“Om nungguin di sini. Hanya ujian, nggak usah masuk kelas, setelah itu pulang.” Aris memberi ultimatum. Baginya Dinara benar-benar seperti seorang anak yang masih harus didikte dan diarahkan. Anak gadis yang pagi ini berhasil membuatnya hampir saja kehilangan kesabarannya, membuat Aris pagi ini juga mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, bukan saja karena Dinara yang terus menerus mengoceh takut terlambat tiba di kampus, tapi juga karena Aris masih merasa gusar oleh sisi lelakinya yang kembali dipermainkan oleh gadis itu.“Tapi abis ini jadi nemanin cari hadiah kan, Om?” Dinara menoleh sebelum benar-benar membuka pintu.“Jadi. Tapi Om harus ke kantor dulu, ada meeting pagi ini. Setelah meeting Om temani cari kado.”Dinara mematung sesaat. Sejak dulu ia selalu tak suka alasan seperti ini, meeting, ada kerjaan, makan siang dan makan malam bisnis, sejak ia kecil semua hal itu sudah merampas banyak waktu orang tuanya. Tak terhitung berapa janji ayahnya yang dulu pernah ingkar, tak
Baca selengkapnya