Elle menahan napas ketika Lucas menyentuh garis wajahnya, berusaha menenangkan jantung yang sudah melompat liar. Lucas menjadi berani karena kesalahan ucapnya barusan. Elle mengutuki diri dan membungkam pikiran liarnya ketika Lucas mendekat. Aroma musk yang maskulin masuk tanpa permisi ke indra penciumannya, membuat kaki perempuan itu lemas. Ketika Lucas menunduk dan mengecup pipinya pelan, Elle menutup mata sementara napasnya berlomba. Sensasi geli menyebar dari pipi hingga ke seluruh tubuh. Sentuhan sederhana itu membuat tubuhnya tanpa sadar mendambalebih, berharap kecupan itu mendarat di bibirnya. Napas hangat yang menyapa kulitnya membuat Elle nyaris saja membayangkan bagaimana rasanya ciuman dengan Lucas ketika lagi-lagi pria itu berbisik pelan, penuh gairah, di telinganya."You finally falling for me, again."Suara bariton itu seakan membelai seluruh tubuhnya, membuat helaan napas lolos dari mulut yang setengah terbuka. Elle merasakan tubuhnya meremang, menginginkan Lucas me
"Kita akan kemana?" Elle berkata defensif, mengambil tas kerja dan berjalan keluar dari kursinya."Salah satu tempat terbaik di New York."Elle menatap Lucas heran sambil memastikan sekali lagi tempat di mana ia menyimpan swiss army knife-nya. Jika pisau itu tidak melukai Lucas, benda itu harus berhasil menyadarkan dirinya dari apapun yang pria itu rencanakan.***Bagi seorang gadis dari kota kecil, pemandangan di hadapannya adalah salah satu yang paling megah yang pernah dia lihat. Sebuah kotak raksasa dari kaca dengan bola besi ditengahnya. Berhiaskan lampu sorot, tempat itu terlihat indah dan mencolok di malam hari, di antata langit Manhattan yang kehilangan bintang akibat polusi.Rose Center for Earth and Space. Sebuah planetarium yang didirikan sebagai bagian dari Museum Art and Science di Central Park, memungkinkan penduduk kota Big Apple untuk mengintip langit. Elle ternganga melihat bangunan di hadapannya dan berhenti berjalan, hingga Lucas harus menggenggam tangannya dan me
Tepat pukul 06.20 Lucas menelepon Elle, mengabarkan jika ia telah menunggunya di parkiran apartemen.Sial, Elle yang baru saja menutup pintu apartemen meringis kesal. Ini akibat alarm ponselnya yang tidak berbunyi, ia telat bangun dan berakhir seperti ini. "Kau benar-benar sial, Elle."Benar saja, sudah ada Lucas dengan setelan wah-nya menunggu di depan mobil."Selamat pagi," sapa Lucas begitu ramah, Elle hanya tersenyum. Tanpa mengatakan apapun, Elle langsung duduk di dalam mobil."Sudah siap berangkat?" tanya Lucas dari balik kemudi yang dijawab oleh anggukan Elle.Lagu-lagu pop rock yang mengalun dari CD drive menemani perjalanan mereka yang lebih banyak dihiasi keheningan. Lucas lebih berkonsentrasi mengemudi di tengah kepadatan lalu lintas pagi. Sementara, Elle masih enggan berbicara untuk menjaga jarak.Sebuah pesan pengingat muncul di layar ponsel cerdas Lucas.Damn, Lucas hampir saja melupakan undangan ini. Ia belum mempersiapkan apa pun untuk menghadiri pesta anniversary or
Sebuah butik yang cukup besar terlihat begitu elegan. Gaun-gaun indah terpasang dalam manekin-manekin tinggi menjulang. Elle berusaha untuk tidak menganga terlalu lama. Sebagai wanita yang besar di pedesaan, ia nyaris tidak pernah melihat gaun-gaun itu kecuali dalam iklan atau foto-foto majalah.Lucas baru saja hendak membukakan pintu untuk Elle ketika seorang parmuniaga wanita melakukan hal yang sama lebih cepat beberapa detik."Selamat datang Mr. Simth. Gaun yang Anda pesan sudah siap.""Thank you."Elle langsung memikirkan banyak hal. Gaun macam apa yang dipilih Lucas untuknya? Berapa harganya? Siapa yang akan membayar? Yaa ... Tampaknya pertanyaan terakhir adalah yang paling krusial.Sang pramuniaga mengantarkan mereka ke sebuah area. Ada manekin wanita dengan tubuh berlekuk sangat indah. Di atasnya terpasang sebuah gaun yang luar biasa indahnya."Ini gaunnya, Mr. Smith."Pramuniaga itu mempersilakan keduanya untuk melihat-lihat. Selintas Elle bisa melihat pandangan iri dari pram
"Baru sekali ini aku melihatmu dengan satu wanita sepanjang pesta. Apa dia kekasihmu?"Kata-kata Walikota menyentak Elle dari lamunannya. Belum sempat mulutnya terbuka untuk membantah, Lucas menyela."Saya harap begitu." Mata Lucas bersinar teduh meski senyum sama sekali tak terlihat menghias. Kini wajah tampan itu menyiratkan harapan yang kuat.Elle kehilangan kata-kata ketika ia merasakan genggaman jemari Lucas menguat di tangannya. Elle memahami kode itu. Ia tak ingin berdebat di depan orang paling penting di NYC dan hanya bisa tersenyum canggung."Pantas saja. Anda begitu cantik hingga membuat Mr. Smith sampai memuja Anda." Istri Sang Wali Kota tersenyum anggun.Jangan tanya kenapa tidak mengetahui keberadaan Sharon. Jelas, hubungan mereka hanya orang-orang tertentu yang tahu. Hal ini akibat profesi pekerjaan Sharon yang mengharuskannya begitu.Elle hanya tersipu sembari mengucapkan terima kasih. Terlebih ketika akhirnya Lucas menggeser tangannya dan langsung merengkuh bahu terbu
Akhirnya Elle merasakan bibir itu menciumnya. Rasanya seperti yang ia bayangkan, lembut dan manis. Wangi musk memenuhi seluruh indera penciuman, bercampur dengan aroma kopi yang baru saja mereka habiskan.Perlahan tapi pasti, gerakannya makin menuntut, membuat napas Elle terputus-putus, tapi ia tahu, dirinya menginginkan lebih. Sengaja ia buka mulutnya sedikit lebih lebar, memberikan akses bagi lawannya masuk lebih dalam.Bunyi alarm melengking dari telepon selular membuat Elle membuka mata kalang kabut. Terkesiap, berusaha mengumpulkan kesadaran, napasnya memburu. Namun sisa mimpinya masih terasa jelas.Apa yang aku pikirkan?Elle melirik ke arah jas Lucas yang tergantung di depan lemari bajunya, rapi dengan plastik pembungkus bertuliskan nama laundry. Baju itu menemaninya sepanjang akhir pekan, mungkin itu yang membuat dirinya bermimpi yang tidak-tidak. Elle meraba bibirnya, ciuman itu terasa nyata, membuat jantungnya berdegup kencang dan wajahnya memerah. Wanita itu menepuk pipiny
Lift yang dinaiki Elle berdenting, menunjukkan bahwa ia sudah sampai di lantai yang dituju. Elle melangkah begitu pintu lift terbuka dan mendapati Lucas tengah berdiri di depan pintu lift sebelah. Seperti tengah menunggu sesuatu."Makan siang hari ini?" tanya Lucas berbasa-basi menyapa Elle dengan lembut meski tanpa senyuman terlukis di wajahnya."Sudah, Sir. Saya membawakan olahan daging sapi kesukaan Anda," jawab Elle senormal mungkin.Alarm berdentang di kepala, memperingatkan Elle agar tidak terpengaruh oleh semua perhatian dan sikap manis pria yang ketampanannya bagai sketsa dewa-dewa Yunani di dalam buku sejarah."Sebenarnya, ada yang aku katakan padamu. Pekan depan klien dari Mumbai ingin berkunjung untuk membahas proyek baru yang ada di sana. Sebagai penghormatan, aku ingin kau yang membuat hidangan untuk kami, seperti saat itu. Kuharap kau bisa, Emy ." Lucas menaikkan sedikit sudut bibirnya dan menggandeng tangan Elle saat berjalan dari lift ke ruangannya. Genggaman hangat
[Jangan masak untuk makan malam. Aku makan diluar, kau ikut.]Elle menghembuskan napas membawa pesan yang dikirim Lucas. Tangannya meletakkan kembali pisau yang ia ambil. Dipikir-pikir, ia seperti tidak bekerja di sini. Meski, dengan embel-embel mencari juru masak untuk kesehatannya, Lucas justru yang lebih sering bertindak semaunya.Rasanya, seperti makan gaji buta."Aku harus melakukan apa setelah ini? Aku lelah." Elle menelungkupkan kepalanya pada kedua tangannya. ***"Kau sedang tidak enak badan?"Lucas menatap Elle yang tampak hanya memainkan pisau dan garpunya di atas daging steak Kobe yang lembut. Wanita itu tersentak dan kembali fokus memotong secuil daging dan menyuapkannya ke mulut. Harus diakui, steak yang harganya bisa menanggung jatah makan Elle seminggu penuh itu sangat enak. Kelembutan yang sesuai dengan kematangan sempurna. Namun, semua kelezatan itu sama sekali tak membuat wanita cantik itu bahagia. Ada perasaan resah bergelayut di batinnya.Lucas membawanya pergi
Nyonya besar keluarga kecil Smith duduk manis di kursi yang berada di depan rumah, ia tengah memperhatikan Ares yang bermain dengan Henry. Tangan kanannya sibuk mengusap perutnya sendiri yang masih rata.Ares yang sudah lelah menghentikan aktivitasnya, ia lalu pamit pada Henry dan berlari menghampiri Elle, langsung mendudukkan diri di samping Elle. Ia menatap sang ibu yang menatapnya itu, lalu kedua matanya tertuju pada perut Elle. "Kapan.. perut ibu besar?" tanyanya.Elle tersenyum tipis. "Mungkin, dua bulan lagi.. sudah mulai terlihat." jawab Lucas, tangan kanannya itu mengusap kepala Ares, merapikan rambutnya yang memang berantakan.Anak kecil bermarga Smith itu mengangguk kecil, ia menghela napasnya panjang. "Ares lelah ibu.." ucapnya lagi dengan rengekan kecil. Tangannya dengan lihai memainkan jari jemari Elle yang menganggur."Itu karena Ares banyak bergerak." balas Elle, ia mengusap wajah Ares dan meniupnya secara perlahan. Banyak sekali keringat yang bercucuran.Ares lalu mend
Elle yang setengah sadar melajukan mobil ibu Smith dengan cepat untuk kembali ke rumah sakit. Begitu ia mendengar kalimat dari sekretaris Lucas yang mengatakan bahwa Lucas kecelakaan, Elle langsung bergegas pergi bahkan meninggalkan Ares dan ibu Smith.Air matanya sudah jatuh membasahi wajahnya, belum setengah jam ia merasakan kebahagiaan karena mendapatkan kabar gembira dengan kandungan keduanya, malah mendapat berita yang benar-benar membuat Elle seperti orang yang kehilangan nyawanya sendiri.Ia tak memikirkan dirinya yang tengah hamil muda, Elle terus melaju beberapa kali membunyikan klakson mobil, hingga akhirnya ia sampai di rumah sakit yang sama. ELG Hospital.Elle segera turun dari mobilnya dan berlari masuk, ia menuju meja resepsionis. "Lucas.. dimana Lucas?" tanyanya tanpa peduli sopan santun.Penjaga itu mengerjap. "Tuan Smith di lantai empat, di--" kalimatnya terhenti karena Elle bergegas meninggalkannya begitu saja.Elle segera menuju ke lift, ia memencet tombol berkali-k
"unh--akhh Lucas it hurts!" Elle langsung protes begitu merasakan gigitan kuat kedua taring Lucas di perpotongan leher kirinya, air matanya mengalir begitu saja. Ia meremas punggung Lucas dengan kuat, Lucas kembali menandainya setelah sekian lama.Lucas tak menghiraukannya, ia melepas gigitannya dan langsung menjilati bekas gigitannya di leher Elle, menjilat habis darah yang keluar dari sana baru ia berhenti. Mendongak dan menatap Elle yang masih merintih karena kesakitan.Lucas mengecup bibir Elle, lalu mulai mengerakkan pinggulnya. "Ahh fuck!" rahangnya mengeras hingga urat lehernya terlihat begitu jelas.Elle menggigit bibir bawahnya, merasakan hentakan keras yang begitu tiba-tiba di lubang miliknya. Ia menatap Lucas yang berada di atasnya, Lucas sudah keluar-masuk dengan mudah di bawah sana. "ohhh! Lucas aah! aah ! ahh! ahh!" hanya bisa mendesah saat merasakan bagaimana kuatnya sentakan Lucas.Sang suami kembali merendah, ia mengecup bekas gigitan yang ia tinggalkan di perpotongan
Mulut Elle menganga lebar begitu ia keluar dari vila dan melihat sebuah motor Harley terparkir di samping mobil yang ia biasa gunakan dengan Lucas untuk menuju ke kota. Kedua matanya mengerjap kecil, ia menoleh ke belakang saat mendengar suara langkah kaki Lucas.Melihat sang suami yang memakai celana jeans dengan jaket kulitnya, Elle menutup mulutnya sendiri dengan kedua matanya yang membulat. Menatap sang suami yang mendekat ke arahnya dan memberikan sebuah jaket kulit yang mereka beli kemarin, sebenarnya Lucas yang memaksa untuk membelinya.Ini hari keempat mereka di sana dan Elle tak menyangka bahwa Lucas akan memberikan sebuah kejutan yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi. Ia sudah cukup sebenarnya dengan kemarin, Lucas mengajaknya mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di pulau Hawaii.Ia menerima jaket tersebut. "Kau serius Lucas?" tanyanya dan sang suami mengangguk untuk menanggapi. Elle pernah bercerita pada Lucas bahwa ia dulu saat remaja ingin membeli motor Harley
Elle memakai kembali bajunya saat dokter telah selesai mengecek luka di punggungnya, lalu sang dokter keluar dari ruang inap tersebut. Ia menatap Lucas yang memasangkan kancing baju yang ia gunakan, melihat wajah sendu sang suami. "Lucas, kenapa wajahmu murung seperti itu hm?" tanyanya."Aku sungguh menyesal karena kemarin aku datang terlambat." jawabnya tanpa mendongak, ia terus memasangkan kancing baju Elle hingga selesai dan dirinya baru mendongak. "Maafkan aku sayang.." ucapnya lirih.Elle menggeleng kecil. "Tidak, masih beruntung kau datang sebelum kapal itu berangkat." jawabnya."Tapi karena aku terlambat, kau mendapat luka itu dan--" "Kau juga.." Elle menyela, ia menunjuk lengan Lucas yang diperban karena goresan pisau yang cukup dalam di sana. "Kau juga punya bekas luka tembak di punggungmu, kita sama-sama punya Lucas."Lucas tersenyum tipis, meskipun terkesan sedih. "Maafkan aku hm?" "Tentu Lucas.." ia meraih tubuh Lucas dan memeluknya dengan erat."Aku memaafkanmu dan berh
"Henry." Elle yang duduk di belakang memanggil, ia memangku Ares yang terlelap, karena memang sudah jamnya untuk tidur siang. Henry melirik Elle dari spion tengah tersebut. "Iya, Elle?" tanyanya."Apakah aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Elle dan Henry mengangguk kecil untuk menanggapi."Apa kau tidak akan menikah?" tanyanya kemudian, ia memang sering berbincang dengan Henry, tapi ia terlalu ragu untuk bertanya mengenai kehidupan pribadi Henry.Pria itu tersenyum. "Tentu saja saya ingin menikah Elle, hanya saja belum menemukan pasangan yang pas untuk saya." jawabnya.Dahi Elle mengernyit bingung. "Lalu bagaimana dengan Olive, bukankah kau dekat dengannya?" tanya Elle penasaran.Wajah Henry langsung berubah bingung. "Bagaimana anda tahu?" tanyanya bingung.Wanita cantik itu terkekeh pelan. "Bagaimana mungkin aku tidak tahu, hubungan kalian begitu jelas, kau juga terlihat begitu semangat ketika kita ke rumah sakit untuk memeriksa bulanan Ares." jawab Elle. Sungguh, Henry rasanya begitu
Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan Elle baru saja selesai memakaikan baju untuk Ares yang sudah selesai mandi pagi. Ia kemudian menitipkan Ares pada baby sitter yang sudah menjaga anaknya itu sejak Ares baru lahir. Elle keluar dari kamar tersebut dan berniat akan menemui Lucas untuk meminta maaf pasal kejadian kemarin.Ia berjalan menuju kamar Lucas di lantai tiga tapi saat masuk, suaminya itu tidak ada. Elle kembali turun menuju lantai pertama dan langsung mengarah pada ruang makan. Tak ada Lucas di sana dan ia berjalan keluar dari rumah tersebut. "Henry." panggilnya pada pria yang berdiri di teras rumah.Henry menoleh. "Iya Elle?" ia berjalan mendekati Elle."Dimana Lucas?" tanya Elle sembari menatap ke arah garasi yang tertutup."Tuan Lucas sudah berangkat, sekitar sepuluh menit lalu." jawabnya sembari menyunggingkan senyum tipisnya.Dahi Elle mengernyit, tidak biasanya Lucas berangkat sepagi ini dan tidak berpamitan kepadanya. Ia menghela napasnya panjang, sepertinya Luc
Kedua mata seorang pria itu terus memperhatikan tuannya yang sedari tadi hanya mondar-mandir di ruang tamu sesekali melihat jam dinding di ruangan tersebut. "Tuan Elle, sebaiknya anda tidur." ucapnya kemudian. Elle menoleh ke arah Henry dengan wajah khawatirnya. "Aku tidak bisa tidur tentu saja. Aku mau menunggu Lucas." balasnya, padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tapi sang suami belum pulang dan ponselnya tidak aktif. "Mungkin tuan Lucas sedang ke rumah keluarga Smith atau ada urusan penting. Anda harus istirahat." balas Henry.Elle menghela napasnya panjang. "Tidak." jawabnya, ia lalu mendudukkan diri di sofa ruang tamu dengan kedua matanya yang menatap pintu masuk. "Seharusnya kau ikut Lucas, bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? Ini sudah malam Henry."lanjutnya dengan panik. Henry terkekeh pelan dan membuat Elle menatapnya dengan bingung. "Anda lupa bahwa suami anda adalah orang yang ahli bertarung, Elle?" balasnya dengan nada bercanda.''Tetap saja dia manusia
"Show me.. so I can decide to like it or love it."Mendengar ucapan sang suami yang seperti itu, membuat Elle tersenyum senang, ia melepas kemeja Lucas, memperlihatkan otot kekar lengan sang suami. Ia mengusap lengan kiri Lucas dengan gerakan ringan sebelum meremasnya kuat. Ia menatap Lucas dengan intens, menjilat bibir bawahnya sendiri bermaksud menggoda, lalu ia mendekat dan mencium ringan daun telinga kiri Lucas, tapi berkali-kali hingga akhirnya ia mengulumnya.Kedua mata Lucas terpejam, ia menggigit bibir dalamnya untuk menahan diri. Menahan agar tidak seperti beberapa hari lalu yang malah dirinya mengambil alih permainan Elle dan membuat sang istri kesal padanya setelah satu ronde mereka selesai.Elle mengecup leher Lucas. "Bolehkan aku membuat tanda Lucas?" tanya Elle."My body is yours babe." Lucas benar-benar mulai diuji keimanan pria-nya saat Elle terkekeh kecil dan membuat napas hangatnya terasa ke lehernya.Ia menelan ludahnya saat mulai merasakan lidah Elle menyapa lehern