.Begitu melihat Jingga, ekspresi Tanya langsung berubah. Dia tidak menyangka anak ini akan datang untuk mencari Tommy. Bukankah anak ini seharusnya sedang dikurung bersama Juanita? Jangan-jangan Juanita juga sudah dibebaskan?Melihat tanggal pernikahannya dan
Jingga melihat orang itu dengan ragu-ragu, hatinya merasa sangat waspada. Bagaimanapun, setelah mengalami begitu banyak kejadian, dia tahu bahwa banyak sekali orang yang tidak bisa dipercaya. Oleh karena itu, Jingga bergerak mundur tanpa sadar."Aku nggak kenal denganmu." Walau usianya masih sangat muda, aura Jingga sangat kuat. Ucapannya juga terdengar sangat berwibawa.Melihat Jingga yang mengatakan hal itu dengan tegas, senyuman di wajah pria itu juga mulai kaku. "Tuan Muda, jelas-jelas kita pernah bertemu. Kenapa kamu nggak kenal denganku?"Semakin pria itu berbicara, kecurigaan dalam hati Jingga semakin kuat. Dia melihat pria itu dengan sangat waswas. Melihat hal ini, pria itu menghela napas tak berdaya. Awalnya dia ingin mengelus kepala Jingga, tetapi malah dihindari oleh Jingga tanpa ragu-ragu."Jingga, mamamu itu Juanita, 'kan? Aku bahkan tahu ulang tahunmu tanggal 20 Agustus. Ulang tahun mamamu adalah 3 Oktober, 'kan?" Pria itu mengatakan sejumlah informasi pribadi Jingga dan
Pihak pengelola tentunya mengetahui identitas Serafina. Oleh karena itu, mereka langsung menyetujuinya. "Nona Sera tenang saja, kami akan segera mengutus orang untuk memberikan rekamannya.""Ya," balas Serafina, lalu mengakhiri panggilannya. Setelah menutup telepon, Serafina membalikkan badannya. Pelayan itu langsung kaget dan menunduk, dia sama sekali tidak berani menatap Serafina secara langsung. Dia ketakutan hingga mengepalkan tangannya dengan erat.Jika ... mereka benar-benar memberikan rekaman itu, bukankah akan ketahuan langsung bahwa dia yang membawa anak itu keluar?Efisiensi kerja pihak pengelola sangat tinggi, tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mengantarkan rekaman itu. Serafina juga tidak berpikir berlebihan, dia langsung memutar rekaman itu di hadapan semua orang. Setelah itu, dia melihat bahwa Jingga ternyata masuk ke sebuah mobil. Mobil itu adalah mobil yang digunakan oleh pelayan untuk keluar membeli sayur.Melihat hal ini, kepala pelayan langsung memelototi pelay
Serafina bergegas kembali ke perusahaan dan langsung menuju ke kantor Tommy. Mungkin saja Jingga sudah menemukan Tommy."Tommy." Serafina panik hingga lupa mengetuk pintu dan langsung membuka pintu kantor Tommy. Namun, dia tidak menyangka Tanya juga ada di kantor itu.Awalnya, Tommy ingin marah karena dia tidak membiarkan ada orang yang tidak mengetuk pintu ataupun melapor terlebih dulu saat masuk ke kantornya. Namun, saat melihat orang itu adalah Serafina, tatapannya yang marah menjadi curiga. Serafina bukan orang yang begitu gegabah masuk ke kantornya. Tommy mendongak, lalu bertanya, "Ada apa, Kak? Ada masalah apa terburu-buru?"Setelah melihat ke sekeliling kantor Tommy sebentar, Serafina menyadari Jingga tidak ada di sana."Itu ...." Serafina berbicara dengan terbata-bata.Serafina ingin bertanya apakah Tommy melihat Jingga.Namun jika dia bertanya, Tommy akan langsung tahu masalah Jingga yang menghilang. Tommy juga akan mengetahui masalah dia mengurung Juanita. Setelah memikirkanny