Home / Romansa / Gelora Adik Ipar / Bab 35 Mati Kutu

Share

Bab 35 Mati Kutu

Author: Wilda Akha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sedangkan dilain tempat, seorang wanita tengah meraung-ruang keras. Mengumpat seseorang yang paling ia benci.

"Dasar wanita j*l*Ng! Wanita penggoda! Pembawa sial!"

Suara wanita itu terdengar begitu nyaring di malam yang begitu sunyi, suara wanita itu bisa terdengar dengan jelas. Bersahutan dengan suara lolongan *ni*Ng yang tidak henti-hentinya ikut meraung-raung.

Wanita itu menjambak rambutnya dan terus mengumpat kesal, entah bagaimana semua rencana yang telah ia susun dengan baik. Bisa gagal total dan berantakan.

Hingga sebuah derap langkah mendekat, wanita itu berbalik badan dan menatap malas ke arah orang yang datang itu. Walaupun raut wajah mereka sama-sama tidak sedap untuk dipandang.

"Hes! Bagaimana sih kamu? Ko bisa Amera terlepas begitu saja?" pekik wanita paruh baya dengan melipat kedua tangannya di dada dan menatap tajam Hesti. Ya, Hesti baru saja mengetahui bahwa Amera berhasil kabur.

Awalnya Hesti meninggalkan ruangan di mana Amera akan di esakusi oleh pelayan villanya, na
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gelora Adik Ipar   Bab 36 Murka.

    Hesti benar-benar lepas kendali, ia tidak perduli lagi dengan Rossa yang kini telah tergolek lemas dan tidak sadarkan diri. Sampai seseorang menarik pelan tubuhnya."Hentikan, Hes. Nanti, dia benar-benar mati," jelas orang tersebut membuat Hesti menatap sekilas kearahnya.Kemudian Hesti menatap tubuh Rossa yang nampak pucat dan lehernya yang mengeluarkan sedikit cairan merah pekat dengan bau anyir, yang terdapat pada bekas kemerahan akibat kuku-kuku tajam dan panjangnya.Hesti bergegas bangun dari tubuh Rossa, sorot matanya kosong. Seolah ia kehilangan semangat hidup, melihat semua yang terjadi membuat pria yang masih berada di dalam ruangan itu membawa tubuh Rossa pindah ke ruangan lain.Sedangkan Hesti kini semakin menampakkan keanehan, terkadang wanita itu tertawa dan terkadang menangis tidak jelas. Hal itu terulang beberapa kali."Hahah ... aku seroang pembunuh!" teriak Hesti dengan gelak tawa yang mengerikan."Aku seorang pembunuh?" kata Hesti dengan lirih dan kemudian terisak.H

  • Gelora Adik Ipar   Bab 37 Puncak Tragedi.

    Sebuah cahaya menyusup masuk melalui celah-celah kecil yang terdapat di dalam sebuah ruangan pengap dengan seseorang dalam keadaan tubuh yang tengah terikat.Beberapa kali tubuh orang tersebut bergeliat-geliat, merasakan pegal dan sakit dengan keadaan yang tengah dirasakan.Hingga samar-samar suara derap langkah mendekat, tidak berapa lama kemudian decitan pintu mulai terbuka."Eeemm," gumamnya. Suara lelaki itu tidak bisa keluar, sebab mulutnya yang dilakban. Sampai penutup matanya dibuka dan ia bisa melihat siapa yang datang."Apa kamu masih mau melawan?" tanya orang itu membuat Andre menatap tajam, seolah ingin menguliti lelaki paruh baya yang ada dihadapannya itu hidup-hidup.Andre disekap oleh Hermawan, bahkan lelaki paruh baya itu tidak segan-segan menyiksa Andre agar mau membantu rencananya.Tentu saja Andre tidak akan pernah mau bekerjasama dengan lelaki selicik Hermawan, namun lelaki paruh baya itu menggunakan Kejora untuk mengancam dirinya."Dasar b*n*tng!" teriak Andre, ke

  • Gelora Adik Ipar   Bab 38 Adik Ipar Lagi.

    "Dek!" pekik Amera dengan suara yang begitu keras, ketika melihat Andre yang telah terkapar. Dengan kasar ia menghempaskan tangan Hermawan yang sedari tadi menahan dirinya dan berhamburan ke arah sang adik ipar.Tangis Amera semakin pecah, melihat keadaan Andre yang tidak sadarkan diri. Adik iparnya merupakan sosok yang selama ini melindungi dan menyayangi dirinya berserta Kejora dengan tulus."Hentikan, Mera. Dia tidak apa-apa," kata Hermawan seraya ingin menarik kembali tubuh Amera, tapi wanita itu menolak dengan menggeleng pelan. Hal itu membuat Hermawan merasa geram."Aku mohon, Paman. Kasihanilah kami," kata Amera dengan lirih, berharap masih ada hati nurani Hermawan untuk berbelas kasih terhadap mereka.Namun, Amera tidak mengenal seberapa kejam seorang Hermawan yang akan menghabisi siapapun yang menghalangi rencananya.Hermawan menatap ke arah anak buahnya, seolah memberi perintah dengan tatapan mata saja. Lelaki berbadan besar itu mengangguk dan mengangkat tubuh Andre."Jangan

  • Gelora Adik Ipar   Bab 39 Harapan.

    "Kalian!" Amarah tengah menguasai Hesti, di mana ia melihat Andre dan Amera yang sempat-sempatnya berciuman di saat seperti ini.Wanita itu tidak terima dengan apa yang terjadi dan menarik rambut Amera kasar, hal itu membuat Andre bergegas menghentikan tindakan yang dilakukan oleh Hesti."Apa yang kamu lakukan, Hes?" pekik Andre seraya menarik tubuh Amera ke dalam dekapannya dan menatap tajam sang istri.Mata Hesti memerah dan mengeluarkan cairan bening, wanita itu berharap masih ada kesempatan untuk dicintai oleh suaminya.Namun, kenyataan yang diterima begitu bertolak belakang dengan apa yang diharapkan dan begitu menyakitkan untuk dirinya.Hingga sebuah tangan kekar menarik pelan pergelangannya, ia menatap sosok lelaki yang telah membantunya untuk bisa sampai ke tempat ini. Walaupun harus merasakan luka yang perih di hatinya."Kita harus bergegas, Hermawan akan kabur kalau kita terlambat," terang Ronal dan mendapatkan anggukan kecil dari Hesti. Kemudian keduanya pergi membuat Andre

  • Gelora Adik Ipar   Bab 40 Pernikahan Kedua.

    Beberapa jam yang lalu.Di saat Ronal dan Hesti tengah melacak keberadaan Amera, tiba-tiba saja Ronal melihat beberapa mobil polisi mengitari Villa dan membuat mereka panik."Nal, bagaimana ini?" tanya Hesti melihat beberapa polisi telah mulai masuk ke area villa melalui rekaman CCTV. Melihat keadaan tersebut membuat Ronal meminta Hesti untuk bersembunyi bersama Rossa di sebuah tempat rahasia yang hanya Ronal yang mengetahui tempat tersebut.Villa yang menjadi salah satu properti dari perusahaan Darati Utama merupakan villa peninggalan dari keluarga Ronal, tentu saja dirinya begitu paham dan tahu dengan baik selut-belut villa tersebut.Sebelum dibeli oleh perusahan Darati Utama, Ronal merupakan keturunan ketiga yang menjaga villa tersebut."Nal, dia kenapa?" tanya Hesti mulai panik, ketika melihat wajah Rossa yang telah pucat dan lehernya yang mengalir cairan merah.Dengan cepat Ronal mengangkat tubuh Rossa dan menuntun Hesti menuju ke sebuah ruangan rahasia dengan hati-hati, sebab b

  • Gelora Adik Ipar   Bab 41 Rencana Besar.

    Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Andre sebelumnya, pagi hari ini mereka akan mengadakan acara ijab kobul. Dikarenakan Amera yang tidak memiliki orangtua dan sanak saudara, maka diputuskan mereka mengambil wali nikah Amera dari pihak KUA sebagai wali hakim.Tidak ada pernikahan yang mewah seperti sebelumnya, hanya sebuah ijab kobul yang sederhana dan disaksikan oleh beberapa orang saja. Sebab, mereka memiliki sebuah rencana besar."Saya terima nikah dan kawinnya Amera Darati binti Amar dengan mas kawinnya Perusahan Darati Utama dibayar tunai!" ucap Andre dengan sekali hentakan nafas saja dan mengguncang tangan penghulu yang berada di hadapannya.Kemudian sang penghulu tersebut menatap ke arah saksi yang berada di kiri dan kanannya, lalu keduanya mengucapkan sah bersamaan.Doa-doa pun mulai di lantunkan, sampai di mana Amera di minta untuk mencium tangan Andre yang telah sah menjadi suaminya.Tangan Amera nampak begitu bergetar, hal itu membuat Andre berinisiatif untuk mengusap lem

  • Gelora Adik Ipar   Bab 42 Jebakan Mematikan.

    Andre telah mengatur semuanya, mulai dari acara repsepsi sampai keamanan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.Acara tersebut di mulai dari jam 8 malam dan berada di hotel ternama, setelah tadi pagi mereka melakukan acara ijab kobul. Kini rencana kedua pun mulai dijalankan."Apakah semuanya sudah siap?" tanya Andre kepada anak buahnya, sebab sebentar lagi para tamu undangan akan berdatangan."Sudah Tuan," jawab seseorang dengan berpakaian serba hitam."Baiklah, lakukan dengan sebaik mungkin! Aku tidak ingin ada kesalahan sedikitpun!" perintah Andre dengan menekankan setiap ucapannya dan mendapatkan anggukan dari anak buahnya itu. Kemudian lelaki itu pun pergi, kini Andre melangkah menghampiri Amera yang telah duduk di atas pelaminan.Malam ini bukan hanya acara resepsi pernikahan mereka saja, melainkan acara pelantikan Amera sebagai pemilik sah perusahan Darati Utama."Apakah Mbak merasa gugup?" bisik Andre tepat di samping telinga Amera yang nampak dari tadi tidak tenang.

  • Gelora Adik Ipar   Bab 43 Bukan Suami idaman.

    Entah setan mana yang merasuki Andre, kini dirinya hanya bisa menjabak rambutnya dengan kasar seraya menatap Amera yang terbaring lemah di atas ranjang.Andre benar-benar lepas kendali, ia hanya manusia biasa. Di mana terlalu banyak tekanan yang diterima dan tidak bisa ia luapkan."Arggg," geram Andre kesal dengan keadaan. Namun, ia tidak bisa menyalahkan apa yang sudah terjadi. Andaikan saja Hermawan tidak mengancam dirinya, mungkin Amera tidak akan sekecewa itu padanya."Maafkan aku, Mbak," kata Andre dengan raut wajah yang begitu menyesal. Padahal, Amera telah sah menjadi istrinya dan apapun yang ada pada Amera merupakan hak sah untuknya. Namun, seolah yang baru saja ia lakukan adalah sebuah dosa dan kesalahan besar sampai membuat Andre meminta maaf.Sedangkan Amera hanya mampu terdiam dengan lelehan air mata, ia melihat betapa brutalnya Andre menggauli tubuhnya.Bahkan suaminya terus merancau dengan menyebut nama Kejora, andaikan dirinya mau mendengarkan alasan Andre sebentar saja

Latest chapter

  • Gelora Adik Ipar   Bab 49 Andre Murka.

    Di saat Amera berniat untuk melarikan diri, tiba-tiba saja pergelangan tangannya dicengram erat oleh Andre.Lelaki itu menariknya masuk ke ruangan di mana ada Mama Rossa yang tengah di rawat, jantung Amera berdetak semakin kencang. Terlebih ketika matanya menatap ke arah ranjang rumah sakit, di mana wanita yang ia ingin hindari itu tengah terbaring lemah."Mama," panggil Andre dengan suara pelan seraya meraih tangan Mama Rossa. Wanita itu mengalihkan perhatiannya sejenak untuk menatap wajah Andre, sebelum membuang kembali wajahnya ke arah berlawanan."Kenapa kamu bersama dia?" tanya Mama Rossa membuat hati Amera tersentil.Andre menatap ke arah Amera sejenak dan tersenyum lebar, seolah mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja.Kemudian Andre kembali mengajak Mama Rossa berbicara tentang penyebab wanita yang telah melahirkannya itu bisa masuk ke rumah sakit."Mama lelah, bisa tinggalkan Mama? Mama ingin beristirahat," kata Mama Rossa dengan nada pelan."Baiklah, aku akan pergi. Ta

  • Gelora Adik Ipar   Bab 48 Amera Lagi

    Amera hanya bisa menggigit bibir bawahnya ketika Hesti datang dengan keadaan marah-marah dan menarik tangan Andre untuk keluar dari ruangan tersebut.Kini hanya ada Amera seroang diri di dalam kamar, ia menutup pintu yang masih terbuka lebar itu dan berjalan gontai menuju ke ranjang."Selalu aku yang bersalah," gumamnya pelan seraya menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.Terlalu munafik untuk Amera mengatakan dirinya baik-baik saja saat ini, padahal ia juga seroang wanita yang memiliki perasaan.Semua yang teradi di dalam hidupnya terlalu berat untuk ia pikul seroang diri, terlebih harus berhadapan dengan Hesti yang menjadi madunya."Ya Tuhan, kuatkanlah aku," batin Amera, kemudian ia pun memejamkan kedua matanya.Di saat Amera tengah merasa kesepian dan rasa sedih yang mendalam akan semua hal yang terjadi, Andre dan Hesti malahan melakukan hal lain.Kedua insan itu menghabiskan beberapa ronde malam pertama yang mereka lewatkan begitu saja, Andre benar-benar lepas kendali sampai tum

  • Gelora Adik Ipar   Bab 47 Balas Dendam.

    "Mas, aku—" Suara Hesti tercekat di leher, ketika melihat sebuah adengan yang tidak senonoh dari suami dan madunya itu.Nampan yang dibawa oleh wanita itu sampai terjatuh dan menimbulkan suara yang cukup keras, membuat Amera dan Andre tersadar.Mereka berdua kembali berusaha untuk bangun, walaupun Amera merasa kesulitan dan tidak sengaja menyentuh sesuatu yang terasa keras."Kalian!" pekik Hesti dengan mata yang memerah. Antara marah dan merasa cemburu, mata wanita itu mengembun.Hati Hesti benar-benar terasa dicabik-cabik, ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi dan bergegas menghampiri Amera."Dasar! Wanita pelakor!" teriak Hesti murka dan menjambak rambut Amera dengan begitu kerasnya dan membuat wanita itu meringis kesakitan.Andre yang melihat keganasan Hesti pun berusaha untuk melerai dengan cara menarik tubuh Hesti yang masih menggenggam erat rambut Amera."Lepaskan, Hes!" perintah Andre. Namun, seolah tuli. Hesti tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh Andre.Wanita itu

  • Gelora Adik Ipar   Bab 46 Hasil Laboratorium.

    Di saat Amera yang tengah merasa sedih dengan penolakan yang dilakukan oleh Kejora yang berada di bawah pengaruh Hermawan, kini kepala Andre malahan semakin terasa ingin pecah.Semenjak kepergian Amera dan Hesti, Andre mulai mengerjakan sesuatu dan menemukan sebuah fakta yang sulit ia terima."Dasar!" geram Andre seraya menjambak rambutnya. Mata elang lelaki itu menatap tajam sebuah laporan yang dikirim ke alamat emailnya, sesuatu hal yang sama sekali tidak pernah bisa ia bayangkan.Kemudian Andre terdiam sejenak, memikirkan jalan keluar yang akan dirinya ambil untuk selanjutnya. Semua yang terjadi benar-benar membuat otak lelaki tampan itu terasa buntu, sampai sebuah ide melintas begitu saja."Baiklah, aku akan mengikuti permainanmu. Tapi, jangan salahkan aku, jika nanti kamu akan menyesali semuanya," senyum smirk nampak mengerikan disudut Andre yang telah memikirkan sebuah rencana untuk menjebak seseorang yang telah membuatnya panik bukan kepalang.Hingga Andre bekerja sampai sore

  • Gelora Adik Ipar   Bab 45 Masa Depan Kejora.

    Di saat Andre harus memutar otak untuk bisa menutupi pengeluaran yang diakibatkan oleh Hesti yang mengambil uang perusahaan untuk biaya berobat Mama Rossa dan Bik Tini yang berada di rumah sakit.Siang ini lelaki itu kembali dihadapkan dengan meeting mendadak yang diminta oleh pihak Hermawan, membuat kepala Andre terasa ingin pecah."Apakah Mbak yakin akan tetap melakukan meeting ini?" tanya Andre dengan nada khawatir seraya memijat pelan kepalanya. Tatapan mata lelaki itu tidak bisa lepas dari wanita cantik yang tengah duduk manis dihadapannya.Amera mendekati Andre dan meraih tangan suaminya itu, apa yang dilakukan oleh Amera sedikit membuat Andre terkejut. Sebab, begitu banyak hal yang terjadi dalam waktu dekat ini membuat hubungan mereka terasa aneh.Andaikan Amera masih menjadi Kakak iparnya, mungkin Andre akan menghindari tatapan lekat dan lembut wanita itu, namun sayang. Mereka telah sah menjadi suami istri dan hal itu membuat Andre harus terbiasa bersentuhan dengan Amera."Nan

  • Gelora Adik Ipar   Bab 44 Istri Pertama.

    Hesti mulai menjalankan rencananya, ia akan membuat hidup Amera bagaikan di dalam sebuah neraka yang tidak pernah berujung.Pagi ini, dengan senyuman manis wanita itu menyambut kedatangan suaminya dan adik madu yang amat ia benci."Aku pikir kalian akan menghabiskan waktu untuk berbulan madu di hotel?" tanya Hesti dengan nada menyindir. Namun, diabaikan oleh Andre dan Amera yang langsung masuk ke rumah.Melihat betapa angkuhnya pasangan itu membuat Hesti geram dan menghentakkan kakinya, ia menatap tajam punggung suami dan adik madunya itu."Permainan baru saja dimulai," batin Hesti.Mau bagaimana pun juga, Hesti adalah istri pertama Andre dan tentu saja wanita itu memiliki derajat lebih tinggi daripada Amera.Namun, apapun yang akan dilakukan oleh Hesti. Tidak akan berpengaruh signifikan terhadap Andre dan Amera yang memang memiliki tujuan lain atas pernikahan yang keduanya lakukan.Kini Andre dan Amera yang baru saja masuk ke kamar meletakan koper mereka di samping lemari, kemudian k

  • Gelora Adik Ipar   Bab 43 Bukan Suami idaman.

    Entah setan mana yang merasuki Andre, kini dirinya hanya bisa menjabak rambutnya dengan kasar seraya menatap Amera yang terbaring lemah di atas ranjang.Andre benar-benar lepas kendali, ia hanya manusia biasa. Di mana terlalu banyak tekanan yang diterima dan tidak bisa ia luapkan."Arggg," geram Andre kesal dengan keadaan. Namun, ia tidak bisa menyalahkan apa yang sudah terjadi. Andaikan saja Hermawan tidak mengancam dirinya, mungkin Amera tidak akan sekecewa itu padanya."Maafkan aku, Mbak," kata Andre dengan raut wajah yang begitu menyesal. Padahal, Amera telah sah menjadi istrinya dan apapun yang ada pada Amera merupakan hak sah untuknya. Namun, seolah yang baru saja ia lakukan adalah sebuah dosa dan kesalahan besar sampai membuat Andre meminta maaf.Sedangkan Amera hanya mampu terdiam dengan lelehan air mata, ia melihat betapa brutalnya Andre menggauli tubuhnya.Bahkan suaminya terus merancau dengan menyebut nama Kejora, andaikan dirinya mau mendengarkan alasan Andre sebentar saja

  • Gelora Adik Ipar   Bab 42 Jebakan Mematikan.

    Andre telah mengatur semuanya, mulai dari acara repsepsi sampai keamanan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.Acara tersebut di mulai dari jam 8 malam dan berada di hotel ternama, setelah tadi pagi mereka melakukan acara ijab kobul. Kini rencana kedua pun mulai dijalankan."Apakah semuanya sudah siap?" tanya Andre kepada anak buahnya, sebab sebentar lagi para tamu undangan akan berdatangan."Sudah Tuan," jawab seseorang dengan berpakaian serba hitam."Baiklah, lakukan dengan sebaik mungkin! Aku tidak ingin ada kesalahan sedikitpun!" perintah Andre dengan menekankan setiap ucapannya dan mendapatkan anggukan dari anak buahnya itu. Kemudian lelaki itu pun pergi, kini Andre melangkah menghampiri Amera yang telah duduk di atas pelaminan.Malam ini bukan hanya acara resepsi pernikahan mereka saja, melainkan acara pelantikan Amera sebagai pemilik sah perusahan Darati Utama."Apakah Mbak merasa gugup?" bisik Andre tepat di samping telinga Amera yang nampak dari tadi tidak tenang.

  • Gelora Adik Ipar   Bab 41 Rencana Besar.

    Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Andre sebelumnya, pagi hari ini mereka akan mengadakan acara ijab kobul. Dikarenakan Amera yang tidak memiliki orangtua dan sanak saudara, maka diputuskan mereka mengambil wali nikah Amera dari pihak KUA sebagai wali hakim.Tidak ada pernikahan yang mewah seperti sebelumnya, hanya sebuah ijab kobul yang sederhana dan disaksikan oleh beberapa orang saja. Sebab, mereka memiliki sebuah rencana besar."Saya terima nikah dan kawinnya Amera Darati binti Amar dengan mas kawinnya Perusahan Darati Utama dibayar tunai!" ucap Andre dengan sekali hentakan nafas saja dan mengguncang tangan penghulu yang berada di hadapannya.Kemudian sang penghulu tersebut menatap ke arah saksi yang berada di kiri dan kanannya, lalu keduanya mengucapkan sah bersamaan.Doa-doa pun mulai di lantunkan, sampai di mana Amera di minta untuk mencium tangan Andre yang telah sah menjadi suaminya.Tangan Amera nampak begitu bergetar, hal itu membuat Andre berinisiatif untuk mengusap lem

DMCA.com Protection Status