Home / Romansa / Suami Terbaikku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Suami Terbaikku: Chapter 31 - Chapter 40

45 Chapters

31. Yakin Cuma Salah Paham?

Rendi langsung pergi ke Jakarta setelah mendapat kabar tentang Shafa. Setelah kehilangan Sonya, Rendi jadi sangat sensitif pada keadaan Shafa. Dia tidak mau kehilangan sahabatnya lagi."Aku bener-bener panik banget, Shaf. Tapi syukurlah kamu baik-baik aja.""Kamu enggak ajak Jasmin ke sini?""Nanti aku ceritain semuanya kalau kamu udah sembuh.""Ada apa, Ren? Rumah tangga kalian baik-baik aja, 'kan?""Makannya kamu cepet sembuh. Biar aku bisa ceritain semuanya."Mereka akhirnya dapat mengobrol lagi setelah sekian lama. Hanya membicarakan hal yang tidak membuat Shafa drop. Tapi, Shafa malah memulainya disaat mereka tidak ada lagi bahan obrolan."Kak Galih mana?" tanya Shafa."Tadi pas aku dateng, dia lagi di luar. Terus bilang katanya mau pulang dulu. Kenapa?""Aku mau ceritain soal Mas Alby. Tapi, jangan ada yang tau selain kamu, ya?""Kenapa lagi? Dia nyakitin kamu lagi?!" Benar, 'kan? Rendi jadi lebih sensitif tentang hal yang berkemungkinan membuat Shafa tersakiti. "Ren, tenang dul
Read more

32. Isi Hati Shafa

Kevin adalah mahasiswa semester 3 Fakultas Teknik di salah satu universitas swasta. Setelah lulus SMA, dia langsung bekerja agar dapat kuliah. Dia bekerja sebagai barista sampai saat itu.Hari itu tidak ada jam kuliah pagi. Jadi, Kevin memutuskan untuk menjenguk Shafa dengan membawa buah-buahan yang dia beli semalam. Berkat Jihan, dia jadi tau banyak hal tentang Shafa.Sebenarnya, dari luar ruangan tidak terdengar suara siapapun. Namun saat membuka pintu, ada seorang pria yang menemani Shafa. "Permisi? Aku boleh masuk, Shaf?""Iya, masuk aja. Ada apa kamu pagi-pagi banget udah ke sini?" tanya Shafa yang bersandar di ranjangnya."Kevin?""Loh, Rendi?"Ternyata, Kevin dan Rendi adalah teman satu tongkrongan sewaktu SMA. Mereka sangat akrab saat itu dan mulai hilang komunikasi setelah lulus SMA karena Rendi pindah ke Malang."Kamu kenal sama Kevin, Shaf?" tanya Rendi."Iya, dikenalin sama Jihan. Baru beberapa hari
Read more

33. Bantuan Untuk Siska

"Kak Dinda salah. Buktinya, aku masih sangat mencintai Shafa walaupun berkali-kali Shafa terluka karena aku. Ini nyata, aku beneran cinta sama Shafa. Aku sadar sama semua kesalahan aku dan aku coba perbaiki itu. Tapi, semuanya udah terlanjur, 'kan, Shaf? Kamu udah terlanjur enggak percaya lagi sama aku, 'kan?"Cengengnya Shafa kembali terlihat. Dia merasa kasihan pada Alby entah apa alasannya. "Mas, anggap kamu enggak dengar apa-apa, ya? Lupain semua yang kamu dengar tadi.""Aku seneng tanpa sengaja bisa tau isi hati kamu yang sebenernya, yang enggak akan pernah kamu ceritain ke aku. Tapi tolong, Shaf. Untuk yang terakhir kali, tolong percaya lagi sama aku. Aku udah berusaha untuk jujur sama kamu, untuk bisa bahagiain kamu, dan berusaha untuk enggak menyakiti kamu lagi."Dinda menarik tangan Alby untuk mendekat pada Shafa, setelahnya dia keluar meninggalkan pasutri itu untuk menyelesaikan masalahnya. Alby yang biasanya selalu menyentuh Shafa dengan lembut bahkan tanpa izin, saat itu se
Read more

34. Sama-sama Cemburu

"Sayang, kamu yakin mau pergi sekarang? Udah enggak sakit kakinya kalau dibuat jalan?" Alby mengelus kaki Shafa dengan sedikit pijatan."Enggak, Mas. Udah enakan badan aku. Pokoknya kita harus pergi sekarang."Alby memperlihatkan rasa sayangnya pada sang istri. Beberapa kali tangan kirinya mencium tangan Shafa juga membelai rambut panjang sang istri. Setelah orang tuanya pergi, hanya Alby yang membuatnya merasa sangat dicintai. Tapi, sampai kapan perasaan itu akan Shafa rasakan?Sebuah pemakaman umum yang sangat luas itu adalah rumah terakhir Yunus dan Fatim. Pasti mereka sangat bahagia melihat anak dan menantunya datang setelah sekian lama. Dibantu Alby, Shafa duduk di antara makam ayah dan ibunya."Maafin aku karena enggak bisa bahagiakan Shafa. Aku udah terlalu sering nyakitin Shafa. Aku minta maaf, Ayah, Ibu. Tapi aku janji akan perbaiki semua kesalahan aku selama ini. Aku akan berusaha untuk mencintai dan membahagiakan Shafa. Aku janji."Apa ucapannya itu sungguhan? Itu yang menj
Read more

35. Hamil

Tidak ada bosannya memuji betapa cantik wanita dihadapannya. Namun, Shafa tetap saja merasa tidak pantas dimiliki Alby. Padahal Alby yang seharusnya merasa begitu karena Shafa lebih pantas bersanding dengan pria yang jauh lebih baik darinya."Aku emang bukan pria yang baik, tapi aku akan berusaha jadi yang terbaik buat kamu untuk menebus semua kesalahan aku," ucap Alby pada Shafa yang tertidur pulas.Alby beranjak dari ranjang dan memakai pakaiannya. Melihat pintunya sedikit terbuka, "Loh, dari tadi pintunya enggak dikunci, ya?"Kaki jenjangnya menuruni dua anak tangga sekaligus. Belum sampai di lantai dasar, langkah Alby terhenti kala mendengar keributan di ruang tengah. "Ada apaan, sih?""Saya masih tau diri. Enggak kayak kamu. Udah tau Alby punya istri, masih aja di deketin.""Ada juga kamu. Udah tau Shafa punya suami, masih aja ikut campur urusan rumah tangga mereka. Kamu suka, 'kan, sama Shafa?"Suara Rendi dan Siska dapat Alby kenali. Dia bersembunyi dibalik dinding dan diam-dia
Read more

36. Cobaan Kesekian Kali

5 bulan berlalu. Shafa belum terbiasa dengan kehamilannya. Dia sering merasa pusing, mual, emosi yang tidak stabil, dan lain-lain. Karena Shafa sulit tidur, Alby jadi mengikutinya untuk menemaninya. Kalau dihitung, mereka tidur kurang dari 8 jam. Apalagi pagi itu Alby harus pergi ke kampus dan siangnya pergi mengajar sampai sore."Jangan ke mana-mana, ya? Kalau ada apa-apa, langsung kasih tau aku.""Iya, Mas. Bosen aku denger kamu ngomong gitu terus. Sampai hapal aku."Alby tersenyum kemudian mencium kening, pipi, dan terakhir bibir sang istri. "Mau aku beliin apa?""Eum ... cimol sama roti bakar rasa blueberry.""Siap! Nanti aku beliin."Selama di jalan, Alby merasa seperti diikuti sebuah mobil sampai ke kampusnya. Mereka sama-sama keluar dari mobil dan ternyata itu Siska. Wanita itu yang mengikuti Alby sejak keluar dari komplek perumahannya."Alby!" Siska berlari mengejarnya, tapi Alby menghindarinya. "Al, tunggu sebentar." Tangannya menarik Alby dan menggenggamnya erat.Spontan Alb
Read more

37. Dendam Shafa

"Apa salah aku, Mas? Kenapa aku selalu kehilangan orang-orang yang aku cinta?! Kenapa?!!!"Shafa marah besar saat tau dia kembali kehilangan anak dikandungannya. Fahri, Galih, dan Mbok Dewi pun ikut menangis dan ikut merasakan hal yang Shafa rasakan. Bukan hal yang mudah untuk bisa ikhlas dan bangkit setelah kehilangan banyak orang tercinta."Daripada orang-orang dekatku mati, mending aku aja yang mati!"Walau Alby memeluknya, Shafa dapat memberontak karena tenaganya begitu kuat. "Sayang, tenang dulu. Tenangin diri kamu dulu.""Lepas!" Shafa menampar Alby untuk pertama kalinya. "Ini semua gara-gara kamu! Kamu yang bikin hidup aku jadi kayak gini! Setelah nikah sama kamu, kedua orang tua aku meninggal! Kamu juga udah hancurin hidup sahabat aku sampai dia meninggal. Mama kamu yang jahat itu, banyak nyakitin aku dan sampai bikin anak aku meninggal juga! Ini semua karena kamu! Bukan aku, tapi kamu yang pembawa sial! Kamu yang pembawa sial!!!"Sakit. Sangat sakit. Apa yang Shafa tuturkan s
Read more

38. Pamit

Hari pertama tanpa Shafa sangat sulit Alby lalui. Fahri melarangnya untuk menemui Shafa karena keadaan belum baik-baik saja. Alby menurut walau sulit dia lakukan. Mbok Dewi juga banyak memberikan saran dan masukan yang sedikit membuat Alby merasa masih ada harapan untuk dapat kembali bersama dengan Shafa."Selama ini, Mbak Shafa selalu cinta sama Mas Alby dalam situasi apapun. Dia bisa bertahan sendiri, Mas. Jadi, bibi sebenarnya enggak percaya kalau Mbak Shafa bisa semudah itu mau pisah sama Mas Alby.""Jadi maksud Mbok Dewi, mungkin Shafa cuma lagi emosi dan bakal kembali sama saya lagi?""Iya, Mas. Coba sabar aja dulu. Biarin Mbak Shafa tenangin dirinya dulu. Nanti coba Mas Alby temuin dan ngomong baik-baik."Setelah hampir 30 menit mengobrol, Alby yang cuti dari jadwal mengajar dan kuliahnya, pergi menemui Siska di penjara. Polisi berhasil menangkapnya 2 hari setelah laporan di terima dan Siska terbukti bersalah.Penampilan Siska sangat berubah. Saat SMP, Alby jatuh cinta padanya
Read more

39. Lahir Tanpa Ayah

Kemarin menjadi hari kehilangan kesekian kalinya untuk Shafa. Setelah kehilangan orang tuanya, anaknya, dan sahabatnya, dia juga telah kehilangan suaminya. Sungguh, saat itu ingin sekali Shafa mencegahnya. Bukan gengsi. Tapi entah kenapa sulit dilakukan."Maafin aku, Mas." Itu yang berkali-kali Shafa ucapkan dalam lamunannya."Shafa, ada Mbok Dewi dateng, nih."Berbeda dengan saat Alby yang datang, kali itu Shafa yang menemui tamunya sendiri di ruang tamu. "Mbok Dewi? Apa kabar, Mbok?""Baik. Mbak sendiri gimana kabarnya?""Aku baik-baik aja. Mbok Dewi mau ke mana?" Shafa melihat wanita tua berusia 50-an tahun itu membawa 2 tas besar."Mbok ke sini mau pamit sama Mbak Shafa. Mbok mau pulang kampung karena udah enggak ada kerjaan lagi di sini. Mbok juga harus betul-betul pilih majikan, jadi enggak mau buru-buru, Mbak.""Mas Alby ....""Beliau udah berangkat ke Australia pagi tadi, Mbak.""Jadi, Mas Alby bener-bener pergi?""Iya. Oh, ada sesuatu yang dia titipin ke saya buat Mbak Shafa.
Read more

40. Pertemuan

5 tahun berlalu. Shafa mengurus anak laki-lakinya tanpa suami. Tapi tidak sendirian, ada Mbok Dewi yang masih setia menemaninya. Mbok Dewi memutuskan untuk tidak lagi bekerja sebagai ART karena ingin kembali berjualan, ditemani dengan Shafa. Sudah 2 tahun mereka berjualan keliling menjajakan kue buatan sendiri. Sampai akhirnya, Shafa memiliki sebuah kafe, modal dari sang kakak.Keberadaannya di Yogya diketahui oleh Rendi setelah Shafa melahirkan. Tapi, Alby dan ayahnya–Fahri–sama sekali tidak terdengar kabarnya. Rindu. Iya, itu yang Shafa rasakan walau mereka sudah lama bercerai.Bizar tumbuh menjadi anak tampan dan pintar. Usianya sudah menginjak 5 tahun. Tentu dia banyak bertanya tentang ayahnya. Di mana ayah? Kapan aku ketemu ayah? Dan beberapa pertanyaan lain yang selalu diulang.Hari itu, Shafa sengaja memboking sendiri kafe miliknya untuk ulang tahun Bizar. Dia mengundang teman sekelas Bizar dan guru-gurunya juga."Ayo, silahkan masuk. Di pakai topinya, ya?" Shafa memberikan topi
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status