Junita duduk di sofa menunggu seharian, tetapi tetap tidak ada kabar mengenai Jingga. "Sebenarnya kamu sudah bantu aku mencari Jingga belum?" tanya Juanita seraya berjalan menghampiri kepala pelayan wanita.Kepala pelayan itu melihatnya sekilas. Meski tidak tahu di mana keberadaan Jingga sekarang, dia tidak merasa terlalu gelisah. Bagaimanapun, itu bukan anaknya sendiri. Kepala pelayan itu hanya mengernyit dan berkata dengan tidak sabaran, "Aku sudah mengutus orang untuk mencarinya. Bisa nggak kamu jangan sepanik itu?""Kalau yang hilang itu anakmu, kamu bisa nggak panik?" bentak Juanita dengan marah. Dia bisa melihat dengan jelas bahwa sikap kepala pelayan itu acuh tak acuh. Jika Juanita tidak menyuruhnya, mungkin dia bahkan tidak akan mencari Jingga.Namun sekarang Juanita tidak ada siapa pun di sini, dia juga tidak bisa meminta bantuan pada orang lain. Satu-satunya orang yang bisa membantunya hanyalah kepala pelayan wanita ini. "Itu semua karena salahmu sendiri nggak menjaga anakmu
Serafina yang sedang menangani proyek kerja sama di perusahaan saat ini, tiba-tiba mendapat telepon dari kepala pelayan. Melihatnya, Serafina hanya mengernyit. Kepala pelayan di vila Juanita itu biasanya tidak akan menghubunginya jika tidak terjadi masalah. Kalau dia menelepon, berarti memang sedang ada masalah yang terjadi.Sesuai dugaannya, begitu menjawab telepon itu, terdengar suara kepala pelayan yang panik, "Nona Sera, anak Nona Juanita menghilang.""Apa katamu?" Mendengar berita itu, Serafina terperanjat dari kursinya."Nona, anak itu menghilang," ulang kepala pelayan dengan dahi yang bercucuran keringat.Ekspresi Serafina menjadi muram. "Kenapa bisa hilang? Bukannya aku menyuruh kalian jaga dia dengan baik?"Kepala pelayan itu menjawab dengan panik, "Nona Sera, kami sudah melakukan sesuai instruksi Anda untuk menjaganya dengan baik. Tapi entah mengapa hari ini tiba-tiba anak itu menghilang. Nona Juanita bilang dia mau keluar untuk mencarinya. Aku nggak bisa mencegahnya."Menden
Kedua resepsionis itu langsung menyambut Tanya dengan hormat. Meski Tanya tidak sering datang ke perusahaan sebelumnya, sejak hubungannya dengan Tommy dipublikasikan di koran, tidak ada seorang pun yang tidak mengenalnya saat ini.Tanya adalah calon istri presdir mereka, tentu saja mereka harus menyambutnya dengan baik. Tanya hanya merasa sikap kedua staf ini agak aneh. Biasanya saat Tanya datang, kedua orang ini memang menyapanya dengan ramah. Namun, mereka tidak pernah sampai menghampirinya.Setelah menyapa Tanya, kedua staf itu pun mulai menjelaskan dengan singkat mengenai Jingga yang datang mncari ayahnya. "Kata anak itu, papanya adalah Pak Tommy," ujar staf yang lebih tinggi dengan wajah canggung sambil melihat ke arah Jingga.Begitu melihat Jingga, ekspresi Tanya langsung berubah. Dia tidak menyangka anak ini akan datang untuk mencari Tommy. Bukankah anak ini seharusnya sedang dikurung bersama Juanita? Jangan-jangan Juanita juga sudah dibebaskan?Melihat tanggal pernikahannya dan
Jingga melihat orang itu dengan ragu-ragu, hatinya merasa sangat waspada. Bagaimanapun, setelah mengalami begitu banyak kejadian, dia tahu bahwa banyak sekali orang yang tidak bisa dipercaya. Oleh karena itu, Jingga bergerak mundur tanpa sadar."Aku nggak kenal denganmu." Walau usianya masih sangat muda, aura Jingga sangat kuat. Ucapannya juga terdengar sangat berwibawa.Melihat Jingga yang mengatakan hal itu dengan tegas, senyuman di wajah pria itu juga mulai kaku. "Tuan Muda, jelas-jelas kita pernah bertemu. Kenapa kamu nggak kenal denganku?"Semakin pria itu berbicara, kecurigaan dalam hati Jingga semakin kuat. Dia melihat pria itu dengan sangat waswas. Melihat hal ini, pria itu menghela napas tak berdaya. Awalnya dia ingin mengelus kepala Jingga, tetapi malah dihindari oleh Jingga tanpa ragu-ragu."Jingga, mamamu itu Juanita, 'kan? Aku bahkan tahu ulang tahunmu tanggal 20 Agustus. Ulang tahun mamamu adalah 3 Oktober, 'kan?" Pria itu mengatakan sejumlah informasi pribadi Jingga dan
Pihak pengelola tentunya mengetahui identitas Serafina. Oleh karena itu, mereka langsung menyetujuinya. "Nona Sera tenang saja, kami akan segera mengutus orang untuk memberikan rekamannya.""Ya," balas Serafina, lalu mengakhiri panggilannya. Setelah menutup telepon, Serafina membalikkan badannya. Pelayan itu langsung kaget dan menunduk, dia sama sekali tidak berani menatap Serafina secara langsung. Dia ketakutan hingga mengepalkan tangannya dengan erat.Jika ... mereka benar-benar memberikan rekaman itu, bukankah akan ketahuan langsung bahwa dia yang membawa anak itu keluar?Efisiensi kerja pihak pengelola sangat tinggi, tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mengantarkan rekaman itu. Serafina juga tidak berpikir berlebihan, dia langsung memutar rekaman itu di hadapan semua orang. Setelah itu, dia melihat bahwa Jingga ternyata masuk ke sebuah mobil. Mobil itu adalah mobil yang digunakan oleh pelayan untuk keluar membeli sayur.Melihat hal ini, kepala pelayan langsung memelototi pelay
Serafina bergegas kembali ke perusahaan dan langsung menuju ke kantor Tommy. Mungkin saja Jingga sudah menemukan Tommy."Tommy." Serafina panik hingga lupa mengetuk pintu dan langsung membuka pintu kantor Tommy. Namun, dia tidak menyangka Tanya juga ada di kantor itu.Awalnya, Tommy ingin marah karena dia tidak membiarkan ada orang yang tidak mengetuk pintu ataupun melapor terlebih dulu saat masuk ke kantornya. Namun, saat melihat orang itu adalah Serafina, tatapannya yang marah menjadi curiga. Serafina bukan orang yang begitu gegabah masuk ke kantornya. Tommy mendongak, lalu bertanya, "Ada apa, Kak? Ada masalah apa terburu-buru?"Setelah melihat ke sekeliling kantor Tommy sebentar, Serafina menyadari Jingga tidak ada di sana."Itu ...." Serafina berbicara dengan terbata-bata.Serafina ingin bertanya apakah Tommy melihat Jingga.Namun jika dia bertanya, Tommy akan langsung tahu masalah Jingga yang menghilang. Tommy juga akan mengetahui masalah dia mengurung Juanita. Setelah memikirkanny
Saat melihat uang itu, mata keduanya membelalak. Melihat bisa mendapat begitu banyak uang hanya dengan menjaga sebuah rahasia, mereka tidak berani menolaknya dan buru-buru mengangguk. "Nona Tanya, tenang saja. Hari ini kami nggak melihat dan mendengar apa pun. Kamu tenang saja, kami akan menjaga mulut kami. Kami juga akan mengurus satpam di pintu."Melihat respons kedua wanita itu yang cerdik, Tanya menganggukkan kepalanya dengan puas. "Baiklah, cepat kembali bekerja."Setelah berterima kasih, keduanya juga pergi dari kamar mandi dan meninggalkan Tanya sendiri yang merasa bangga. Saat ini, Jingga sudah dibawa sopir ke salah satu vila."Paman, apa ayahku ada di sini?" tanya Jingga langsung kepada sopir itu.Sopir menganggukkan kepala. "Iya, Tuan Muda."Setelah berkata demikian, sopir itu membawa Jingga masuk ke dalam vila dan langsung mencari sebuah kamar untuk mengurungnya. Kemudian, dia memanggil pelayan di sampingnya. "Jaga anak ini baik-baik. Nona perintahkan jangan biarkan anak ini
Malam itu, sebagian besar orang di vila itu telah tertidur. Clara mengendap-endap ke depan pintu kamar Juanita. Memikirkan hal yang akan dilakukannya selanjutnya, hati Clara merasa sangat gugup. Bagaimanapun juga ... ini tidak kedengaran seperti sebuah hal yang bagus.Setelah tiba di depan pintu kamar itu, Clara melihat ke sekitar untuk memastikan tidak ada orang yang melihatnya. Kemudian, dia mengetuk pintu kamar Juanita dengan pelan. Di saat ini, Juanita kebetulan sedang termenung di kamarnya.Lantaran tidak bisa keluar untuk mencari Jingga, Juanita hidup dalam kecemasan setiap hari. Dia selalu menunggu kabar dari Serafina dengan gelisah. Namun, tetap saja tak kunjung ada berita apa pun. Juanita sama sekali tidak bisa menenangkan dirinya. Dia juga tidak tahu harus bagaimana lagi agar hatinya bisa lebih tenang.Jika harus meninggalkan Tommy, Jingga adalah orang yang terpenting baginya. Kalau sampai kehilangan Jingga, Juanita benar-benar tidak tahu harus bagaimana melanjutkan hidupnya.
Setelah Tommy selesai bicara, Juanita yang merasa bersalah menunduk. Hati Tommy melunak saat melihat sikap Juanita, tetapi Tommy harus menegaskan beberapa hal kepada Juanita. Bagaimanapun, Tommy tidak ingin mengalami hal yang menakutkan seperti ini lagi.Tommy berujar, "Juanita, waktu itu aku benar-benar nggak menyangka kamu berani bersembunyi dariku. Apa kamu tahu aku takut sekali nggak bisa menemukanmu?"Juanita yang merasa bersalah sama sekali tidak berbicara. Tommy tertawa dan melanjutkan ucapannya, "Setelah menemukanmu, aku masih merasa kesal kepadamu karena kamu nggak percaya aku bisa menyelesaikan masalah ini, kamu bahkan berniat meninggalkanku. Jadi, sekalipun aku tahu keberadaanmu, aku juga sengaja nggak mencarimu. Aku mau kamu tahu apa yang kurasakan supaya kelak kamu nggak berani meninggalkanku lagi."Kelak Juanita tidak akan meninggalkan Tommy lagi. Juanita yang merasa sedih memeluk Tommy dengan erat. Dia tahu kali ini dirinya telah membuat Tommy ketakutan. Setelah melihat
Keluarga Saloza masih merasa kesal setelah meninggalkan lokasi pernikahan. Kenapa pernikahannya bisa berakhir seperti ini? Jelas-jelas, semuanya berjalan dengan lancar dan Tanya hampir menjadi menantu Keluarga Ador. Namun, pengantin wanitanya malah menjadi orang lain dalam sekejap.Di luar lokasi pernikahan, ekspresi Tommy tampak lembut. Apalagi, dia sedang menggendong Juanita yang memakai gaun pengantin. Juanita memukul punggung Tommy sembari berkata, "Turunkan aku dulu."Tommy menuruti perkataan Juanita, sepertinya dia khawatir Juanita merasa tidak nyaman karena sedang hamil. Juanita bertanya, "Apa kita akan pergi sekarang? Bagaimana dengan keluargamu dan Keluarga Saloza?" Juanita khawatir masalah ini akan memengaruhi Tommy.Tommy malah mengalihkan topik pembicaraan, "Apa tadi kamu terkejut?"Juanita mengatupkan bibirnya dan tidak menanggapi ucapan Tommy. Sewaktu menyadari keberadaannya, jantung Juanita berdegup kencang. Namun ... kapan Tommy mulai merencanakan semua ini?Tommy melir
Pernikahan menjadi kacau sehingga tidak bisa dilanjutkan lagi. Para tamu mulai heboh karena tidak menyangka pernikahan bisa berakhir seperti ini. Kejadian hari ini telah mempermalukan kedua keluarga, jadi pengurus rumah segera bertindak dan menyuruh para pengawal untuk mengantar semua tamu keluar. Dengan demikian, kedua keluarga bisa menyelesaikan masalah hari ini.Akhirnya, hanya tersisa anggota dari kedua keluarga di lokasi pernikahan. Juanita yang tidak tahu harus berbuat apa merasa sangat panik. Hanya saja, Juanita tahu sekarang dia tidak boleh pergi. Dia harus menemani Tommy untuk menghadapi semua permasalahan, apalagi sekarang Tommy berada di sisinya.Keberadaan Tommy sudah cukup memberi Juanita rasa aman. Jadi, Juanita hanya panik sesaat, lalu dia berusaha menenangkan dirinya.Aula yang awalnya dipenuhi orang-orang seketika menjadi sunyi setelah para tamu lainnya pergi. Anggota Keluarga Saloza tidak menyangka Tommy akan bertindak seperti ini dan mempermalukan mereka. Semua anggo
Tommy tersenyum ketika mendengar jawaban Juanita. Tommy tahu Juanita pasti bersedia menikahinya. Tommy dan Juanita telah mengalami banyak rintangan, sekarang akhirnya mereka bisa menikah. Tommy tidak mungkin melepaskan kesempatan yang begitu bagus.Semua tamu merasa sangat senang melihat pasangan mempelai yang berdiri di atas panggung, kecuali Ruben. Dia terus mengamati Juanita dan merasa ada yang tidak beres, terutama saat Juanita bersuara. Ruben pernah bertemu dengan Tanya. Meskipun mereka jarang berhubungan, Ruben bisa mengenali suara Tanya.Tadi, suara wanita itu memang sangat mirip dengan Tanya, tetapi Ruben merasa wanita itu bukan Tanya. Sebenarnya, Ruben ingin mengekspos mereka. Hanya saja, Ruben tidak terlalu yakin sehingga tidak berani bertindak gegabah. Kemudian, pendeta berucap, "Selanjutnya, saatnya sepasang mempelai bertukar cincin."Juanita gemetaran begitu mendengar suara pendeta. Hanya tinggal selangkah lagi, Juanita akan menjadi istri Tommy secara sah dan anaknya bisa
Di dalam aula, Tommy berdiri di depan pendeta sembari menunggu pengantinnya dengan sabar. Di bawah tatapan serius orang-orang, pintu akhirnya dibuka, lalu disusul oleh sosok cantik yang berjalan masuk. Wajah wanita itu ditutup oleh kerudung, jadi mereka tidak bisa melihat parasnya. Sementara itu, gaun yang pas badan membuat si pengantin tampak sangat menawan."Wow, pengantinnya cantik sekali!""Benar, mereka memang serasi!"Para tamu mulai memuji sembari bertepuk tangan. Pada saat yang sama, banyak kelopak bunga yang berjatuhan.Ketika mendengar suara-suara itu, Juanita sungguh terkejut. Dia tidak menduga hasilnya akan menjadi seperti ini.Tangan Juanita terkepal erat. Dia tidak bisa menahan perasaan gugup ini. Sebuah pemikiran yang tidak pernah ada bahkan tiba-tiba muncul dalam benaknya, yaitu melarikan diri dari tempat ini.Orang yang berjalan di samping Juanita merasakan keanehan ini. Dia pun berbisik, "Demi masa depan anakmu, kamu harus terus berjalan."Juanita merasa dirinya sedan
Beberapa saat kemudian, mobil akhirnya tiba di suatu tempat. Juanita pun dibawa turun oleh kedua pengawal itu.Juanita tidak berteriak-teriak lagi sekarang. Dia berusaha untuk tenang meskipun merasa sangat takut. Kini, banyak adegan penculikan dan pemerkosaan yang terlintas di benaknya.Entah sudah berapa kali Juanita hampir mengalami peristiwa seperti itu. Makin dipikirkan, dia merasa makin getir.Namun, yang menyambutnya bukanlah suara galak pria. Juanita seperti dibawa ke suatu tempat, lalu mendengar suara beberapa orang wanita."Bawa dia masuk," perintah seorang wanita dengan tegas. Kemudian, Juanita pun dibawa masuk oleh kedua wanita.Setelah melewati tirai, kedua wanita itu mengulurkan tangan dan membantu Juanita melepaskan baju. Juanita sontak panik. Dia berteriak, "Apa yang kalian lakukan? Aku bisa menuntut kalian kalau macam-macam!"Kedua wanita itu tidak berbicara, melainkan terus membantu Juanita melepaskan pakaiannya. Mana mungkin Juanita membiarkannya begitu saja, dia pun
Meskipun berpikir demikian, para wanita muda itu tidak memiliki latar belakang seperti Tanya. Jadi, mereka tidak bisa menjadi istri dari pria terhebat di Kota Andara. Mereka hanya bisa menjadi saksi dari pernikahan ini. Bagaimanapun, ini sudah merupakan suatu kehormatan bagi mereka.Saat ini, Tanya yang berada di kamar rias menggigit bibirnya karena tidak bisa mengontrol perasaannya. Kalau bukan karena harus menjaga citranya yang lemah lembut, dia pasti sudah melompat dan berlari kegirangan, lalu memberi tahu semua orang di dunia ini bahwa dirinya akan menjadi istri Tommy.Ruben dan Yolanda juga berada di kamar rias. Ketika melihat wajah cantik Tanya, Yolanda pun memuji, "Cantik sekali, kamu sudah pasti pengantin tercantik di dunia ini."Tanya pun menunduk sembari tersenyum manis. Melihat ini, Ruben segera memuji, "Siapa yang tidak jatuh cinta melihat kecantikan Nona Besar Keluarga Saloza?"Tanya menjadi besar kepala karena terus dipuji. Wanita mana yang tidak senang saat dipuji oleh p
Mendengar ini, terlihat keraguan pada ekspresi Harfi. Dia memang mengkhawatirkan Juanita, tetapi pekerjaannya sangat banyak belakangan ini. Memang agak repot baginya kalau harus datang ke rumah sakit setiap hari."Tapi, Kak ...." Harfi menggaruk kepalanya, tidak langsung menyetujui perkataan Juanita.Juanita tentu tahu bahwa Harfi agak sibuk belakangan ini. Itu sebabnya, dia menasihati, "Kamu sangat sibuk akhir-akhir ini. Aku benar-benar nggak enak hati kalau kamu terus datang.""Baiklah, untuk sementara waktu ini, aku nggak akan datang setiap hari. Tapi, kalau ada masalah, kamu harus menghubungiku," ujar Harfi sambil menatap Juanita dengan serius.Harfi khawatir Juanita tidak ingin dirinya cemas sehingga menutupi semuanya darinya. Mendengar ini, Juanita segera mengangguk dan mengiakan....."Telepon saja aku kalau ada masalah. Aku sudah menyewa perawat untukmu. Kamu cukup beristirahat dengan baik. Nah, kubelikan makanan karena takut kamu nggak cocok dengan makanan rumah sakit," ucap Y
"Ya, ya, aku bersumpah. Kalau aku memberi tahu Tommy, aku akan menjadi impoten. Sudah puas?" tanya Yosef sembari menatap Juanita.Kalau tidak sedang kesakitan, Juanita pasti akan merasa lucu mendengarnya. Namun, di situasi seperti ini, dia benar-benar tidak bisa tertawa. Juanita hanya menggigit bibirnya sambil berkata dengan serius, "Terima kasih."Yosef merasa agak malu melihat Juanita yang mengucapkan terima kasih dengan begitu tulus. Benar-benar bodoh, Tommy jelas-jelas sudah tahu semuanya. Dia tidak perlu menutupi apa pun dari pria ini.Yosef merasa lega melihat Juanita yang sudah lebih tenang. Namun, begitu teringat pada sumpahnya barusan, dia seketika merasa sangat getir. Entah dosa apa yang telah diperbuatnya sampai terlibat hal seperti ini.Sesudah melakukan pemeriksaan, Yosef pun menghela napas lega. Kondisi Juanita tidak separah yang dibayangkannya. Bagaimanapun, Tommy terdengar sangat panik saat meneleponnya barusan. Juanita baik-baik saja.Juanita yang berbaring di ranjang