Elle menahan napasnya ketika mendapati tatapan Lucas yang terluka. Dadanya kembali berdebar melihat ekspresi lain yang ditunjukkan oleh pria itu, memberi rasa pedih seakan ia juga merasakan luka Lucas. Wanita itu menelan ludah, berusaha menata kata untuk membalas."Ti-tidak. Aku tidak sedang menghindarimu."Tangan Elle saling meremas di pangkuannya, berusaha menenangkan diri. Ia menimbang-nimbang apakah pantas ia mengutarakan ganjalan dalam dada, atau memilih tetap bungkam dan menganggap semua kenangannya dengan Lucas hanyalah mimpi.Terdengar desahan dari sampingnya, begitu putus asa, membuat Elle menoleh."Kau sedang membangun jarak, Emy."Lucas benar. Elle baru menyadari perubahan sikapnya. Kesunyian turun di antara mereka makin pekat, masing-masing disibukkan oleh pikiran dalam kepala, sampai akhirnya Lucas membuka suara."Kali ini, apa lagi yang kau sembunyikan, Emy? Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, kau masih saja menghindariku. Apa ada hal salah yang aku lakukan padamu? Ata
Lucas masih tercenung selama beberapa saat, masih tidak percaya pada pendengarannya. Elle tersenyum begitu manis kearahnya, tepat di saat yang tak terduga. Sekali lagi senyum merekah di l wajahnya yang biasanya kaku. Rasanya aneh sekali, sebuah hal sederhana bisa membuat dirinya sebahagia ini. Padahal, ia sama sekali tidak menyeret Elle ke tempat tidur dan mencumbuinya habis-habisan. Ia bahkan tidak mendapat kecupan di pipi tapi hatinya meledak oleh rasa senang.Pria itu menunggu sampai penunjuk lantai lift berhenti di angka sepuluh, meyakinkan diri bahwa Elle sudah keluar dari kotak kecil itu sebelum iakembali melangkah menuju mobilnya.Jam makan siang sudah berlalu dan tugasnya menumpuk tapi Lucas bisa berjalan dengan langkah ringan bahkan bersiul kecil, sampai sebuah getaran dari ponsel membuatnya tersentak. Sebenarnya dari tadi benda itu bergetar, untung saja Elle tidak menyadari karena terlalu sibuk menceritakan perasaannya dan Lucas memang tidak ingin merusak momen mereka deng
Elle sudah merasa lebih segar. Setelah makan malam tadi, ia tertidur cukup lama. Saat terbangun perasaannya jauh terasa ringan."Ya Tuhan, rupanya aku benar-benar sakit karena cinta," gumam Elle sambil menatap kotak ginseng pemberian Lucas.Elle memeriksa ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Olive. Lalu ada pesan singkat yang juga dari Olive. Selain itu ada beberapa surat elektronik dari kepala dapur tentang pekerjaan dan Eric yang menanyakan kabarnya.Ia membalas pesan dari Olive dan beberapa pesan yang mendesak. Wajahnya kecewa. Nama yang dicarinya tak ada dalam daftar notifikasi di layar ponsel. Hatinya diliputi kerinduan. Sungguh aneh, padahal mereka baru saja bertemu sore tadi. Apakah Elle sudah benar-benar menyerahkan hatinya untuk pria arogan, menantang tapi sungguh memesona itu?Telepon saja dia. Bujuk hatinya.Jangan! Jaga harga dirimu. Logikanya menolak.Elle menimbang-nimbang untuk menghubungi Lucas lebih dulu. Sepanjang akhir pekan lalu Lucas berkali-kali m
Lucas melirik ke arah ponselnya lalu mematikannya. Sangat aneh. Begitu pula ketika Lucas mengantarnya kembali ke apartemen. Hanya keheningan yang menemani keduanya.Elle semakin merasa tidak nyaman. Berapa kali pun Elle berusaha mengenyahkan Lucas dari kepalanya, justru semakin merasuk aneka probabilitas mengapa pria itu berubah.Elle merendam diri dalam air hangat di bathtub apartemennya. Aroma zaitun cukup sukses membuatnya rileks. Sungguh, ia tak memahami bagaimana Lucas bisa berubah begitu cepat. Dari Lucas yang hangat dan memberikan banyak perhatian kecil padanya, hingga menjadi Lucas yang pikirannya sama sekali tidak hadir meski tubuh pria itu ada di dekatnya."Apa dia sedang mencoba membalas dendam?"Mysha membiarkan rambut keperakannya basah kala ia makin merendahkan kepala ke dalam air hangat. Ia membuat sekujur tubuhnya merasakan sensasi lembut dari tekanan air tenang.Dirinya memang sempat meragukan Lucas dengan semua trade mark yang disematkan kepadanya. Belum lagi pering
Elle terkejut sendiri dengan reaksinya. Apa yang telah ia lakukan? Menampar atasannya untuk kali kedua. Wanita itu menarik tangannya, kemudian menatap Lucas dengan kecemasan yang berusaha disembunyikan.Lucas memegangi pipinya yang terasa pedih. Rasa pedih yang menjalar hingga jauh ke dalam hatinya. Dua kali ia telah merasakan tamparan tangan berjemari lentik itu. Jika yang pertama dulu, kabut dendam memenuhi hatinya, kali ini CEO tampan itu justru merasakan kepedihan. Ia tak mengerti mengapa Elle berubah begitu cepat. Pagi tadi wanita itu masih menanyakan kabarnya bahkan beberapa kali seperti ingin membuka percakapan yang sayangnya tak ia tanggapi. Sore ini Elle bukan hanya mengabaikannya, bahkan menampar dan memilih pergi bersama pengacara sialan itu. Namun, Lucas menangkap sesuatu yang lain di mata keemasan gadis itu, ada kesedihan sekaligus amarah."Mengapa kau menamparku, Emy?Aku hanya ingin bicara," erang Lucas."Dia tak ingin bicara denganmu, Brengsek! Jauhi dia atau aku yang
"Jangan mencari alasan. Tidak ada hubungannya dengan Emy.""Emy? Kau memiliki panggilan sayang untuknya, huh? Menjijikkan."Lucas menggeram, "Jaga ucapanmu, Sharon. Aku masih berbaik hati menerima perjodohan ini. Cepat atau lambat, perjodohan ini akan berakhir.""Benarkah? Bagaimana jika aku memberitahu ini pada Ibumu? Bagaimana perasaannya jika tahu anaknya bermain belakang dengan juru masaknya sedangkan tunangannya sedang mengandung dan tidak bertanggung jawab.""Silahkan saja. Aku tidak peduli dengan mereka yang mengatasnamakan media. Aku juga bisa membeberkan bahwa anak itu bukan anakku dan karirmu dan orang tuamu juga hancur. Bagaimana?"Lucas menahan senyum ketika melihat wajah Sharon yang memucat. Ular betina ini sepertinya memang mempermainkan dirinya. Baguslah, ini berarti hubungannya dengan Ellemasih bisa diselamatkan.Lucas tetap memasang wajah dingin dan datarnya ketika ia berkata, "Ada masalah? Aku hanya mulai menjalankan peranku sebagai ayah yang baik, setelah meyakinka
Elle tidak yakin.Bagaimana bila Lucas berbohong?Wanita itu menutup mata, ekspresi Lucas yang terluka menghujam jantungnya dengan rasa pedih. Lagipula, Elle kembali memutar ingatannya, kejadian yang di lobi itu benar sesuai dengan pembelaan Lucas.Ya, Elle melihat wanita berambut pirang itu yang mencondongkan tubuhnya dan berjinjit kecil untuk mengecup bibir Lucas. Pria itu hanya berdiri tegak dan menjaga jarak.Perasaan bimbang memenuhi benak Elle ketika ia berada di dalam mobil Eric, membelah kota New York. Wanita itu tidak merasakan bagaimana dirinya bisa berada di dalam kamar. Semua kejadian setelah pertemuannya dengan Lucas seperti mimpi dan Elle mendapati dirinya sudah memegang telepon genggam, mengamati nama Lucas dan pesan-pesan yang pria itu kirimkan.Pesan singkat penuh nada putus asa dan kerinduan, membuatnya goyah.Elle mungkin akan menyesali keputusan ini, tapi ia tidak bisa menghentikan jarinya mengetikkan pesan untuk membalas Lucas.Kita perlu berbicara.***Lucas set
Elle benar-benar terpana melihat tingkah Lucas yang dinilainya berlebihan, meski tak dipungkiri hatinya melambung, berbunga-bunga mendapat perlakuan istimewa dari lelaki yang biasanya membuat para wanita bertekuk lutut."Jangan merendahkan diri Anda, Mr. Smith. Tolong bangunlah!" pinta Elle. Ia menguatkan diri agar tetap tegar, menahan kaki untuk tidak beranjak dari posisinya. Berusaha menahan diri agar tidak memeluk bahu Lucas yang kini sejajar dengan pinggangnya."Aku tak peduli, Emy. Aku akan tetap berlutut sampai kau mau mendengarkan penjelasanku," ucap Lucas teguh."Berdirilah Lucas, kumohon!" Suara Elle bergetar menahan haru.Seorang Lucas Smith yang arogan dan mempunyai harga diri selangit, rela berlutut di hadapannya. Pendirian Elle mulai goyah."Tidak, Emy! Sebelum kau berjanji akan mendengarkan penjelasanku."Elle mengedarkan pandangannya. Orang-orang tampak mulai memandangi mereka dengan penuh rasa ingin tahu. Elle menunduk dalam-dalam menyadari mereka mulai menjadi pusat p
Nyonya besar keluarga kecil Smith duduk manis di kursi yang berada di depan rumah, ia tengah memperhatikan Ares yang bermain dengan Henry. Tangan kanannya sibuk mengusap perutnya sendiri yang masih rata.Ares yang sudah lelah menghentikan aktivitasnya, ia lalu pamit pada Henry dan berlari menghampiri Elle, langsung mendudukkan diri di samping Elle. Ia menatap sang ibu yang menatapnya itu, lalu kedua matanya tertuju pada perut Elle. "Kapan.. perut ibu besar?" tanyanya.Elle tersenyum tipis. "Mungkin, dua bulan lagi.. sudah mulai terlihat." jawab Lucas, tangan kanannya itu mengusap kepala Ares, merapikan rambutnya yang memang berantakan.Anak kecil bermarga Smith itu mengangguk kecil, ia menghela napasnya panjang. "Ares lelah ibu.." ucapnya lagi dengan rengekan kecil. Tangannya dengan lihai memainkan jari jemari Elle yang menganggur."Itu karena Ares banyak bergerak." balas Elle, ia mengusap wajah Ares dan meniupnya secara perlahan. Banyak sekali keringat yang bercucuran.Ares lalu mend
Elle yang setengah sadar melajukan mobil ibu Smith dengan cepat untuk kembali ke rumah sakit. Begitu ia mendengar kalimat dari sekretaris Lucas yang mengatakan bahwa Lucas kecelakaan, Elle langsung bergegas pergi bahkan meninggalkan Ares dan ibu Smith.Air matanya sudah jatuh membasahi wajahnya, belum setengah jam ia merasakan kebahagiaan karena mendapatkan kabar gembira dengan kandungan keduanya, malah mendapat berita yang benar-benar membuat Elle seperti orang yang kehilangan nyawanya sendiri.Ia tak memikirkan dirinya yang tengah hamil muda, Elle terus melaju beberapa kali membunyikan klakson mobil, hingga akhirnya ia sampai di rumah sakit yang sama. ELG Hospital.Elle segera turun dari mobilnya dan berlari masuk, ia menuju meja resepsionis. "Lucas.. dimana Lucas?" tanyanya tanpa peduli sopan santun.Penjaga itu mengerjap. "Tuan Smith di lantai empat, di--" kalimatnya terhenti karena Elle bergegas meninggalkannya begitu saja.Elle segera menuju ke lift, ia memencet tombol berkali-k
"unh--akhh Lucas it hurts!" Elle langsung protes begitu merasakan gigitan kuat kedua taring Lucas di perpotongan leher kirinya, air matanya mengalir begitu saja. Ia meremas punggung Lucas dengan kuat, Lucas kembali menandainya setelah sekian lama.Lucas tak menghiraukannya, ia melepas gigitannya dan langsung menjilati bekas gigitannya di leher Elle, menjilat habis darah yang keluar dari sana baru ia berhenti. Mendongak dan menatap Elle yang masih merintih karena kesakitan.Lucas mengecup bibir Elle, lalu mulai mengerakkan pinggulnya. "Ahh fuck!" rahangnya mengeras hingga urat lehernya terlihat begitu jelas.Elle menggigit bibir bawahnya, merasakan hentakan keras yang begitu tiba-tiba di lubang miliknya. Ia menatap Lucas yang berada di atasnya, Lucas sudah keluar-masuk dengan mudah di bawah sana. "ohhh! Lucas aah! aah ! ahh! ahh!" hanya bisa mendesah saat merasakan bagaimana kuatnya sentakan Lucas.Sang suami kembali merendah, ia mengecup bekas gigitan yang ia tinggalkan di perpotongan
Mulut Elle menganga lebar begitu ia keluar dari vila dan melihat sebuah motor Harley terparkir di samping mobil yang ia biasa gunakan dengan Lucas untuk menuju ke kota. Kedua matanya mengerjap kecil, ia menoleh ke belakang saat mendengar suara langkah kaki Lucas.Melihat sang suami yang memakai celana jeans dengan jaket kulitnya, Elle menutup mulutnya sendiri dengan kedua matanya yang membulat. Menatap sang suami yang mendekat ke arahnya dan memberikan sebuah jaket kulit yang mereka beli kemarin, sebenarnya Lucas yang memaksa untuk membelinya.Ini hari keempat mereka di sana dan Elle tak menyangka bahwa Lucas akan memberikan sebuah kejutan yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi. Ia sudah cukup sebenarnya dengan kemarin, Lucas mengajaknya mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di pulau Hawaii.Ia menerima jaket tersebut. "Kau serius Lucas?" tanyanya dan sang suami mengangguk untuk menanggapi. Elle pernah bercerita pada Lucas bahwa ia dulu saat remaja ingin membeli motor Harley
Elle memakai kembali bajunya saat dokter telah selesai mengecek luka di punggungnya, lalu sang dokter keluar dari ruang inap tersebut. Ia menatap Lucas yang memasangkan kancing baju yang ia gunakan, melihat wajah sendu sang suami. "Lucas, kenapa wajahmu murung seperti itu hm?" tanyanya."Aku sungguh menyesal karena kemarin aku datang terlambat." jawabnya tanpa mendongak, ia terus memasangkan kancing baju Elle hingga selesai dan dirinya baru mendongak. "Maafkan aku sayang.." ucapnya lirih.Elle menggeleng kecil. "Tidak, masih beruntung kau datang sebelum kapal itu berangkat." jawabnya."Tapi karena aku terlambat, kau mendapat luka itu dan--" "Kau juga.." Elle menyela, ia menunjuk lengan Lucas yang diperban karena goresan pisau yang cukup dalam di sana. "Kau juga punya bekas luka tembak di punggungmu, kita sama-sama punya Lucas."Lucas tersenyum tipis, meskipun terkesan sedih. "Maafkan aku hm?" "Tentu Lucas.." ia meraih tubuh Lucas dan memeluknya dengan erat."Aku memaafkanmu dan berh
"Henry." Elle yang duduk di belakang memanggil, ia memangku Ares yang terlelap, karena memang sudah jamnya untuk tidur siang. Henry melirik Elle dari spion tengah tersebut. "Iya, Elle?" tanyanya."Apakah aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Elle dan Henry mengangguk kecil untuk menanggapi."Apa kau tidak akan menikah?" tanyanya kemudian, ia memang sering berbincang dengan Henry, tapi ia terlalu ragu untuk bertanya mengenai kehidupan pribadi Henry.Pria itu tersenyum. "Tentu saja saya ingin menikah Elle, hanya saja belum menemukan pasangan yang pas untuk saya." jawabnya.Dahi Elle mengernyit bingung. "Lalu bagaimana dengan Olive, bukankah kau dekat dengannya?" tanya Elle penasaran.Wajah Henry langsung berubah bingung. "Bagaimana anda tahu?" tanyanya bingung.Wanita cantik itu terkekeh pelan. "Bagaimana mungkin aku tidak tahu, hubungan kalian begitu jelas, kau juga terlihat begitu semangat ketika kita ke rumah sakit untuk memeriksa bulanan Ares." jawab Elle. Sungguh, Henry rasanya begitu
Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan Elle baru saja selesai memakaikan baju untuk Ares yang sudah selesai mandi pagi. Ia kemudian menitipkan Ares pada baby sitter yang sudah menjaga anaknya itu sejak Ares baru lahir. Elle keluar dari kamar tersebut dan berniat akan menemui Lucas untuk meminta maaf pasal kejadian kemarin.Ia berjalan menuju kamar Lucas di lantai tiga tapi saat masuk, suaminya itu tidak ada. Elle kembali turun menuju lantai pertama dan langsung mengarah pada ruang makan. Tak ada Lucas di sana dan ia berjalan keluar dari rumah tersebut. "Henry." panggilnya pada pria yang berdiri di teras rumah.Henry menoleh. "Iya Elle?" ia berjalan mendekati Elle."Dimana Lucas?" tanya Elle sembari menatap ke arah garasi yang tertutup."Tuan Lucas sudah berangkat, sekitar sepuluh menit lalu." jawabnya sembari menyunggingkan senyum tipisnya.Dahi Elle mengernyit, tidak biasanya Lucas berangkat sepagi ini dan tidak berpamitan kepadanya. Ia menghela napasnya panjang, sepertinya Luc
Kedua mata seorang pria itu terus memperhatikan tuannya yang sedari tadi hanya mondar-mandir di ruang tamu sesekali melihat jam dinding di ruangan tersebut. "Tuan Elle, sebaiknya anda tidur." ucapnya kemudian. Elle menoleh ke arah Henry dengan wajah khawatirnya. "Aku tidak bisa tidur tentu saja. Aku mau menunggu Lucas." balasnya, padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tapi sang suami belum pulang dan ponselnya tidak aktif. "Mungkin tuan Lucas sedang ke rumah keluarga Smith atau ada urusan penting. Anda harus istirahat." balas Henry.Elle menghela napasnya panjang. "Tidak." jawabnya, ia lalu mendudukkan diri di sofa ruang tamu dengan kedua matanya yang menatap pintu masuk. "Seharusnya kau ikut Lucas, bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? Ini sudah malam Henry."lanjutnya dengan panik. Henry terkekeh pelan dan membuat Elle menatapnya dengan bingung. "Anda lupa bahwa suami anda adalah orang yang ahli bertarung, Elle?" balasnya dengan nada bercanda.''Tetap saja dia manusia
"Show me.. so I can decide to like it or love it."Mendengar ucapan sang suami yang seperti itu, membuat Elle tersenyum senang, ia melepas kemeja Lucas, memperlihatkan otot kekar lengan sang suami. Ia mengusap lengan kiri Lucas dengan gerakan ringan sebelum meremasnya kuat. Ia menatap Lucas dengan intens, menjilat bibir bawahnya sendiri bermaksud menggoda, lalu ia mendekat dan mencium ringan daun telinga kiri Lucas, tapi berkali-kali hingga akhirnya ia mengulumnya.Kedua mata Lucas terpejam, ia menggigit bibir dalamnya untuk menahan diri. Menahan agar tidak seperti beberapa hari lalu yang malah dirinya mengambil alih permainan Elle dan membuat sang istri kesal padanya setelah satu ronde mereka selesai.Elle mengecup leher Lucas. "Bolehkan aku membuat tanda Lucas?" tanya Elle."My body is yours babe." Lucas benar-benar mulai diuji keimanan pria-nya saat Elle terkekeh kecil dan membuat napas hangatnya terasa ke lehernya.Ia menelan ludahnya saat mulai merasakan lidah Elle menyapa lehern