Akhirnya Elle merasakan bibir itu menciumnya. Rasanya seperti yang ia bayangkan, lembut dan manis. Wangi musk memenuhi seluruh indera penciuman, bercampur dengan aroma kopi yang baru saja mereka habiskan.Perlahan tapi pasti, gerakannya makin menuntut, membuat napas Elle terputus-putus, tapi ia tahu, dirinya menginginkan lebih. Sengaja ia buka mulutnya sedikit lebih lebar, memberikan akses bagi lawannya masuk lebih dalam.Bunyi alarm melengking dari telepon selular membuat Elle membuka mata kalang kabut. Terkesiap, berusaha mengumpulkan kesadaran, napasnya memburu. Namun sisa mimpinya masih terasa jelas.Apa yang aku pikirkan?Elle melirik ke arah jas Lucas yang tergantung di depan lemari bajunya, rapi dengan plastik pembungkus bertuliskan nama laundry. Baju itu menemaninya sepanjang akhir pekan, mungkin itu yang membuat dirinya bermimpi yang tidak-tidak. Elle meraba bibirnya, ciuman itu terasa nyata, membuat jantungnya berdegup kencang dan wajahnya memerah. Wanita itu menepuk pipiny
Read more