Beranda / Romansa / Gelora Adik Ipar / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Gelora Adik Ipar: Bab 21 - Bab 30

49 Bab

Bab 21 Peringatan Keras

Mata Amera membulat sempurna, ketika melihat siapa yang baru saja menabrak dirinya. Dengan cepat ia bergegas bangun dan meraih tangan wanita itu, di saat hendak kabur."Mau ke mana kamu, hah!" bentak Amera dengan garang, emosinya mendidih seketika. Tidak perduli dengan para karyawan yang mulai ramai setelah jam makan siang dan ingin kembali bekerja.Amera tidak akan pernah melepaskan mangsanya, cengkraman tangan ia perkuat dan membuat wanita itu mengeluh kesakita."Lepaskan! Dasar wanita bar-bar!" pekik Siska mengeluh. Namun Amera tetap tidak mau melepaskannya."Ngapain kamu ke sini, hah?" bentak Amera lagi.Selvi yang baru saja masuk telah disuguhkan dengan pemandangan yang cukup ekstrim tersebut, sebisa mungkin wanita itu terlihat tetap tetang dan melangkah perlahan."Ingat karma, Vi," batin Selvi. Namun, naas. Amera menyeru namanya dengan lantang dan membuat langkah Selvi harus berhenti seraya berbalik badan.Niat hati tidak ingin terlibat dalam urusan Amera, tapi wanita itu yang
Baca selengkapnya

Bab 22 Sebuah Fakta

Amera tetap mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan adik iparnya, walaupun tidak bisa disembunyikan bahwa ada rasa cemburu yang mengusik ketenangan hati wanita itu.Rasa nyaman dan sikap manis yang selalu Andre berikan membuat Amera tidak bisa membohongi dirinya sendiri, kalau terbuai dalam perhatian adik iparnya itu berikan.Namun, sekali lagi keegoisan membuat Amera tidak mau mengakui semua itu dan menyimpannya baik-baik di dalam hati tanpa berniat sama sekali untuk mengungkapkan perasaannya tersebut.Setelah mengatur perasaannya yang sempat bergejolak, Amera melangkah dengan pasti menuju ke ruangan Hermawan."Pak Her!" seru Amera.Beberapa kali ia mengetuk pintu ruangan lelaki paruh baya itu, tapi tidak ada sahutan dari dalam. Hingga Amera memutuskan untuk masuk ke ruangan tersebut.Amera memutar hendel pintu yang ternyata tidak terkunci dan mendorongnya secara perlahan, manik matanya menatap ke adaan ruangan tersebut. Mencari keberadaan Hermawan, ruangan itu begitu sunyi. Samar-s
Baca selengkapnya

Bab 23 Tidak Mudah

Di sebuah rumah yang megah, seroang wanita paruh baya menatap penuh kekecewaan ke arah Amera. Wanita itu adalah Bik Tini, walaupun bukan ibu kandung Amera. Tetap saja, ia mengkhawatirkan keadaan Amera dan Kejora.Setelah diajak pulang dengan tiba-tiba dan diberitahu, bahwa Hermawan merupakan dalang dari kematian Amar dan Darati. Tentu saja Bik Tini bukan hanya khawatir, melainkan benar-benar marah."Nak Mera, kenapa kamu baru bilang sekarang? Bagaimana kamu bisa membiarkan Kejora dekat dengan lelaki itu!" kata Bik Tini meluapkan perasaannya.Mereka kini duduk di ruangan tamu, sedangkan Kejora yang kelelahan akibat perjalan udara yang mereka tumpangi sudah terlelap di dalam kamar.Amera membuang nafas panjang, memperbaiki posisi duduknya agar menjadi nyaman sebelum menjawab pertanyaan dari Bik Tini barusan.Andaikan Amera mengetahui kebusukan Hermawan dari awal? Mungkin dirinya akan menjebloskan lelaki itu ke penjara, namun sayangnya Amera tidak memiliki bukti yang kuat."Aku belum yak
Baca selengkapnya

Bab 24 Dilabrak

Sejak semalam Amera sudah menyusun rencananya, mulai dari mencoba merentas data perusahan Hermawan. Sampai mengumpulkan data-data tentang kematian kedua orangtuanya, semua itu Amera lakukan seorang diri. Karena kini tidak ada orang yang bisa dipercaya olehnya.Kasus kematian orangtuanya begitu bersih dan kemungkinan kecil bisa menjerat Hermawan, sebab kecelakaan yang menimpa Amar dan Darati begitu rapi. Bahkan kasusnya sudah lama ditutup.Di saat Amera tengah memikirkan cara untuk mendapatkan bukti yang akan ia pergunakan menjerat Hermawan, tiba-tiba saja dari luar kamar Amera mendengar suara ribut-ribut."Di mana wanita murahan itu!" Suara yang begitu familiar mengusik pendengarannya, membuat Amera bergegas keluar kamar, baru saja ia membuka pintu wajah Rossa yang tengah berkacak pinggang menyambutnya.Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu kini menampakkan aura tidak bersahabat, walaupun hal tersebut memang tabiat Rossa setiap kali bertemu dengan Amera.Namun, kali ini ad
Baca selengkapnya

Bab 25 Teror

"Jangan, Ndre!" teriak Rossa histeris.Rossa bahkan memeluk kaki Andre membuat putranya itu menatap penuh iba ke arah Mamanya tersebut, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab, perusahan yang selama ini dikelolah olehnya merupakan milik Amera.Andre tidak memiliki hak apapun atas perusahaan tersebut, hanya saja menjalankan bisnis itu dengan baik dan mengambil upah yang sesuai dengan hasil kerjanya."Aku gak bisa, Ma. Mau bagaimana pun juga? Perusahan itu milik Mbak Amera," jelas Andre tidak berdaya.Kali ini Amera benar-benar menjadi wanita paling tidak berperasaan, setidaknya ia ingin membalas sedikit rasa sakitnya kepada Rossa yang selalu berlaku seperti ibu mertua kejam.Amera merasa, tidak ada yang salah dengan apa yang ia lakukan saat ini. Sebab, Amera hanya mengambil apa yang menjadi miliknya. "Kamu akan menyesali semua ini, Mera! Dasar wanita murahan!" teriak Rossa membuat Andre menahan tubuh wanita itu yang ingin menyerang Amera, sedangkan Amera hanya menatap lekat tanpa me
Baca selengkapnya

Bab 26 Bulan Madu

"Ndre," suara seruan pelan mengusik tidur Andre yang baru saja memejamkan mata.Lelaki itu menatap ke arah wanita yang kini duduk di tepi ranjang dengan pakaian yang begitu seksi, namun sayang. Andre tidak tertarik sama sekali, kemudian memilih untuk bangun dan bersandar pada headboard tempat tidur.Bola mata Andre sebuk membuka pesan Chet yang masuk ke ponselnya, tanpa menghiraukan Hesti sama sekali dan membuat wanita itu semakin merana."Ndre, apa sih salahku sama kamu?" tanya Hesti dengan lirih."Salah kamu itu, hanya satu! Yaitu, mau menikah denganku," balas Andre acuh tanpa melirik ke arah Hesti sama sekali.Kini keduanya tengah berada di salah–satu villa yang merupakan aset perusahaan Darati Utama, dengan alasan pergi berbulan madu. Andre meminta izin kepada mamanya untuk membawa Hesti, padahal itu semua hanya akal-akalan Andre saja.Andre ke villa tersebut memiliki tujuan dan maksud lain, setelah pertengkaran dirinya bersama Amera beberapa waktu lalu. Andre memang menghindari k
Baca selengkapnya

Bab 27 Keceplosan

"Hesti!" Andre memanggil nama istrinya itu dan kembali masuk ke kamar, namun ada yang aneh dengan wanita itu.Hesti nampak begitu gugup, bahkan belum juga menganti pakaiannya yang robek. Buru-buru Andre memalingkan wajahnya dan memberi perintah kepada Hesti, untuk bersiap-siap. Sebab, hari ini mereka berdua akan segera pulang.Tugas Andre sedikit lagi selesai, setelah meng-upload data terbaru tentang villa dan berbagai hotel lainnya. Andre benar-benar akan membantu Amera untuk mendapatkan hak penuh atas perusahaan Darati Utama."Bersiaplah! Malam ini kita pulang!" Setelah mengatakan hal itu, Andre bergegas pergi lagi. Di villa tersebut, tidak ada kegiatan lain yang keduanya lakukan. Kecuali, mengurusi pekerjaan. Bulan madu yang diimpikan oleh Hesti hanya akan terjadi di dalam angan-angannya saja. Sebab, Andre tidak akan pernah bisa menyentuh Hesti. "Huff, aku harus bergerak cepat," gumam Andre seraya melangkah menuju ke area lain yang berada di sisi barat villa. Di sana ada sebuah po
Baca selengkapnya

Bab 28 Penculikan.

"Itu—" Rossa nampak panik, seperti maling yang ketahuan mencuri membuat Andre semakin curiga dan mencondongkan tubuhnya ke arah sang mama."Jawab, Ma! Apa yang coba Mama rencanakan?" desak Andre membuat Rossa memalingkan wajah dan ingin berlalu."Sudahlah! Bicara sama kamu bikin darah tinggi Mama nanti naik!" kata Rossa ingin menghindar.Kali ini, Andre yang menyudutkan wanita itu dan mengancam. Kalau sampai Rossa melakukan hal yang tidak-tidak terhadap Kejora dan Amera, maka Andre sendiri yang akan memberi Rossa pelajaran."Dasar anak durhaka! Semua sebab wanita pembawa sial itu! Tunggu pembalasanku!" batin Rossa geram. ***Matahari menyinari bumi dengan cahayanya yang hangat, pagi ini Andre sudah rapi dengan setelan jas dan bersiap-siap akan ke kantor.Langkahnya berhenti ketika di ambang pintu dapur, di mana ia melihat Hesti tengah memasak di sana membuat Andre mengernyitkan keningnya. Sebab, tidak biasanya Hesti mau berjibaku di dapur. Selama ini Andre hanya meli
Baca selengkapnya

Bab 29 Musuh Sebenarnya.

Andre melangkah dengan tergesa-gesa, menuju ke area parkiran. Kemudian masuk ke mobilnya dan membawa kedaraan beroda empat itu meninggalkan area perkantoran.Tidak perduli dengan suara ponselnya yang terus berdering tanpa henti, Andre terus fokus menyetir. Sampai lelaki itu sampai di sekolah Kejora."Mana Kejora?" pekik Andre panik seraya menarik kerah baju seorang guru lelaki yang berada dihadapannya.Sedangkan Amera yang berada di sana hanya menangis, membuat keadaan Andre semakin panik."Mbak, mana Kejora?" tanya Andre mengulangi pertanyaannya yang pertama. Amera hanya menggeleng pelan, sebelumnya wanita itu menghubungi Andre dan memberitahukan bahwa Kejora tidak berada di sekolah.Kata guru yang mengajar di sana ada seseroang yang membawa Kejora dengan sebuah mobil mewah, tanpa mereka menanyakan siapa orang tersebut.Mendengar apa yang disampaikan oleh Amera membuat amarah Andre semakin memuncah, Andre menatap tajam setiap guru yang yang ada di sana."Kalian akan kubuat menyesal!
Baca selengkapnya

Bab 30 Siapa Dia?.

"Ada apa, Dek?" tanya Amera dengan raut wajah cemas.Adik iparnya itu hanya menatap sekilas tanpa berniat menjawab pertanyaan yang baru saja ia ucapakan sama sekali, kemudian membuka amplop yang berada di tangannya.Cukup lama Amera menunggu Andre untuk kembali berbicara, seking was-was perasaannya. Tanpa sadar Amera menggigit jari telunjuknya."Dek!" pekik Amera tidak tahan lagi, namun tiba-tiba saja adik iparnya itu menghidupkan mesin mobil dan melaju begitu saja. Tanpa mau menjawab pertanyaan yang ia ajukan tadi.Amera merasa semakin kesal dengan sikap Andre yang hanya diam, apalagi Kejora yang saat ini tengah diculik oleh Hermawan."Turun!" perintah Andre tanpa melirik ke arah Amera sama sekali. Tentu saja hal tersebut membuat Amera menjadi semakin geram."Maksudmu apa sih, Dek? Mbak juga ingin ikut mencari Kejora!" teriak Amera kesal.Namun, sorot mata Andre yang begitu tajam membuat nyali Amera menciut. Selama ini dirinya belum pernah melihat adik iparnya itu marah, dengan terpa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status