Elle tidak yakin.Bagaimana bila Lucas berbohong?Wanita itu menutup mata, ekspresi Lucas yang terluka menghujam jantungnya dengan rasa pedih. Lagipula, Elle kembali memutar ingatannya, kejadian yang di lobi itu benar sesuai dengan pembelaan Lucas.Ya, Elle melihat wanita berambut pirang itu yang mencondongkan tubuhnya dan berjinjit kecil untuk mengecup bibir Lucas. Pria itu hanya berdiri tegak dan menjaga jarak.Perasaan bimbang memenuhi benak Elle ketika ia berada di dalam mobil Eric, membelah kota New York. Wanita itu tidak merasakan bagaimana dirinya bisa berada di dalam kamar. Semua kejadian setelah pertemuannya dengan Lucas seperti mimpi dan Elle mendapati dirinya sudah memegang telepon genggam, mengamati nama Lucas dan pesan-pesan yang pria itu kirimkan.Pesan singkat penuh nada putus asa dan kerinduan, membuatnya goyah.Elle mungkin akan menyesali keputusan ini, tapi ia tidak bisa menghentikan jarinya mengetikkan pesan untuk membalas Lucas.Kita perlu berbicara.***Lucas set
Elle benar-benar terpana melihat tingkah Lucas yang dinilainya berlebihan, meski tak dipungkiri hatinya melambung, berbunga-bunga mendapat perlakuan istimewa dari lelaki yang biasanya membuat para wanita bertekuk lutut."Jangan merendahkan diri Anda, Mr. Smith. Tolong bangunlah!" pinta Elle. Ia menguatkan diri agar tetap tegar, menahan kaki untuk tidak beranjak dari posisinya. Berusaha menahan diri agar tidak memeluk bahu Lucas yang kini sejajar dengan pinggangnya."Aku tak peduli, Emy. Aku akan tetap berlutut sampai kau mau mendengarkan penjelasanku," ucap Lucas teguh."Berdirilah Lucas, kumohon!" Suara Elle bergetar menahan haru.Seorang Lucas Smith yang arogan dan mempunyai harga diri selangit, rela berlutut di hadapannya. Pendirian Elle mulai goyah."Tidak, Emy! Sebelum kau berjanji akan mendengarkan penjelasanku."Elle mengedarkan pandangannya. Orang-orang tampak mulai memandangi mereka dengan penuh rasa ingin tahu. Elle menunduk dalam-dalam menyadari mereka mulai menjadi pusat p
"Rupanya seseorang di sini tidak mengerti bahasa Inggris," ucap Eric tajam, menggenggam tangannya erat, siap meluncurkan pukulan kalau pria di hadapannya memaksa untuk bertemu Elle."Dan seseorang tidak mengerti kapan dia harus mundur," balas Eric dengan sikap yang sama. Setelah kejadian kemarin, Lucas tidak akan melepaskan Elle lagi dan menghadapi Eric hanyalah hal kecil dibandingkan bayangan dia berpisah dari wanita itu."Silakan pergi, Mr. Smith. Kehadiranmu tidak diharapkan di sini.""Bukankah harusnya aku yang berkata demikian--""Eric!" seru Elle membuat kedua pria di hadapannya melirik ke arahnya yang sedang berjalan tergopoh.Elle langsung menempatkan dirinya di hadapan Eric, menatap pria itu dengan tatapan memohon. "Kita harus berbicara sebentar."Alis Eric berkerut, menatap bergantian Elle dan Lucas. Firasatnya berkata bahwa sesuatu terjadi selama dia ke Washington D.C. untuk berurusan dengan cabang clubnya di sana. Walau sebenarnya ia tidak ingin, Eric merasa harus mendenga
"Aku bertanya-tanya," ucap Lucas ketika mengantarkan Elle menuju lobi apartmennya. "Kapan aku bisa mengantarmu hingga ke kamar."Elle langsung menahan napas, membayangkan Lucas memasuki kamar tidurnya membuat seluruh dirinya meremang. Jantungnya berdetak kencang ketika membayangkan bibir mereka saling bertaut sementara Lucas menggendongnya ke atas ranjang, merasakan wangi musk yang begitu maskulin memenuhi kamar kecilnya, bercampur gairah dan keringat."Nanti." Elle berkata, menghentikan pikiran liarnya, sambil tersenyum. Dalam hati berharap Lucas tidak menyadari perubahan sikapnya.Elle tidak bisa membayangkan bila Lucas bisa mengintip isi kepalanya. Pria itu pasti bersorak-sorai bila tahu Elle begitu menginginkannya."Aku berharap aku bisa segera mendapatkan kehormatan itu, mengingat Eric pasti sering melakukannya." Ada nada sebal dalam suaranya, membuat Elle terkekeh. Elle sudah menceritakan semua yang terjadi ketika mereka saling menjauh pada Lucas. "Aku akan menjemputmu besok p
Sopir Sharon pun terlihat panik, tapi Elle berusaha menjelaskan bahwa sebaiknya mereka menunggu tenaga medis datang daripada memperparah keadaan.Elle tak menyukai wanita yang terkapar di atas trotoar itu. Namun, ia tak bisa membiarkan ada model terkenal terjungkal di depan apartemennya. Bisa-bisa paparazi akan memelintir berita dan menjadikannya sebagai wanita beringas yang menyerang seorang model cantik. Elle bergidik membayangkan nama baik ELG bisa tercemar karenanya. Lagipula, kasihan bayi tak berdosa yang dikandung Sharon. Meski Elle sangat berharap itu bukan anak dari Lucas. Kecemasan langsung menyergap batinnya.Untungnya ambulan datang lebih cepat dari dugaannya. Kini Sharon sudah mendapatkan perawatan pertama dan meluncur ke rumah sakit terdekat."Lucas, aku butuh bantuanmu. Sharon jatuh dari tangga apartemenku."Elle setengah terisak. Bagaimana pun nuraninya tak tega melihat bayi tak berdosa harus mengalami rasa sakit akibat kelakuan bodoh ibunya yang begitu ceroboh masih
Elle merasakan kelegaan yang luar biasa mendengar penjelasan dokter. Jika Sharon tidak hamil seperti yang dikatakan dokter, artinya jatuh dari tangga bukanlah masalah berarti. Tidak ada bayi yang mungkin mati karenanya."Oh Tuhan, syukurlah... syukurlah," bisiknya berulang-ulang.Lucas mempererat dekapan tangannya di bahu Elle, menenangkan dan meyakinkan gadis itu bahwa semuanya baik-baik saja. Semua sudah berakhir. Kekalutan, ketakutan, dan keraguan yang sempat ada di antara mereka telah lenyap.Lucas berusaha tetap tenang di depan Elle, agar wanita berkacamata itu merasa aman di sisinya. Padahal amarah di dalam dadanya begitu menggelegak. CEO yang selalu bersikap analitis itu mencoba mengambil sisi positifnya. Paling tidak masalah kehamilan Sharon sudah selesai tanpa harus ia bersusah payah menyelesaikannya.Meski begitu, Lucas harus mengadakan perhitungan dengan Sharon agar wanita ular itu benar-benar menyingkir dari hidupnya. Lucas sadar, wanita seperti Sharon bisa saja menggunaka
"Apa kata Sharon?" Elle kembali bertanya saat mobil Lucas mulai meninggalkan gerbang rumah sakit."Sharon berniat menuntutmu atas tuduhan tindakan tidak menyenangkan yang mengakibatkan cedera," jawab Lucas tenang.Elle terkesiap. Kemarahannya terhadap Nenek Sihir yang belum reda itu semakin memuncak. Dengan segera ia mengeluarkan ponsel pintarnya."Aku harus menghubungi seseorang.""Mau menelepon siapa?" tanya Lucas menjulurkan tangannya untuk mengambil ponsel itu."Tentu saja Eric, aku ingin meminta bantuannya mencari pengacara untukku. Dia memiliki banyak kenalan. Jika si Ular Betina itu ingin menuntutku, maka dia harus berurusan dengan pengacaraku. Aku percaya pengacara akan membereskan semuanya.""Mengapa harus Eric? Apa kau tidak percaya bahwa aku pun mampu menyelesaikan masalah ini sebelum sampai di pengadilan?" Lucas tak dapat menyembunyikan rasa cemburunya yang merambat di dadanya ketika Elle menyebutkan nama Eric."Kau ini kenapa? Bukannya aku tidak memercayaimu, aku hanya me
"Buka mulutmu," ucap Elle dengan sendok teulur membuat Lucas terkesiap. Namun hatinya kembali menghangat.Rasanya aneh membiarkan seseorang menyuapi dirinya, tapi Lucas memilih diam dan menikmati momen yang ada, membiarkan dirinya dimanja.Elle dengan telaten memastikan lidah Lucas tidak terbakar dengan meniupi bubur putih dengan kaldu ayam agar lebih dingin dan pria itu asik memperhatikan wajah Elle dari dekat. Sesekali Elle mengambil tisu untuk mengelap sisa nasi yang tersisa di dagu Lucas, hingga akhirnya makanan itu tandas.Pria itu tersenyum lembut. Sepertinya akan menyenangkan bila waktu-waktu ini terus berlanjut.Mengamati Mysha yang sibuk membereskan perlengkapan, membuat Lucas membayangkan bagaimana bisa setiap pagi dia melihat wanita itu menyediakan sarapan dan menyambutnya dengan wangi makanan. Mungkin Lucas akan memeluk pinggang ramping itu dari belakang, mengganggunya memasak. Lalu setelah hari yang panjang, alih-alih mengantar Elle untuk berpisah, mereka dapat saling be
Nyonya besar keluarga kecil Smith duduk manis di kursi yang berada di depan rumah, ia tengah memperhatikan Ares yang bermain dengan Henry. Tangan kanannya sibuk mengusap perutnya sendiri yang masih rata.Ares yang sudah lelah menghentikan aktivitasnya, ia lalu pamit pada Henry dan berlari menghampiri Elle, langsung mendudukkan diri di samping Elle. Ia menatap sang ibu yang menatapnya itu, lalu kedua matanya tertuju pada perut Elle. "Kapan.. perut ibu besar?" tanyanya.Elle tersenyum tipis. "Mungkin, dua bulan lagi.. sudah mulai terlihat." jawab Lucas, tangan kanannya itu mengusap kepala Ares, merapikan rambutnya yang memang berantakan.Anak kecil bermarga Smith itu mengangguk kecil, ia menghela napasnya panjang. "Ares lelah ibu.." ucapnya lagi dengan rengekan kecil. Tangannya dengan lihai memainkan jari jemari Elle yang menganggur."Itu karena Ares banyak bergerak." balas Elle, ia mengusap wajah Ares dan meniupnya secara perlahan. Banyak sekali keringat yang bercucuran.Ares lalu mend
Elle yang setengah sadar melajukan mobil ibu Smith dengan cepat untuk kembali ke rumah sakit. Begitu ia mendengar kalimat dari sekretaris Lucas yang mengatakan bahwa Lucas kecelakaan, Elle langsung bergegas pergi bahkan meninggalkan Ares dan ibu Smith.Air matanya sudah jatuh membasahi wajahnya, belum setengah jam ia merasakan kebahagiaan karena mendapatkan kabar gembira dengan kandungan keduanya, malah mendapat berita yang benar-benar membuat Elle seperti orang yang kehilangan nyawanya sendiri.Ia tak memikirkan dirinya yang tengah hamil muda, Elle terus melaju beberapa kali membunyikan klakson mobil, hingga akhirnya ia sampai di rumah sakit yang sama. ELG Hospital.Elle segera turun dari mobilnya dan berlari masuk, ia menuju meja resepsionis. "Lucas.. dimana Lucas?" tanyanya tanpa peduli sopan santun.Penjaga itu mengerjap. "Tuan Smith di lantai empat, di--" kalimatnya terhenti karena Elle bergegas meninggalkannya begitu saja.Elle segera menuju ke lift, ia memencet tombol berkali-k
"unh--akhh Lucas it hurts!" Elle langsung protes begitu merasakan gigitan kuat kedua taring Lucas di perpotongan leher kirinya, air matanya mengalir begitu saja. Ia meremas punggung Lucas dengan kuat, Lucas kembali menandainya setelah sekian lama.Lucas tak menghiraukannya, ia melepas gigitannya dan langsung menjilati bekas gigitannya di leher Elle, menjilat habis darah yang keluar dari sana baru ia berhenti. Mendongak dan menatap Elle yang masih merintih karena kesakitan.Lucas mengecup bibir Elle, lalu mulai mengerakkan pinggulnya. "Ahh fuck!" rahangnya mengeras hingga urat lehernya terlihat begitu jelas.Elle menggigit bibir bawahnya, merasakan hentakan keras yang begitu tiba-tiba di lubang miliknya. Ia menatap Lucas yang berada di atasnya, Lucas sudah keluar-masuk dengan mudah di bawah sana. "ohhh! Lucas aah! aah ! ahh! ahh!" hanya bisa mendesah saat merasakan bagaimana kuatnya sentakan Lucas.Sang suami kembali merendah, ia mengecup bekas gigitan yang ia tinggalkan di perpotongan
Mulut Elle menganga lebar begitu ia keluar dari vila dan melihat sebuah motor Harley terparkir di samping mobil yang ia biasa gunakan dengan Lucas untuk menuju ke kota. Kedua matanya mengerjap kecil, ia menoleh ke belakang saat mendengar suara langkah kaki Lucas.Melihat sang suami yang memakai celana jeans dengan jaket kulitnya, Elle menutup mulutnya sendiri dengan kedua matanya yang membulat. Menatap sang suami yang mendekat ke arahnya dan memberikan sebuah jaket kulit yang mereka beli kemarin, sebenarnya Lucas yang memaksa untuk membelinya.Ini hari keempat mereka di sana dan Elle tak menyangka bahwa Lucas akan memberikan sebuah kejutan yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi. Ia sudah cukup sebenarnya dengan kemarin, Lucas mengajaknya mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di pulau Hawaii.Ia menerima jaket tersebut. "Kau serius Lucas?" tanyanya dan sang suami mengangguk untuk menanggapi. Elle pernah bercerita pada Lucas bahwa ia dulu saat remaja ingin membeli motor Harley
Elle memakai kembali bajunya saat dokter telah selesai mengecek luka di punggungnya, lalu sang dokter keluar dari ruang inap tersebut. Ia menatap Lucas yang memasangkan kancing baju yang ia gunakan, melihat wajah sendu sang suami. "Lucas, kenapa wajahmu murung seperti itu hm?" tanyanya."Aku sungguh menyesal karena kemarin aku datang terlambat." jawabnya tanpa mendongak, ia terus memasangkan kancing baju Elle hingga selesai dan dirinya baru mendongak. "Maafkan aku sayang.." ucapnya lirih.Elle menggeleng kecil. "Tidak, masih beruntung kau datang sebelum kapal itu berangkat." jawabnya."Tapi karena aku terlambat, kau mendapat luka itu dan--" "Kau juga.." Elle menyela, ia menunjuk lengan Lucas yang diperban karena goresan pisau yang cukup dalam di sana. "Kau juga punya bekas luka tembak di punggungmu, kita sama-sama punya Lucas."Lucas tersenyum tipis, meskipun terkesan sedih. "Maafkan aku hm?" "Tentu Lucas.." ia meraih tubuh Lucas dan memeluknya dengan erat."Aku memaafkanmu dan berh
"Henry." Elle yang duduk di belakang memanggil, ia memangku Ares yang terlelap, karena memang sudah jamnya untuk tidur siang. Henry melirik Elle dari spion tengah tersebut. "Iya, Elle?" tanyanya."Apakah aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Elle dan Henry mengangguk kecil untuk menanggapi."Apa kau tidak akan menikah?" tanyanya kemudian, ia memang sering berbincang dengan Henry, tapi ia terlalu ragu untuk bertanya mengenai kehidupan pribadi Henry.Pria itu tersenyum. "Tentu saja saya ingin menikah Elle, hanya saja belum menemukan pasangan yang pas untuk saya." jawabnya.Dahi Elle mengernyit bingung. "Lalu bagaimana dengan Olive, bukankah kau dekat dengannya?" tanya Elle penasaran.Wajah Henry langsung berubah bingung. "Bagaimana anda tahu?" tanyanya bingung.Wanita cantik itu terkekeh pelan. "Bagaimana mungkin aku tidak tahu, hubungan kalian begitu jelas, kau juga terlihat begitu semangat ketika kita ke rumah sakit untuk memeriksa bulanan Ares." jawab Elle. Sungguh, Henry rasanya begitu
Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan Elle baru saja selesai memakaikan baju untuk Ares yang sudah selesai mandi pagi. Ia kemudian menitipkan Ares pada baby sitter yang sudah menjaga anaknya itu sejak Ares baru lahir. Elle keluar dari kamar tersebut dan berniat akan menemui Lucas untuk meminta maaf pasal kejadian kemarin.Ia berjalan menuju kamar Lucas di lantai tiga tapi saat masuk, suaminya itu tidak ada. Elle kembali turun menuju lantai pertama dan langsung mengarah pada ruang makan. Tak ada Lucas di sana dan ia berjalan keluar dari rumah tersebut. "Henry." panggilnya pada pria yang berdiri di teras rumah.Henry menoleh. "Iya Elle?" ia berjalan mendekati Elle."Dimana Lucas?" tanya Elle sembari menatap ke arah garasi yang tertutup."Tuan Lucas sudah berangkat, sekitar sepuluh menit lalu." jawabnya sembari menyunggingkan senyum tipisnya.Dahi Elle mengernyit, tidak biasanya Lucas berangkat sepagi ini dan tidak berpamitan kepadanya. Ia menghela napasnya panjang, sepertinya Luc
Kedua mata seorang pria itu terus memperhatikan tuannya yang sedari tadi hanya mondar-mandir di ruang tamu sesekali melihat jam dinding di ruangan tersebut. "Tuan Elle, sebaiknya anda tidur." ucapnya kemudian. Elle menoleh ke arah Henry dengan wajah khawatirnya. "Aku tidak bisa tidur tentu saja. Aku mau menunggu Lucas." balasnya, padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tapi sang suami belum pulang dan ponselnya tidak aktif. "Mungkin tuan Lucas sedang ke rumah keluarga Smith atau ada urusan penting. Anda harus istirahat." balas Henry.Elle menghela napasnya panjang. "Tidak." jawabnya, ia lalu mendudukkan diri di sofa ruang tamu dengan kedua matanya yang menatap pintu masuk. "Seharusnya kau ikut Lucas, bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? Ini sudah malam Henry."lanjutnya dengan panik. Henry terkekeh pelan dan membuat Elle menatapnya dengan bingung. "Anda lupa bahwa suami anda adalah orang yang ahli bertarung, Elle?" balasnya dengan nada bercanda.''Tetap saja dia manusia
"Show me.. so I can decide to like it or love it."Mendengar ucapan sang suami yang seperti itu, membuat Elle tersenyum senang, ia melepas kemeja Lucas, memperlihatkan otot kekar lengan sang suami. Ia mengusap lengan kiri Lucas dengan gerakan ringan sebelum meremasnya kuat. Ia menatap Lucas dengan intens, menjilat bibir bawahnya sendiri bermaksud menggoda, lalu ia mendekat dan mencium ringan daun telinga kiri Lucas, tapi berkali-kali hingga akhirnya ia mengulumnya.Kedua mata Lucas terpejam, ia menggigit bibir dalamnya untuk menahan diri. Menahan agar tidak seperti beberapa hari lalu yang malah dirinya mengambil alih permainan Elle dan membuat sang istri kesal padanya setelah satu ronde mereka selesai.Elle mengecup leher Lucas. "Bolehkan aku membuat tanda Lucas?" tanya Elle."My body is yours babe." Lucas benar-benar mulai diuji keimanan pria-nya saat Elle terkekeh kecil dan membuat napas hangatnya terasa ke lehernya.Ia menelan ludahnya saat mulai merasakan lidah Elle menyapa lehern