Home / Pernikahan / Suami Muda Nyonya Ines / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Suami Muda Nyonya Ines : Chapter 71 - Chapter 80

88 Chapters

Pemandangan Mengejutkan

“Aku pergi dulu, masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan.” Alex berdiri, tergesa pergi tanpa menunggu jawaban dari tiga orang yang belum bisa menyadarkan diri.“Tunggu aku!” teriak Louisa, seketika menarik kesadaran dari tiga orang yang langsung mengecap mulut kosong dan menelan saliva.Ketiganya memata-matai langkah cepat Louisa, sampai keluar dari restoran dan menyambar lengan Alex untuk digandeng. Leon tak mampu percaya, ia menatap kedua kawannya bergantian. Jauh lebih tidak percaya, adalah ketika Alex membebaskan tangan Louisa dari lengannya, kemudian melepas jas dan menutup paksa tubuh atas perempuan berprofesi sebagai model tersebut.“Kalian yakin mereka tidak memiliki hubungan?” tanya Leon, menjaga ekspresi terkejut.“Haruskah itu yang kau pikirkan? Kita bertiga bisa mati kalau benar-benar Alex memiliki hubungan dengannya!” sembur Max.“Kau yang membayangkan hal gila tadi!” balas Leon.“Tunggu!” seru Damian, menyita perhatian kawannya. “Leon memiliki pena yang memiliki pere
Read more

Tidak Mempermasalahkan

“Kamu yakin ingin memiliki anak?” tanya Ines, setelah tawa dihentikan.“Kenapa kamu bertanya seperti itu? Aku sudah terlalu siap untuk memiliki anak, bahkan lebih dari satu!” Damian berhenti merengek, menjawab sungguh-sungguh.Ines merekahkan senyum, kemudian berdiri dengan refleks bantuan sang suami yang masih menanti jawaban. “Anak kecil tidak ada yang memiliki anak. Aku akan mandi sebentar, tubuhku berkeringat.”Ines berjalan pergi, Damian terdiam mencerna jawaban diberikan. Biji mata lelaki tengah berpikir itu bergeser ke sisi kiri, memiringkan pula kepala untuk memperkerjakan pikiran lebih cepat.“Aku bukan anak kecil!” serunya, baru tercerna apa maksud dari istrinya tadi. “Aku sudah dewasa, apa dia tidak melihatnya? Mana ada anak kecil bisa menghamili?” imbuhnya bergumam, kemudian berbalik tubuh menatap halaman. “Ah, di mana manusia kaku ini? Apa dia bunuh diri?” sambungnya, merogoh saku celana dan mengambil ponsel.Damian menghubungi nomor Alex, dia tahu bahwa jalanan sama seka
Read more

Koneksi Hati dan Pikiran

“Hehehe, aku tidak mengerti. Bisakah kamu menjawab lebih sederhana lagi?” cengengesan Damian, lawan bicaranya pun dibuat gemas sampai tertawa.“Gelas itu adalah pernikahan kita, kamu menghancurkannya dan aku marah, lalu kamu marah juga marah, semua tidak akan ada habisnya. Tapi, saat kamu menghancurkan dan aku memaafkan, kamu akan merasa bersalah. Tapi, aku marah atau memaafkan, tetap saja kamu akan mendapatkan hukuman dari Tuhan dan semesta. Mengerti?” Ines perlahan menjelaskan.“Ah … tapi, aku tidak ingin menghancurkannya. Karena sulit mendapatkan berlian, aku hampir mati untuk bisa memilikinya.” Damian menatap lekat wajah istrinya. “Kamu cantik, tapi hatimu jauh lebih cantik. Bodoh kalau sampai aku menyia-nyiakan dirimu. Pengganti yang jauh lebih cantik dan indah banyak, tapi mereka tidak akan memiliki kecantikan hati dan keindahan pikiran sepertimu.“Hahaha, Damian. Berhentilah menggunakan kalimat seperti itu, aku geli mendengarnya.” Ines tertawa memukul pundak suaminya.“Aku seri
Read more

Kepanikan Semua Orang

Dalam kekalutan hebat, Alex berteriak kencang memanggil pelayan, memerintahkan agar lekas pergi ke depan dan meminta sopir menyiapkan kendaraan.Damian menggendong tubuh istrinya yang terus mengeluhkan rasa sakit, ia berjalan cepat menyusuri rumah yang entah mengapa dirasakan begitu luas kali ini.“Damian?” tegur Alex, menghentikan langkah dan melihat apa yang menetes di lantai.Damian berhenti dan menoleh, menemukan Alex terbelalak menatap ke lantai. “Ti—tidak!” seru Damian ketakutan, lalu menatap istrinya yang semakin melukiskan kesakitan.Damian yang semula berhati-hatilah menjaga langkah cepatnya, kini berlari lebih cepat. Alex menyalip mendahului, sampai tiba di halaman langsung membukakan pintu mobil.Ketakutan berkali-kali lipat dirasakan oleh Damian, ketika ia memasukkan tubuh istrinya ke dalam mobil. Ia merasakan basah pada lengan kanan, hatinya pun berdetak tak karuan.“Cepat, Alex! Aku tidak ingin terjadi apa-apa dengan istriku!” seru Damian, begitu sudah mendampingi sang i
Read more

Rasa Haru

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya semua orang bisa bertemu dengan Ines di dalam kamar rawat telah diubah senyaman mungkin, layaknya kamar pribadi. Damian menyambut semua orang dengan senyum merekah juga wajah ceria. Pelukan didapatkan dari sang daddy lebih dulu, sembari menepuk punggung dan berucap selamat.“Kau sudah tua sekarang, jadilah lebih dewasa.” David berpesan pada putranya.“Hehehe, aku hanya memiliki anak, Dad. Itu bukan berarti tua,” cengengesan Damian.“Bahagia sekarang?” tegur Max, menghadiahi kepalan tangan lirih pada dada kiri kawannya.“Bersiaplah sakit kepala karena kurang tidur,” tutur Leon sembari melalui tubuh kawannya.“Damian!” seru Vivian kencang, memeluk adiknya dan melingkarkan kaki pada pinggang.“Kau pikir ini lautan?!” protes Damian, refleks menahan tubuh sang kakak. “Aaaaa, kenapa kau menggigit pundakku?!” seru Damian, memiringkan tubuh dan memaksa kakaknya turun.“Itu adalah ucapan selamat dariku! Kamu akan menjadi orang tua yang jelek dan menyebalka
Read more

Sikap Manja Damian dan Alex

Damian melirik curiga kakaknya, entah apa lagi yang dilakukan oleh perempuan yang membawa Ines kembali ke sofa itu. Vivian meminta Ines agar duduk, ia menyusun makanan yang sengaja dibawakan dari rumah beserta minuman penunjang kesehatan yang dilengkapi oleh pelayan rumah Damian, atas perintah David pagi-pagi tadi.“Makanlah yang banyak, kamu membutuhkan banyak tenaga untuk bisa memberi baby ASI. Jangan berpikir tentang berat tubuh, itu akan menyusut sendiri kalau kami rajin memberikan ASI. Percaya padaku, karena aku sudah mengalaminya,” cerocos Vivian mengurai senyum, meletakkan makanan di pangkuan Ines.“Coba saja percaya ucapannya, meski aku tahu kalau logikamu tidak pernah mau melakukan itu.” Damian menyela, tanpa meninggalkan buah hatinya.“Otakku tidak sepertimu!” serang Vivian. “Setidaknya, pengalaman jauh lebih berguna untuk menasehati orang lain yang membutuhkan!”“Ya, anggaplah aku tidak pernah menemani saat kelahiran Veli.” Damian mengangguk berulang, Vivian mengeratkan gig
Read more

Kesempatan Dalam Keterpaksaan

Louisa tidak tahu ke mana lelaki yang terdengar menghubungi kakaknya akan kembali sekitar sore hari itu, membawanya pergi. Pasalnya, Alex tidak mengucap sepatah kata pun selama perjalanan, dan memilih fokus pada perjalanan dengan sesekali terhubung sambungan telepon dengan orang-orang berbeda nama. Mobil mereka berhenti di salah satu hotel bintang lima, Louisa mematung mengetahui luas parkiran dijadikan pemberhentian lelaki yang mengambil beberapa map setelah melepaskan sabuk pengaman terlebih dahulu. Alex menyambungkan panggilan, kemudian turun dan menutup pintu. Lelaki itu tampak disambut oleh seorang wanita cantik bersetelan kerja warna hijau tua. Louisa bergegas turun, menyadarkan Alex bahwa ia tak seorang diri.“Aku ada pertemuan, tunggulah di mana pun kau mau.” Lelaki sempat melupakan keberadaan Louisa itu menghampiri, dan berbicara tanpa ekspresi.Tidak membiarkan perempuan berkaus oblong putih itu menjawab, Alex bergegas pergi seraya berbincang dengan perempuan berbalut rok k
Read more

Taruhan

Alex menyingkir dari sisi ranjang, dia membutuhkan kamar mandi sekarang. Damian bersiaga di dekat ibunya, begitu pula dengan Vivian yang sudah menarik paksa sang suami untuk menemani Veli bersama Max. Tidak ada David dalam ruang kamar Ines, pria itu sudah pergi setelah tinggal dua jam lamanya pagi tadi, ada urusan yang harus diselesaikan bersama orang kepercayaannya.“Anakku baru saja tidur, dia lebih suka bangun saat malam.” Damian berusaha membuka pembicaraan, menghancurkan hening yang membuatnya tak nyaman. “Dia mirip kami berdua,” sambungnya mengurai senyum.“Mommy mengalah, Damian.” Amanda bersuara mengejutkan tiga orang di sekitar ranjang.“Y—ya?!” kaget lelaki baru saja menyandang status ayah itu.“Selama ini, mommy selalu melakukan apa yang mommy anggap benar dan demi kebahagiaan kalian, terbaik untuk kalian, tanpa pernah mommy mempertanyakan apa yang sebenarnya kalian inginkan dan membuat bahagia. Mommy tidak pernah ingin diprotes oleh siapa pun, dan mengatakan kalau apa yang
Read more

Apa Aku Murahan?

Max menyeringai penuh kemenangan, dia bertolak pinggang dan memainkan kedua alis ke arah Alex—lelaki yang merinding sempurna sampai memalingkan tubuh agar tak melihat wajah menjijikkan Max.“Bisakah kita membicarakan bisnis ini berdua?” tanya Max dengan alis bermain serta senyum terpampang.“Tidak akan pernah! Katakan saja, atau aku akan menarik semua yang sudah kukatakan tadi!” seru Alex segera, ditertawakan oleh lainnya.“Ah, dia menyebalkan.” Max mengeluh dalam senyum. “Haruskah aku mengumbar di sini? Kau akan malu nanti.”“Apa yang ingin kau katakan pada adikku?” tanya Ines.“Bisnis adalah sesuatu yang rahasia, jadi minta adikmu untuk bicara denganku atau ini tidak akan pernah selesai,” sahut Max.“Ah, baiklah! Tapi, aku ingin Leon dan Alex ikut! Aku tidak akan pernah duduk berdua denganmu!” sembur Alex, tanpa bersedia kakaknya ditarik juga. “Kalau kau tidak mau, kita batalkan saja!”“Oke, mereka akan menjadi saksi.” Max menoleh pada dua kawannya.“A—aku?!” Damian dan Leon menunju
Read more

Usilnya Damian

Tiga hari Ines berada di rumah sakit bersama buah hati tercinta, tanpa pernah ditinggalkan oleh orang-orang yang terus mencurahkan perhatian serta kasih sayang layaknya keluarga. Bayi yang diberi nama Gracellyn Amora Xander oleh kakek neneknya itu, juga tidak memiliki masalah kesehatan apa pun meski lahir dengan hitungan bulan yang kurang.Bayi yang disepakati untuk dipanggil Ellyn itu mendapat sambutan luar biasa dari para pekerja di kediaman Ines. Ucapan sambutan terangkai indah dengan balon warna-warni, serta acara sederhana dipersiapkan, berhasil membuat Ines haru. Semua itu adalah ide dari seluruh pekerja, yang disetujui oleh Damian juga Alex.Kali ini, Ines menghapus seluruh batas antar dirinya, pengawal, koki serta pelayan dan pekerja taman rumahnya, membiarkan semua bergabung dalam acara yang mereka persiapkan. Keluarga Xander ada di sana, begitu pula dengan Louisa yang memang tidak pernah absen dalam upaya meluluhkan hati Alex, walau belum kunjung berhasil sampai detik ini.A
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status