Home / Romansa / Gelora Adik Ipar / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Gelora Adik Ipar: Chapter 31 - Chapter 40

49 Chapters

Bab 31 Salah Retas

"Berhasil!" pekik Amera girang. Sebab berhasil merentas sistem di perusahaan Hermawan, kemudian ia mencari rekaman CCTV perusahan tersebut.Tiba-tiba saja Bik Tini datang, wanita paruh baya itu kembali menanyakan tentang keberadaan Kejora."Nak Mera, Kejora benar-benar diculik?" tanya Bik Tini dengan nada khawatir.Amera menatap sekilas kearah wanita paruh baya itu, kemudian meminta Bik Tini untuk diam sejenak. Sebab, dirinya harus fokus. Waktu yang ia miliki begitu minim, jika sampai ketahuan oleh sistem keamanan perusahaan Hermawan dan mereka berhasil melacak dirinya. Maka, pupus sudah harapannya.Tangan Amera begitu licah memainkan dan menekan tombol yang ada pada mouse, matanya ia pertajam. Setelah beberapa file yang diinginkan telah berhasi dicopy paste Amera mematikan laptopnya.Tentu saja setelah menghapus jejak-jejak retas yang telah ia lakukan, Amera bisa bernafas lega dan berharap apa yang ia lakukan tidak terendus oleh sistem pertahanan perusahaan itu."Nak Mera," seru Bik
Read more

Bab 32 Rencana Tersembunyi.

Tiba-tiba saja, ada sebuah pesan masuk membuat perhatian Amera teralihkan kepada ponselnya. Ia bergegas meraih benda pipih itu dan membaca sebuah pesan singkat dari nomor yang tidak diketahui.Wajah Amera nampak gusar setelah membaca apa yang seseorang kirim kepadanya, Bik Tini yang memperhatikan raut wajah Amera berubah mulai menyodorkan beberapa pertanyaan."Ada apa, Nak Mera? Apakah ada kabar dari Kejora?"Amera menatap sekilas ke arah Bik Tini seraya menggeleng pelan, ia membuang nafas panjang. Entah bagaimana dirinya menjelaskan apa yang akan Amera hadapi nantinya."Nak," panggil Bik Tini lagi."Bu, bisa biarkan aku sendirian dulu?" pinta Amera dengan raut wajah memelas. Dirinya benar-benar harus menenangkan diri terlebih dahulu, sebab apapun keputusan yang akan ia ambil. Hal itu bisa mendatangkan dampak yang signifikan.Bik Tini mengangguk kecil, kemudian melangkah ke arah pintu. Sebelum menutup pintu, wanita paruh baya itu menatap sekilas ke arah Amera yang nampak begitu tertek
Read more

Bab 33 Cemburu

Ketika Amera telah sampai di tempat yang dituju, ia bergegas keluar dari mobil dan melangkah perlahan. Ternyata alamat yang ia tuju merupakan sebuah villa yang terdapat di daerah pinggiran kota.Entah apa yang sebenarnya direncanakan oleh Hermawan, tapi Amera berusaha untuk berfikir tenang dan tidak membiarkan fikiran-fikiran buruk hinggap di otaknya. Sebab, Amera harus fokus dan konsentrasi agar tidak salah melangkah.Berkali-kali Amera menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang, selama ini hidupnya selalu aman dan damai. Tidak pernah ada masalah seperti ini yang ia hadapi, walaupun kehilangan orang-orang yang begitu ia sayangi. Namun, kali ini rasanya sangat berbeda."Silahkan masuk," sapa seroang pelayan pria menyambut kedatangan Amera.Amera berusaha terlihat tenang dan mengangguk kecil seraya tersenyum kecil, kemudian mengikuti pelayan pria itu masuk semakin dalam ke villa tersebut.Tempat itu begitu indah dengan interior design yang elegan dan unik, sangat menggambarkan
Read more

Bab 34 Pulang

Amera menjerit-jerit meminta tolong, tapi suaranya tidak akan pernah bisa keluar dari ruangan itu. Dekapan pria asing di belakangnya membuat Amera kian merasa jijik dengan dirinya sendiri.Bagaimana dengan keadaannya setelah ini? Apakah ada lelaki yang mau menikah dengannya, yang telah dinodai dan sampai hamil tanpa status yang jelas?Bayangan demi bayangan kehidupan suram dimasa depan membuat hati Amera terasa di remas, cairan bening yang sedari tadi menetes. Kini kian deras dan tidak bisa dihentikan lagi, pupus sudah hidupnya."Kamu jangan takut."Amera bungkam seketika, ketika mendengar ucapan pria yang memeluknya dari belakang itu. Sampai pelukan itu terurai dengan perlahan, kemudian pria itu mengembalikan tubuh Amera.Mata Amera seakan ingin keluar dari tempatnya berada, ia begitu syok dengan apa yang terjadi. Semuanya benar-benar tidak bisa ia terima dengan akal sehat."Paman Her," gumam Amera pelan kemudian memukuli dada bidang lelaki paruh baya itu dengan isak tangis yang tadi
Read more

Bab 35 Mati Kutu

Sedangkan dilain tempat, seorang wanita tengah meraung-ruang keras. Mengumpat seseorang yang paling ia benci."Dasar wanita j*l*Ng! Wanita penggoda! Pembawa sial!"Suara wanita itu terdengar begitu nyaring di malam yang begitu sunyi, suara wanita itu bisa terdengar dengan jelas. Bersahutan dengan suara lolongan *ni*Ng yang tidak henti-hentinya ikut meraung-raung.Wanita itu menjambak rambutnya dan terus mengumpat kesal, entah bagaimana semua rencana yang telah ia susun dengan baik. Bisa gagal total dan berantakan.Hingga sebuah derap langkah mendekat, wanita itu berbalik badan dan menatap malas ke arah orang yang datang itu. Walaupun raut wajah mereka sama-sama tidak sedap untuk dipandang."Hes! Bagaimana sih kamu? Ko bisa Amera terlepas begitu saja?" pekik wanita paruh baya dengan melipat kedua tangannya di dada dan menatap tajam Hesti. Ya, Hesti baru saja mengetahui bahwa Amera berhasil kabur.Awalnya Hesti meninggalkan ruangan di mana Amera akan di esakusi oleh pelayan villanya, na
Read more

Bab 36 Murka.

Hesti benar-benar lepas kendali, ia tidak perduli lagi dengan Rossa yang kini telah tergolek lemas dan tidak sadarkan diri. Sampai seseorang menarik pelan tubuhnya."Hentikan, Hes. Nanti, dia benar-benar mati," jelas orang tersebut membuat Hesti menatap sekilas kearahnya.Kemudian Hesti menatap tubuh Rossa yang nampak pucat dan lehernya yang mengeluarkan sedikit cairan merah pekat dengan bau anyir, yang terdapat pada bekas kemerahan akibat kuku-kuku tajam dan panjangnya.Hesti bergegas bangun dari tubuh Rossa, sorot matanya kosong. Seolah ia kehilangan semangat hidup, melihat semua yang terjadi membuat pria yang masih berada di dalam ruangan itu membawa tubuh Rossa pindah ke ruangan lain.Sedangkan Hesti kini semakin menampakkan keanehan, terkadang wanita itu tertawa dan terkadang menangis tidak jelas. Hal itu terulang beberapa kali."Hahah ... aku seroang pembunuh!" teriak Hesti dengan gelak tawa yang mengerikan."Aku seorang pembunuh?" kata Hesti dengan lirih dan kemudian terisak.H
Read more

Bab 37 Puncak Tragedi.

Sebuah cahaya menyusup masuk melalui celah-celah kecil yang terdapat di dalam sebuah ruangan pengap dengan seseorang dalam keadaan tubuh yang tengah terikat.Beberapa kali tubuh orang tersebut bergeliat-geliat, merasakan pegal dan sakit dengan keadaan yang tengah dirasakan.Hingga samar-samar suara derap langkah mendekat, tidak berapa lama kemudian decitan pintu mulai terbuka."Eeemm," gumamnya. Suara lelaki itu tidak bisa keluar, sebab mulutnya yang dilakban. Sampai penutup matanya dibuka dan ia bisa melihat siapa yang datang."Apa kamu masih mau melawan?" tanya orang itu membuat Andre menatap tajam, seolah ingin menguliti lelaki paruh baya yang ada dihadapannya itu hidup-hidup.Andre disekap oleh Hermawan, bahkan lelaki paruh baya itu tidak segan-segan menyiksa Andre agar mau membantu rencananya.Tentu saja Andre tidak akan pernah mau bekerjasama dengan lelaki selicik Hermawan, namun lelaki paruh baya itu menggunakan Kejora untuk mengancam dirinya."Dasar b*n*tng!" teriak Andre, ke
Read more

Bab 38 Adik Ipar Lagi.

"Dek!" pekik Amera dengan suara yang begitu keras, ketika melihat Andre yang telah terkapar. Dengan kasar ia menghempaskan tangan Hermawan yang sedari tadi menahan dirinya dan berhamburan ke arah sang adik ipar.Tangis Amera semakin pecah, melihat keadaan Andre yang tidak sadarkan diri. Adik iparnya merupakan sosok yang selama ini melindungi dan menyayangi dirinya berserta Kejora dengan tulus."Hentikan, Mera. Dia tidak apa-apa," kata Hermawan seraya ingin menarik kembali tubuh Amera, tapi wanita itu menolak dengan menggeleng pelan. Hal itu membuat Hermawan merasa geram."Aku mohon, Paman. Kasihanilah kami," kata Amera dengan lirih, berharap masih ada hati nurani Hermawan untuk berbelas kasih terhadap mereka.Namun, Amera tidak mengenal seberapa kejam seorang Hermawan yang akan menghabisi siapapun yang menghalangi rencananya.Hermawan menatap ke arah anak buahnya, seolah memberi perintah dengan tatapan mata saja. Lelaki berbadan besar itu mengangguk dan mengangkat tubuh Andre."Jangan
Read more

Bab 39 Harapan.

"Kalian!" Amarah tengah menguasai Hesti, di mana ia melihat Andre dan Amera yang sempat-sempatnya berciuman di saat seperti ini.Wanita itu tidak terima dengan apa yang terjadi dan menarik rambut Amera kasar, hal itu membuat Andre bergegas menghentikan tindakan yang dilakukan oleh Hesti."Apa yang kamu lakukan, Hes?" pekik Andre seraya menarik tubuh Amera ke dalam dekapannya dan menatap tajam sang istri.Mata Hesti memerah dan mengeluarkan cairan bening, wanita itu berharap masih ada kesempatan untuk dicintai oleh suaminya.Namun, kenyataan yang diterima begitu bertolak belakang dengan apa yang diharapkan dan begitu menyakitkan untuk dirinya.Hingga sebuah tangan kekar menarik pelan pergelangannya, ia menatap sosok lelaki yang telah membantunya untuk bisa sampai ke tempat ini. Walaupun harus merasakan luka yang perih di hatinya."Kita harus bergegas, Hermawan akan kabur kalau kita terlambat," terang Ronal dan mendapatkan anggukan kecil dari Hesti. Kemudian keduanya pergi membuat Andre
Read more

Bab 40 Pernikahan Kedua.

Beberapa jam yang lalu.Di saat Ronal dan Hesti tengah melacak keberadaan Amera, tiba-tiba saja Ronal melihat beberapa mobil polisi mengitari Villa dan membuat mereka panik."Nal, bagaimana ini?" tanya Hesti melihat beberapa polisi telah mulai masuk ke area villa melalui rekaman CCTV. Melihat keadaan tersebut membuat Ronal meminta Hesti untuk bersembunyi bersama Rossa di sebuah tempat rahasia yang hanya Ronal yang mengetahui tempat tersebut.Villa yang menjadi salah satu properti dari perusahaan Darati Utama merupakan villa peninggalan dari keluarga Ronal, tentu saja dirinya begitu paham dan tahu dengan baik selut-belut villa tersebut.Sebelum dibeli oleh perusahan Darati Utama, Ronal merupakan keturunan ketiga yang menjaga villa tersebut."Nal, dia kenapa?" tanya Hesti mulai panik, ketika melihat wajah Rossa yang telah pucat dan lehernya yang mengalir cairan merah.Dengan cepat Ronal mengangkat tubuh Rossa dan menuntun Hesti menuju ke sebuah ruangan rahasia dengan hati-hati, sebab b
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status