Home / CEO / (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan: Chapter 21 - Chapter 30

107 Chapters

Sebuah Pesan

Elle menunggu lift seraya menenteng 2 kantong besar berisi makanan ringan kesukaan Ares. Memikirkan Ares lagi-lagi ia juga teringat Lucas. Tak salah memang menerima kebaikan, tapi haruskah dari mantan kekasih? Sialnya, Elle harus mengakui itu.Ting. Lift terbuka.Panjang umur.Elle tidak salah lihat saat mendapati pria yang ia bicarakan sudah berdiri di dalam lift sambil menatap ke arahnya. Untuk apa pria itu berada di rumah sakit? Ia tidak berniat menemui Ares sekarang, kan? Bahkan, keduanya sudah bertemu meski Ares dalam kondisi tidak sadar. Namun, ia belum siap melihat interaksi keduanya.Yang lebih parah lagi, hanya ada mereka berdua."Kau habis darimana?" Lucas yang memulai percakapan."Kantin.""Kau membeli makanan sebanyak itu?""Untuk Ares.""Ah, bagaimana keadaannya?""Dia sudah sadar, jauh lebih baik.""Kau harus lebih memperhatikan lagi. Mempunyai asma bukan suatu hal yang mudah, apalagi Ares masih sangat kecil."Elle diam saja. Tidak menanggapi ucapan Lucas."Bagaimana ji
Read more

Ingin Bertemu?

Tangan Elle gemetar melihat pesan singkat itu. Ia melirik sekilas ke arah Ares yang untung saja sedang sibuk dengan cemilannya. Tak lama, ponselnya kembali berdering, sebuah pesan kembali masuk di ponselnya. "Jika, kau perlu sesuatu, kabari aku."Elle sedikit bernapas lega, setidaknya pria itu tidak mengiriminya yang aneh-aneh. Lucas dengan segala akalnya, Elle tidak akan terbuai meski pria itu telah membantunya.Tanpa membalas apapun, Elle mematikan ponselnya dan kembali menyimpan di atas nakas. Pesan tersebut membuat tubuh Elle sedikit meremang, jika Lucas mengetahui nomor ponselnya itu tandanya pria itu semakin mendapat celah mendekatinya."Siapa?""Oh, siapa?""Siapa yang menelpon Ibu?"Elle membahasi bibirnya, "Teman Ibu, dia menanyakan kabar."Elle menarik dan mendudukkan Ares di depan televisi. Ia melirik kembali ke ponselnya, helaan napas langsung terhembus. Baiklah, hidupnya akan semakin runyam setelah ini.***Lucas sedang berada di dalam mobil menunggu lampu di pinggir ja
Read more

Balasan pesan

Ares sudah dipulangkan. Elle dan Ares baru saja selesai merapihkan beberapa barang, terutama mainan Ares yang cukup banyak. "Ibu, mainan ini aku letakkan dimana?" Ares bertanya seraya mengangkat sebuah mainan dinosaurus yang apabila ditekan tombolnya akan berbunyi. "Letakkan di keranjang dekat kamar. Sebelah vas bunga." Elle berteriak dari dapur, ia ingin membuat teh hangat. Kondisi Ares memang sudah kembali pulih, namun masih ada yang menggangu pikiran Elle. Tangannya merogoh ponsel. Terlihat lagi riwayat pesan yang belum sempat ia balas.Pesan dari Lucas.Sebenarnya, Elle juga merasa tidak enak hati. Pria itu sudah berbuat baik padanya, namun ia malah bersikap ketus kemarin. Tanpa Lucas, mungkin Ares hanya bisa bermain dengan rubiknya, tidak akan ada mainan lain. "Apa aku harus membalasnya? Tapi, aku balas apa?"Elle memikirkan sekiranya balasan pesan untuk Lucas. Ya, ia masih mementingkan egonya untuk meminta maaf dan terimakasih. "Apa aku biarkan saja? Tapi, aku juga meras
Read more

Ares?

Esoknya Elle bekerja seperti biasa.Datang pagi untuk membuatkan Lucas sarapan. Berjalan menuju ruangan pria itu membuat Elle kembali memikirkan perkataan Eric.Meminta lebih dulu uang gajinya? Apa Lucas akan mengiyakan?Agaknya, Elle menelan ludahnya sendiri. Baru saja, kemarin ia berucap jika tidak akan meminta bantuan Lucas. Tapi, sekarang ia malah memikirkan bagaimana Lucas menolongnya."Astaga! Kau benar-benar sial, Elle. Apa tidak ada cara lain?"Elle terus saja menggerutu, untungnya tidak ada siapapun di dalam lift selain dirinya. "Tapi, apa aku coba saja? Bagaimana jika Lucas tidak memperbolehkannya? Atau, dia malah mempermainkanku? Yang lebih parah, dia memanfaatkan kesempatan ini? Astaga! Aku benar-benar gila. Kenapa dari banyaknya perusahaan, harus perusahaan pria itu?"Elle mengerang frustasi dalam hati. Setiap langkahnya menjauhi Lucas, ada saja hal yang membuatnya terus berhadapan dengan pria itu. Jika, ini dinamakan nasib. Maka, nasib Elle sangatlah buruk.Ting.Sepert
Read more

Hangat

Lucas masih dibuat tak percaya dengan apa yang ia lihat di hadapannya.Ares, anak Elle, duduk didepannya dengan sekotak susu yang ia minum. Jika, berurusan dengan ekonomi, otaknya sangat lancar. Tapi, berurusan dengan anak 6 tahun membuatnya mendadak bisu."Paman?""Ya?""Terima kasih sudah datang. Aku pikir, Paman tidak akan datang.""Tentu saja, dimana Ibumu?" Ares menggeleng."Ada apa?""Aku sendiri ke sini, Paman. Ibu tidak tahu."Lucas terkejut. Apa maksudnya?"Maksudnya, Ares?"Dapat Lucas lihat anak itu mengulum bibirnya, wajah takut nampak di sana."Sebenarnya, aku yang mengirim pesan pada Paman kemarin, bukan Ibu. Aku ingin bertemu dengan Paman Lucas."Mata Lucas mendelik tak percaya. Jadi, Ares yang membalas pesannya? Bukan Elle? Sial, ia malah dipermainkan dengan anak 6 tahun. Bodohnya lagi, ia sudah senang sampai tidak bisa tidur semalam."Kenapa Ares ingin bertemu dengan Paman?"Ujungnya, Lucas menanggapi anak itu. Sebenarnya, ia merasa bingung sekaligus senang. Bertemu A
Read more

See you!

Tidak ada percakapan. Baik Elle maupun Ares memilih fokus menghabiskan makan malam mereka. Sedari tadi, Elle berperang dengan pikirannya. Ia yakin jika Ares-lah yang menemui Lucas lebih dulu, entah bagaimana caranya.Sedangkan, Ares tahu jika suasana hati Elle sedang tidak baik. Ingin mengatakan yang sebenarnya namun ia ragu. Takutnya, membuat suasana hati Elle semakin buruk."Ibu."Elle hanya berdeham menanggapi. Ares mengulum bibirnya, bimbang. "Sebenarnya, Ares yang meminta bertemu dengan Paman Lucas lebih dulu. Jadi, jangan salah paham dengannya, Bu. Paman Lucas tidak berbuat macam-macam."Elle menghela napas, situasi ini semakin membuatnya pelik. "Ada apa lagi sekarang Ares? Kau masih penasaran dengan siapa Ayahmu?"Ares menggeleng, "Tidak, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih."Bohong. Ares tentu saja berbohong jika tidak mau melihat Elle mengamuk. "Kenapa kau tidak mengatakannya melalui Ibu saja? Kau pasti tahu jika Ibu bekerja di perusahaannya, 'kan?""Maafkan aku, Bu
Read more

Tinggal Bersama

Elle mengusap peluh yang mengalir di keningnya. Rasanya, ia ingin menyerah saja membuat menu makan malam kali ini.Kemampuannya memasak hidangan Spanyol tidaklah baik. Sedari tadi, ia terus saja mengalami kesulitan hingga ia harus meminta bantuan beberapa juru masak yang lain.Setengah jam berlalu, masakan mereka hampir selesai hanya menunggu Albondigas matang. Elle merebahkan bokongnya pada satu kursi di sana. Kaki dan punggungnya terasa sangat pegal. Keliatannya mungkin sangat sederhana namun jika sudah turun langsung ke dapur, persepsi itu akan langsung berubah. "Ini, minumlah dulu." Olive, salah satu juru masak lain, menyodorkan soft drink yang tentu saja langsung Elle terima. "Lucas itu memang tampan, tapi tingkahnya sangat menyebalkan.""Ya, kau benar. Padahal, di sini aku adalah ahli gizi, tapi semua hidangan dan porsi dia sendiri yang menentukan.""Sepertinya, kau telah memasuki pekerjaan yang salah.""Aku rasa begitu.""Sudahlah, kau harus bersiap, sebentar lagi jadwalnya m
Read more

Bodoh

Bruk!Elle menghempaskan tubuh Lucas di atas sofa seraya menghela napas, lelah. Mabuk membuat Lucas seperti tidak memiliki tulang. Jalannya selalu saja tidak beraturan dan Elle yang jengah berakhir merangkulnya. "Kau menyusahkan sekali! Seharusnya, kau aku tinggalkan saja dikantor." desis Elle seraya membanting gelas yang ingin ia isi air. Elle memandangi sekitar, tidak ada tanda-tanda Ares masih terjaga. Ia menghela napas lega, setidaknya ia tidak harus mengarang cerita pada Ares. "Kau lebih baik tidur di sofa. Besok kau harus pulang pagi-pagi sekali. Aku tidak ingin Ares tahu jika kau berada disini."Lucas yang masih mabuk hanya bisa mengangguk, matanya sudah terpejam. Elle lagi-lagi mendesah lelah, tidak pernah ia bayangkan akan kembali serumah dengan Lucas meski hanya semalam. Berniat ingin mandi, Elle melangkah pergi, namun baru saja kakinya berjalan, tangannya sudah lebih dulu ditahan. Elle berdecak, "Kau ini apa-apaan! Lepaskan aku. Aku ingin mandi, aku tidak mau meladeni
Read more

Membisikkan Sesuatu

Elle dengan malas memasukan makanan ke dalam paper bag. Mengingat kejadian tadi pagi, ia ingin menghilang sekarang juga. Perasaannya setelah itu makin tidak karuan. Apalagi perubahan sikap Lucas yang naik turun membuat hatinya memberontak.Tepat sepuluh menit sebelum jam makan sore, Elle melangkah gontai menuju lift dan memencet lantai 10. Ting.Elle melangkah keluar dan tanpa mempedulikan tatapan sinis Clara, Elle langsung masuk begitu saja dalam ruangan Lucas. Ia benar-benar ingin menyudahi hari ini. Lucas yang sedang merapihkan beberapa dokumen di atas meja menatap Elle yang berjalan di depannya. Ia tahu jika suasana hati Elle sedang tidak bagus, wajahnya bahkan mengisyaratkan itu."Ini makan siangmu, Sir. Terima kasih." Saat itulah Elle merasa seseorang menahan tangannya. Aroma maskulin terdeteksi oleh indra penciumannya. Memancing gelora yang seharusnya bisa wanita itu tahan kuat-kuat."I want to talk." Suara rendah sensual itu selalu membuat wanita memejamkan mata dan mendesa
Read more

Dibawa kemana?

Elle menahan napas ketika Lucas menyentuh garis wajahnya, berusaha menenangkan jantung yang sudah melompat liar. Lucas menjadi berani karena kesalahan ucapnya barusan. Elle mengutuki diri dan membungkam pikiran liarnya ketika Lucas mendekat. Aroma musk yang maskulin masuk tanpa permisi ke indra penciumannya, membuat kaki perempuan itu lemas. Ketika Lucas menunduk dan mengecup pipinya pelan, Elle menutup mata sementara napasnya berlomba. Sensasi geli menyebar dari pipi hingga ke seluruh tubuh. Sentuhan sederhana itu membuat tubuhnya tanpa sadar mendambalebih, berharap kecupan itu mendarat di bibirnya. Napas hangat yang menyapa kulitnya membuat Elle nyaris saja membayangkan bagaimana rasanya ciuman dengan Lucas ketika lagi-lagi pria itu berbisik pelan, penuh gairah, di telinganya."You finally falling for me, again."Suara bariton itu seakan membelai seluruh tubuhnya, membuat helaan napas lolos dari mulut yang setengah terbuka. Elle merasakan tubuhnya meremang, menginginkan Lucas me
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status