Home / Romansa / TERJEBAK PERNIKAHAN PALSU / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of TERJEBAK PERNIKAHAN PALSU: Chapter 121 - Chapter 130

141 Chapters

Bab 119

“Tuh! Di laptop yang Om Aris pinjamin. Isinya ya ampun ... video asusila Om Aris dengan Alea! Nara jijik ngeliatnya!”Aris tertergun sesaat, mencoba memahami apa maksud Dinara sebelum akhirnya menggeleng gelengkan kepalanya saat menyadari.“Oh, kamu nemu file-nya, Nara?”“Gimana nggak nemu, isi laptop Om Aris video asusila semua.”“Ck! Jangan berlebihan.”Aris tahu Dinara sedang melebih-lebihkan. Laptopnya itu memang berisi hampir semua kenangannya bersama Alea. Dulu Alea selalu mengabadikan momen momen kebersamaan mereka, baik dalam bentuk foto atau video. Beberapa video memang merekam momen momen intimnya dengan Alea. Berciuman, berpelukan, berenang bersama, bahkan saat keduanya tidur berpelukan di ranjang yang sama. Tak sedikit pula momen keseruannya dengan Alea saat lembur bersama, berdiskusi tentang Tulip, memasak omelet dan makan bersama.Semua kenangan itu memang tersimpan rapi di laptop
Read more

Bab 120

“Om harus pulang, Nara. Om sudah dua minggu di sini, sudah lebih dari rencana Om semula.” Aris dan Dinara sedang dalam perjalanan ke bandara. Pagi ini Aris akan kembali ke Jakarta setelah dua minggu menghabiskan waktu di Jepang.“Tapi Nara masih kangen, Om.” Dinara menggelayut manja.“Ya udah. Pulang bareng Om, ya.”“Nggak, Om. Nara udah janji mau nyelesaikan tugas Nara di sini. Ini harga diri Nara, Om.”“Ck! Keras kepala!” Aris menyentuh kening Dinara pelan.“Kalo gitu bulan depan ke sini lagi ya, Om.” Dinara masih merengek manja.Aris menggeser duduknya lebih merapat, meletakkan tangannya di atas paha Dinara lalu menatap dalam-dalam mata istri belianya itu. “Om nggak bisa janji, Nara sayang. Aktifitas Om sangat padat, belum lagi Oma yang kata dokter Oki kondisi kesehatannya sedang menurun.” Aris berusaha memberi pengertian, berucap lembut sambil menatap mata Dinara lalu merapikan anak anak rambut di kening gadis itu.Sayangnya, Dinara justru berbalik memunggungi Aris, mengamati jala
Read more

Bab 121

 “Nara sudah bisa dihubungi, belum?!” Baru saja Pras membuka pintu ruangan Aris ketika suara Aris berteriak memekakkan telinga.“B-belum, Pak. Nomornya belum aktif dan ....”PRANG!!!Pras berdiri gugup, mematung menyaksikan pecahan gelas yang hancur beberapa meter dari tempatnya berdiri. Pria muda itu bergidik membayangkan jika saja tadi gelas itu dilemparkan Aris ke arahnya.“Ini sudah dua hari, Pras! Dan kamu belum menemukan cara menghubungi Nara? Kenapa sekarang kerjamu sama sekali tak becus?” Suara Aris masih sama kasarnya, kemarahan yang tergambar jelas di wajah pria itu pun masih sama seperti kemarin.Tak ingin membuat Aris semakin emosi, Pras memilih menunduk dan membiarkan pria di balik meja itu memaki. Pras tentu tahu persis kekhawatiran atasannya itu.Sudah dua hari ini sejak Aris menerima telepon lewat ponsel Pras dan mengabarkan kehamilannya, Dinara sama sekali tak
Read more

Bab 122

“Alea!” Aris memprotes cara Alea menyebutnya bodoh. Tetapi, ia tetap tak bisa marah pada wanita cantik yang meskipun menyebutnya bodoh, tetap saja diucapkan Alea dengan suara lembut.“Dianara mungkin lagi marah atas cara Mas Aris menanggapi kehamilannya, tapi bukan dengan membatalkan beberapa pekerjaan penting solusinya. Jangan ikut menanggapi dengan emosi, Mas. Itu tak akan memberi solusi yang baik.”“Gimana aku nggak emosi, Alea. Berondongmu itu nggak bekerja dengan baik seperti biasa, Pras tak bisa menemukan cara menghubungi Dinara.”“Itu karena Mas Aris marah marah melulu. Orang yang bekerja di bawah tekanan itu nggak akan maksimal hasilnya, Mas. Pras bukan tak melakukan apa-apa, aku tahu bagaimana ia bergerak mencari tahu tentang Nara. Hanya saja Mas Aris perlu bersabar, toh ini semua juga karena Mas Aris, kan?”“Oh, jadi kamu ngebela anak ingusan itu dan menyalahkanku, Alea?”Alea be
Read more

Bab 123

“Hah? Udah ketemu?” Aris menatap takjub. Ia baru saja memarkirkan kendaraannya di parkiran Twin House ketika Haruki yang duduk di sampingnya menyampaikan laporannya.Gadis berambut kecoklatan itu mengangguk. “Lagi di asrama, tidak ada yang mencurigakan.” Haruki menjawab dengan aksen khasnya.Kening Aris mengeryit, ia tentu tak bisa membaca deretan chat yang diketik dengan huruf Jepang. Aris mengibaskan tangannya.“Oh, i’m sorry, Sir.” Haruki segera menarik kembali ponselnya setelah menyadari bahwa Aris tak bisa membacanya.“Kamu nyuruh siapa?” Aris masih penasaran mengingat Pras yang selalu diandalkannya bahkan belum bisa mendapatkan kabar tentang Dinara dua hari ini.Dan jawaban Haruki benar-benar membuat Aris kagum pada gadis Jepang itu. Tidak salah Pras memilih Haruki sebagai partner kerja mereka, karena ternyata Haruki memang bisa diandalkan sama seperti Pras. Tak sampai satu jam perjalanan dari Tulip ke Twin House, Haruki sudah bisa melaporkan keadaan Dinata seperti keinginan Ari
Read more

Bab 124

“Dinara mana, Pak Aris? Maaf ... dia siapa?” Aya kembali menatap Haruki.“Nara masih di Jepang, Mbak Aya. Dan ini .... Haruki.”“Haruki?” Tatapan tajam Aya menandakan wanita itu tak puas dengan jawaban Aris.“Haruki ini baru tiba dari Jepang. Dia ... ehmm ....” Aris berpikir sejenak. Bagaimana ia menjelaskan siapa Haruki pada Aya yang masih menatapnya penasaran itu? “Haruki ini ... orang kepercayaanku di Jepang.” Aris akhirnya menemukan jawaban.“Orang kepercayaan? Diajak ke Jakarta? Dan Dinara di sana sendirian?”Aris menggaruk garuk kepalanya. Bagaimana ia menjelaskan ini? Mengapa ia seperti melihat Dinara lewat tatapan tajam Aya?“Oiya ... selamat atas kehamilan Dinara, Pak Aris.” Aya kembali melanjutkan bicara ketika Aris tak menjawabnya.“Loh, Mbak Aya tau dari mana?”“Dinara yang mengabarkannya langsung.”Aris menelan ludahnya. Dinara menghubungi Aya sementara memutus komunikasi dengannya?“Dan kurasa Dinara nggak tau kalo orang kepercayaan Pak Aris ini sedang ada di Jakarta dan
Read more

Bab 125

“Lobby! Sekarang!”Beberapa pasang mata menoleh pada Aris yang terlihat emosi. Sudah sepuluh menit ia menunggu Haruki di lobby sebuah hotel di jantung ibukota, Aris pun sudah mengirim pesan meminta Haruki untuk segera turun bahkan sebelum ia tiba di hotel ini, tetapi gadis itu belum juga menampakkan batang hidungnya.Kemarahan Aris nampak tergambar nyata setelah Haruki justru membalas pesannya dengan menginformasikan nomor room dan meminta Aris menunggunya. Merasa kesal, Aris berkali-kali menelepon Haruki namun baru dijawab gadis itu entah di panggilan yang keberapa.Maka suara Aris meninggi ketika Haruki menjawab panggilan teleponnya. Gadis yang akhirnya muncul di lobby itu memperlihatkan wajah kesalnya ketika Haruki keluar dari lift.“Nara! Hubungi Nara sekarang juga! Pastikan terhubung dan aku tidak menerima alasan apa pun!” Tanpa basa-basi, Aris kembali bicara dengan nada tinggi meski Haruki sudah berada di hadapannya.“I’m on vacation, Mr. Aris!” Dengan nada bicara yang hampir sa
Read more

Bab 126

“Oma!” Dan Aris bisa mendengar pekikan tertahan Dinara. “Oma kenapa, Om?”Aris kembali menghadapkan wajahnya ke kamera. “Nggak ada kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi Oma sekarang, Nara. Yang pasti Oma tentu ingin Nara ada di sini untuk menemaninya melihat senja.”“Oma sakit, Om?”Aris mengeleng. “Oma tidak sedang sakit, Oma hanya sudah terlalu tua.”Aris kembali menghadapkan kamera ke ranjang pasien, memperlihatkan sosok renta yang dulu pernah hampir setiap saat berselisih pendapat dengan Dinara itu selama beberapa menit.“Om ....”Mendengar namanya dipanggil, Aris kembali wajahnya ke kamera. “Ya, Sayang. Nara pulang ke Jakarta dulu, ya.”“T-tapi ... Nara lagi hamil, Om.”Aris menelan ludahnya, teringat spontanitasnya waktu itu saat terkejut mendengar pengakuan Dinara. Ia tak boleh lagi melakukan kesalahan yang sama, kecuali jika ingin kembali lost contact dengan wanita hamil itu.“Iya, Sayang. Om tau Nara sedang hamil. Nanti Pras yang urus surat-surat kelengkapan terbangnya.
Read more

Bab 127

“Nara keras kepala banget sih, Mas. Aku udah hampir emosi ngadepinnya,” keluh Alea di hari pertama di sana namun sama sekali tak bisa membujuk Dinara untuk pulang.“Kenapa emang?” Aris balik bertanya.“Dia ngira aku dan Pras datang cuma karena kalian berantem. Dih! Ngapain juga ikut campur urusan berantem beranteman kalian kalo bukan karena keadaan Omanya.”Aris meremas rambutnya, kepalanya semakin dibuat pusing dengan urusan membujuk Dinara ini, karena ternyata tak semudah itu meluluhkan kekesalan dan kemarahan Dinara padanya.“Jangan dikerasin ya, Alea. Nara lagi hamil, mungkin emosinya memang sedang nggak stabil.” Aris tentu saja melerai. Alea gadis yang realistis, ocehannya tentang Dinara tentu bukanlah karena cemburu pada istri belianya itu.Sedangkan jawaban Alea selalu tepat pada sasarannya.“Lagian ... kamu, Mas. Percuma aja Om Om. Naklukin anak ingusan aja sampai harus ngirim aku dan Pras jauh-jauh ke sini.”“Ck! Udah lakukan aja tugas kalian dan langsung pulang!” Aris member
Read more

Bab 128

Alea mendesis. “Jangan nyium semaumu, Pras!” protes Alea. Selama ikrar hubungannya dengan Pras, pria muda itu memang tak pernah melakukan hal lebih dari sekadar mencuri ciuman singkat di pipinya seperti ini. “Aneh banget rasanya dicium laki-laki yang manggilnya mbak,” katanya lagi. Pras terkekeh. “Ya udah. Nggak manggil Mbak lagi.”Jantung Alea berdegup kencang ketika pria itu menghampiri perlahan. “Boleh nyium yang lain selain pipi, Sayang?”Waktu seolah berhenti bagi keduanya, tetapi tidak bagi Dinara yang tiba-tiba saja muncul di sana.“Hey! Kalian! Boss sama asisten ternyata sama aja, ya. Nggak Boss-nya, nggak asistennya, sama sama mesum nggak tau tempat!”Pras dan Alea menoleh keki, lalu mendapati mata Dinara yang melotot protes. Sepasang kekasih itu seperti baru menyadari di mana mereka berada saat ini.“Ini di asrama! Dan Nara pastikan semua yang tinggal di sini o
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status