Home / Romansa / Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan: Chapter 171 - Chapter 180

298 Chapters

Bab 171 - Sekilas Masa Lalu Embun

“Embun! Astaga, kamu benar di sini!?”Tiba-tiba seorang wanita paruh baya berjalan ke arah mereka dan memeluk Embun dengan erat. Namun, bahkan hanya sekilas melihat pun Kaisar bisa menyadari bahwa Embun tidak nyaman dengan kemunculan wanita yang tiba-tiba ini.Meskipun, Kaisar tidak tahu itu siapa.“Halo, Embun. Apa kabar, keponakan kesayangan kami?” Seorang pria turut muncul tidak lama kemudian, dengan senyum lebarnya menyapa Embun yang masih tidak bergerak. Kedua tangannya yang agak gempal, siap ikut serta memeluk Embun.Sementara itu, di sini Embun langsung mendorong bibinya agar menjauh.“Bagaimana kalian bisa ada di sini?” tanyanya dengan suara lirih, sekalipun tatapannya tajam.Beberapa hari yang lalu …Pluk!“Hei, surat dari bank datang lagi!” ucap bibi Embun dengan jengkel sembari membanting setumpuk surat berlapis amplop cokelat ke atas meja. Dengan kesal, ia melirik ke arah suaminya yang sedang bersantai di kursi sembari memainkan ponsel. “Lakukan sesuatu! Sebentar lagi ruma
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Bab 172 - Genggaman Tangan Kaisar

“Mohon maaf, sepertinya Embun merasa kurang nyaman dengan kontak fisik yang tiba-tiba.”Embun melihat bagaimana sang bibi menatap Kaisar dan terlihat tidak senang dengan keberadaan pria itu. Wanita paruh baya itu tampak mengamati Kaisar dari atas sampai bawah, kemudian mendengus.“Jangan sok tahu,” ucap sang bibi. “Memangnya kamu siapa?”Bibi Embun berpikir, Kaisar hanyalah pria sok tahu yang kebetulan ada di sana bersama Embun. Di samping itu, ia juga mengira bahwa pria ini bisa jadi batu sandungan untuk Dion, yang bibi Embun pikir sedang dekat dengan Embun saat ini.Tentunya ia lebih memilih keponakannya bersama putra Henry Pradana tersebut.“Dengar ya. Saya ini sudah lama sekali tidak bertemu dengan keponakan kesayangan saya. Baru saja datang, sudah diperlakukan begini. Kamu jangan menghalang–”Namun, sebelum bibi Embun menyelesaikan kalimatnya, paman Embun maju selangkah dan langsung mengulurkan tangan ke arah Kaisar dengan senyum ramah di bibir.“Kaisar?” sapa pria paruh baya itu,
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

Bab 173 - Dibayangi Teror

Embun berakhir langsung tidur, melewatkan makan dan mandi sore. Wanita itu hanya sempat mencuci tangan dan kaki, lalu tanpa bicara apa pun pada Kaisar, Embun membaringkan diri.Berbeda dengan saat pertama kali mereka masuk ke kamar ini, Embun kini sudah tidak malu-malu lagi.Namun, bahkan Kaisar pun tahu kalau ini bukan karena Embun sudah merasa nyaman dengannya, melainkan lebih ke arah mengabaikan Kaisar.“Embun. Tadi pagi kamu makan sedikit.” Kaisar berucap pelan. Tangannya menyentuh bahu Embun dengan hati-hati dan menggoyangkan tubuh sang istri sedikit. Namun, Embun bergeming. “Ayo makan dulu.”Hening. Kaisar sekilas menoleh pada sate ayam dan ayam bakar di meja, kemudian kembali menatap wajah Embun yang terlelap. Perlahan, pria itu menyentuh kening Embun, memastikan bahwa istrinya tersebut tidak sedang demam atau sakit.Tanpa sadar, tangan Kaisar mengelus rambut sebahu Embun dengan lembut. Tatapan sepasang mata segelap malam itu masih terpaku di wajah cantik Embun, tidak berkedip
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more

Bab 174 - Warisan Embun

“Ayo mengobrol sebentar dengan Bibi.”Seketika ekspresi Embun berubah. Ia yang semula tampak tenang, kini terlihat jengkel dan kesal.Ia tidak ingin berurusan dengan wanita ini.Memutuskan hal tersebut, Embun melepaskan tangan sang bibi.“Saya tidak ada urusan dengan Anda,” ucapnya dingin. “Ck, jangan begitu.” Bibi Embun, Hera, cemberut. Ia sudah memastikan bahwa tidak ada orang di sekitar mereka saat ini. Sehingga, ia tidak perlu berpura-pura. “Kita sudah lama tidak mengobrol begini. Ternyata kamu jadi sombong sekali ya.”“Sebelumnya juga kita tidak pernah mengobrol,” balas Embun. “Yang Anda lakukan kan hanya menyuruh saya ini itu.”“Aduh, apakah kamu pikir aku sembarangan melakukannya? Ternyata kamu salah paham.” Hera tersenyum sok manis. “Ada alasannya. Itu untuk mendidik–”“Pembantu?” potong Embun. Ia teringat bagaimana ia dipelakukan saat kecil. Bibinya tidak akan segan-segan menyuruhnya melakukan pekerjaan rumah dari pagi hingga malam. Bahkan mengguyurnya dengan air jika ia tid
last updateLast Updated : 2024-06-09
Read more

Bab 175 - Pertengkaran

“Harta orang tuamu itu tidak seberapa! Tapi bukankah seharusnya kamu membantu tantemu ini?”Tidak.Embun menutup matanya, mencoba menahan dirinya agar tidak terpancing emosi di sana. Ia sudah mengikhlaskan harta orang tuanya sejak awal, sejak ia menyaksikan apa yang mampu dilakukan paman serta bibinya untuk memperoleh harta itu. Sejak ia dan Rindang memutuskan untuk kabur dari rumah tempat yang mereka huni sejak kecil.Namun, rupanya, itu tetap terasa menyakitkan. Kemunculan paman dan bibinya benar-benar membangkitkan kenangan yang tidak ingin Embun ingat.Dan mungkin, sekali lagi, ia harus kembali mendorong memori itu ke belakang.“Saya tidak ada kewajiban membantu Anda,” ucap Embun. Nada suaranya terdengar lebih dingin daripada tadi.Tanpa menunggu respons Hera, Embun melangkah pergi, kembali menapaki jalan menuju penginapan.“Semoga Kaisar tidak sedang di kamar,” batin Embun. Tangannya gemetar. “Aku tidak ingin dia melihatku seperti–”Tiba-tiba tangan Embun ditarik oleh seseorang,
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

Bab 176 - Kaisar Selalu Ada Untuknya

“Jangan sampai saya melihat Anda menyakiti istri saya lagi. Ini peringatan.”Kaisar melihat keterkejutan di mata paman dan bibi Embun, tapi ia tidak peduli. Pria itu fokus membawa Embun pergi dari sana.Sepanjang jalan ke kamar mereka di penginapan, Embun tidak mengatakan apa pun dan Kaisar pun diam saja. Pria itu tidak ingin mengusik Embun ataupun memberondongnya dengan pertanyaan seperti waktu itu.Mungkin, jika Embun sudah siap, ia akan mengatakan pada Kaisar mengenai keluarga yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka sekarang ini. Bahwa Embun memiliki keluarga selain Rindang.“Istirahatlah,” ucap Kaisar, saat akhirnya mereka sampai di kamar. Ia membuat Embun duduk di atas tempat tidur sementara ia tetap berdiri.Haruskah ia mencari tempat yang menjual martabak sekarang? Kaisar ingin membuat Embun merasa lebih baik.Namun, saat pria itu hendak melangkah pergi, Embun menggenggam tangannya.Tadinya, wanita berambut sebahu itu berpikir bahwa ia tidak ingin Kaisar melihatnya dalam kondi
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

Bab 177 - Kali Pertama Untuk Embun

Ciuman Kaisar terasa manis dan lembut. Pria itu seperti tengah menenangkan Embun, seakan mengatakan bahwa ia akan terus ada di sana dan semua akan baik-baik saja.Dan Embun membalasnya, menyadari sepenuh hati bahwa ia membutuhkan ini.Rasanya, ia begitu aman bersama Kaisar. "Kaisar," gumam Embun saat ciuman pertama mereka berakhir. Meskipun, sesungguhnya wanita ini tidak yakin apakah benar ini adalah ciuman pertama mereka?Wajah Embun memerah saat memikirkannya."Hei," panggil Kaisar. Pria itu menangkup pipi Embun dengan tangannya yang besar dan membuat sang istri mendongak untuk menatapnya. "Apa yang kamu pikirkan?""Tidak ada," jawab Embun cepat. Terlalu cepat hingga membuat Kaisar terkekeh kecil.Tiba-tiba, pria itu menarik Embun ke arahnya, membuat sang istri berakhir di pangkuan Kaisar."Ah!" Embun terkejut. Sepasang mata cokelatnya melebar karena tindakan Kaisar yang tiba-tiba.Namun, Embun tidak memprotes. Wanita itu justru berpegangan di bahu bidang Kaisar saat mereka berhadap
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

Bab 178 - Kemesraan di Pagi Hari

"Ungh...."Embun membuka matanya yang terasa berat sebelum alarmnya kembali berbunyi di pagi hari. Tubuhnya terasa sedikit kaku karena jatuh tertidur di posisi yang sama semalaman tanpa banyak bergerak.Tubuhnya pun mulai menggigil kedinginan. Namun, saat ia berniat merenggangkan tubuhnya, Embun merasakan tangan kokoh melingkari perutnya, menahan gerakan Embun."Ah." Embun langsung ingat apa yang ia lakukan semalam, serta berpikir mengapa ia tidak banyak bergerak dalam tidurnya, sekalipun memang ia merasa ia tidak pernah tidur senyenyak ini sebelumnya.Embun menoleh ke belakang dan mendapati wajah Kaisar yang masih terlelap di sana. Tanpa sadar Embun tersenyum dengan wajah yang bersemu kemerahan."Ah, dia belum pergi rupanya," batin Embun. "Tidak seperti sebelumnya."Sebelumnya, saat Embun bangun, Kaisar sudah ada di kamar mandi. Wanita itu bahkan tidak tahu apakah mereka tidur di ranjang yang sama atau tidak, bagaimana mereka melakukan hubungan, bagaimana perasaan Kaisar, dan semuany
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

Bab 179 - Manisnya Kaisar

“A-aku…”Embun memundurkan wajahnya. Ia tidak bisa lagi menyembunyikan kegugupannya. Apalagi dengan pernyataan ambigu dari Kaisar barusan. Menemani Embun kemana? Menemaninya… membersihkan diri? Menemaninya mandi? Pipi Embun merona ketika ia memikirkan hal itu. Namun, buru-buru memejamkan matanya guna mengusir semua pikiran-pikiran yang aneh itu. “Kenapa kamu gugup begitu, Embun?”Kaisar merapatkan kembali tubuhnya, bahkan sekarang hidung mereka sampai bersentuhan. Pria itu tersenyum, dan dengan perlahan mengecup kedua pipi, hidung, kening, hingga sampai di bibir Embun. Semua kecupan itu diberikannya dengan sangat lembut sekali. Seolah-olah Kaisar ingin menyampaikan semua perasaannya pada Embun. Kaisar menempelkan kening mereka, sebelum berujar, “Mandilah lebih dulu, Embun…”**Tadinya, Embun ingin bergegas pergi ke kelas karena takut terlambat. Namun Kaisar memintanya untuk menunggunya sebentar agar mereka bisa pergi bersama. Begitu melihat Kaisar masuk ke dalam kamar mandi, Em
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more

Bab 180 - Merasa Kesal

“Kak Embun, apa kamu baik-baik saja?”Embun mengerjapkan kedua matanya, dan mendapati beberapa pengajar yang lain tampak memperhatikan dirinya. “A-ah, nggak apa-apa kok…” Embun mengernyit bingung. “Memangnya ada apa, Kia?”Kia tertawa kecil. “Itu tadi, Kak Embun senyum-senyum sendiri. Malah beberapa kali dipanggilin tapi nggak ngerespon. Makanya, kupikir kakak kenapa-napa.”Tidak usah ditanya bagaimana wajah Embun saat ini. Benar-benar merah seperti kepiting rebus. Embun malu setengah mati! Sebenarnya yang harus Embun salahkan adalah suaminya itu. Ini semua karena perlakuan dan perhatian Kaisar yang ia dapatkan secara bertubi-tubi. Awalnya, Embun mengakui jika ia agak kewalahan. Karena ini adalah sesuatu yang benar-benar baru untuknya. Namun, Embun tidak bisa menampik jika saat ini ia terbayang-bayang dengan semua hal tentang Kaisar. Dan ia juga menikmati semuanya.Senyumannya yang hangat…Sentuhannya yang memabukkan…Dan ciumannya yang…“Aku nggak apa-apa. Kita mulai saja mengaj
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
30
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status