Home / Rumah Tangga / FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKU / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKU: Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

Pedhot Sukmo (pov Arini)

"Astaghfirullah!" Kami semua terperanjat, terkejut bukan kepalang melihat mas Wahyu memuntahkan sesuatu. Tak lama setelahnya jatuh tak sadarkan diri di hadapan pak Haji Nurman.Pak Haji memperlihatkan apa yang mas Wahyu muntahkan tadi pada kami. Sesuatu seperti batu akik berwarna merah kehitaman dan berbagai ukuran, ada yang sebesar biji salak, ada yang sebesar kepalan tangan bayi dan masih banyak lagi hingga membuat air dalam baskom yang tadinya setengah menjadi hampir tumpah. Satu diantaranya di keluarkan pak haji dari dalam air dan bentuknya lebih seperti jantung atau hati ayam dengan tekstur yang lembek tapi tidak larut dalam air, dengan guratan halus persis seperti urat."Apa ini Pak Haji?" tanyaku penasaran."Pedhot Sukmo!" gumam Ibuk yang terdengar jelas diantara kami."Betul sekali. Ini merupakan hasil dari air B*l*h p*r*nd* yang masuk kedalam tubuh suami kamu. Awalnya benda ini tidak berbahaya jika raga yang ia singgahi terus dalam pengaruh ilmu hitam, tapi akan sangat berb
last updateLast Updated : 2023-09-15
Read more

Kampung mati

"Salwa! Bangun kamu!" teriak Rodiya sembari menggedor pintu kamar Salwa.Salwa yang masih tidur pulas beberapa kali mengabaikan panggilan itu, ia kembali menarik selimut dan menutup telinganya dengan bantal."Kebo! Heh, bangun gak! Atau ku bakar semua pakaianmu!" teriak Rodiya lagi, entah ini sudah panggilan ke berapa kalinya. Namun, Salwa tetap saja tak mau keluar dari kamarnya.Pagi ini tepat pagi ke lima Salwa membuat alaram otomatis itu heboh menggemparkan seluruh penghuni rumah dan bahkan sampai ke beberapa rumah yang berada di dekat rumah kecil itu."Hish! Apaan sih tu orang, selalu teriak-teriak gak jelas!" gerutunya sembari menyibak selimut."Salwa!" Rodiya kian keras menggedor pintu, hingga rumah ikut bergetar."Apaan sih, Bik?" sewot Salwa setelah memperlihatkan batang hidungnya."Apaan, apaan! Kamu kira ini hotel, HAH! Bangun dan kerjakan pekerjaan yang kamu bisa!" hardik Rodiya."Ngerjain apaan emang?" ucapnya santai, membuat Rodiya semakin berang."Amit-amit jabang bayi!
last updateLast Updated : 2023-09-16
Read more

Cerita Nenek

"Kampung mati?""Iya, sebab di sana sudah tak lagi ada aktifitas kehidupan manusia maupun hewan ternak. Semua warga kampung satu persatu pergi meninggalkan kampung demi hidup tentram. Ada yang merantau ke luar daerah, ada juga yang ke kota. Nenek merasa, sakit hati Nenek terbayar dengan adanya wabah yang tak berkesudahan di tempat itu, hingga merenggut nyawa hampir semua laki-laki yang berbuat asusila terhadap Ratih. Terbayang tangisan Ratih ketika diadili di balai desa, dia adalah korban tapi dia juga yang di pojokkan, akhirnya mereka menuai apa yang mereka perbuat." mata sendu itu kini berkabut mengingat kembali kisah puluhan tahun yang lalu. "Lalu, kenapa Nenek tidak ikut Ibu saja dulu ke kota?" "Kala itu ada yang harus Nenek selesaikan di sini, Nenek mencari tahu sendiri kenapa kami bisa kalah dalam menuntut keadilan untuk Ratih.""Lalu?""Jawabannya ada pada lurah desa waktu itu, namanya Muhron. Rupanya dia sengaja melakukan itu sebab anak lelakinya sempat di tolak oleh Ratih
last updateLast Updated : 2023-09-17
Read more

Keluarga

"Salwa jangan dekati!""Cepat masuk!" Mak Saroh menarik lengan Salwa untuk segera masuk kedalam rumah dan segera ia mengunci pintu."Siapa orang itu, Nek?" tanya Salwa setelah benerapa saat terdiam dengan pikirannya sendiri. "Sudahlah, lupakan saja. Tidurlah, besok kita pergi ke pasar." Mak Saroh bergegas menuju kamarnya sendiri meninggalkan Salwa yang masih penasaran.Mau tak mau Salwa masuk ke kamar juga setelah rasa penasarannya tak menemuka jawaban. Ia merebahkan diri dan menutup tubuhnya dengan selimut hingga batas dagu."Salwa, anakku!" suara lirih wanita itu kembali terdengar, namun kali ini terdengar samar. Salwa memilih mengabaikannya dan menyumpal telinganya menggunakam headset yang terhubung ke ponsel pintarnya. Tak lama ia pun terlelap.🌾🌾🌾"Salwa, tolong Ibu! Salwa anakku!" suara lirih seorang wanita kembali memanggil Salwa.Salwa sedikit kesusahan sebab di tempat ini begitu gelap. Ia terus melangkahkan kakinya, pencahayaan yang ia dapat dari senter ponsel memudahkann
last updateLast Updated : 2023-09-19
Read more

Teka-teki

Pagi ini mendung meyelimuti bumi, meski rintik airnya belum menyentuh tanah. Namun, dinginnya udara berhasil membuat jiwa kemalasan berkembang dengan sangat baik.Arini dengan sabar membangunkan suaminya ketika azan subuh terdengar saling berasahut-sahutan."Mas, bangun dulu yuk! Shalat subuh dulu." Entah sudah keberapa kalinya Arini mengguncangkan tubuh suaminya itu. Namun, Wahyu hanya berguling dan bergumam saja.Kesabaran masih bertahan hingga kumandang azan selesai, tapi Wahyu masih juga belum meninggakan buaian alam mimpi untuk segera menghadap sang pencipta dalam sujudnya. Kesabaran itupun terkikis dengan sendirinya."Ini terakhir kalinya aku bangunin, mau bangun atau gak usah bangun sama sekali!" ucap Arini tegas tepat di telinga suaminya.Wahyu yang sedari tadi hanya berguling, sontak melebarkan matanya dan segera duduk dengan tegak."Kok gitu ngomongnya?""Abisnya, di bangunin cuma ham hem ham hem doang! Kalu di bangunin buat shalat aja udah bikin tensi naik, mending gak usa
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more

Terkuak

Siang ini Salwa kembali ke kampung mati sesuai petunjuk dari laki-laki yang mungkin seusia ayahnya itu. Sepanjang jalan ia memberi tanda tali rafia berwarna cerah karena ingat pesan neneknya, supaya dia kembali menemukan jalan pulang. Baru beberapa tanda yang ia pasang usai melewati jembatan, suara wanita kembali terdengar."Jangan beri tanda apapun, Nak! Nenekmu nanti akan mudah menemukanmu!" Salwa meneguk ludahnya kasar, ia gamang apakah harus dipasang tanda atau tidak. Lantas bagaimana nanti ia temukan jalan pulang?Ia menarik nafas dalam dan berkata lirih, meski tak ada sesiapapun di sana. Tapi, ia yakin bahwa wanita itu mengikutinya meski tak terlihat oleh mata."Jika tak kuberi tanda, bagaimana aku bisa keluar dari kampung ini nanti?"Hembusan angin terasa dingin menyentuh tengkuknya, membuat bulu romanya seketika berdiri. Bukan karena dia takut melainkan dia merasakan kehadiran seseorang yang tak mampu ia lihat, dan ia yakini bahwa seseorang itu adalah Ratih, ibu kandungnya.
last updateLast Updated : 2023-09-21
Read more

Rencana

"Apa syaratnya?""Syaratnya adalah Ratih harus membawa setidaknya 3 korban setiap satu purnama.""Tiga korban?" gumam Salwa."Ya, korban itu adalah laki-laki yang berhasil bersetubuh dengan Ratih dan berakhir jadi gila atau bunuh diri." jawab Randa dengan tatapan mata lurus kedepan."Bagaimana bisa?""Tentu bisa, dukun itu memasang susuk pada tubuh Ratih untuk menjerat korbannya. Awalnya aku tak setuju, bagaimana mungkin aku membiarkan tubuh wanita yang aku cintai dijamah oleh laki-laki lain?Namun, nenekmu menyetujuinya dan mengabaikan perasaanku. Asal Ratih normal kembali, apapun syaratnya akan dia penuhi.Tapi kembali dukun itu memberitahukan resiko atas apa yang akan terjadi akibat susuk itu. Ratih akan dikendalikan penuh oleh pemilik susuk, dan tak akan bisa lepas begitu saja. Aku kembali tercengang dibuatnya, tapi aku bisa apa? Nenekmu mengambil penuh keputusan tanpa melibatkanku. Saat itu, Nenekmu percaya diri sekali jika semua akan baik-baik saja. Memang benar adanya setelah
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

Penyesalan Salwa

"Salwa! Dari mana saja, kau?" tanya Mak Saroh saat melihat Salwa pulang setelah seharian ia pergi."Dari ladang Nek, ikut Bibi petik cabai." jawabnya yakin, sebab memang setelah berhasil keluar dari kampung mati itu ia menyusur melewati ladang yang di garap oleh Rodiya dan kebetulan Rodiya sedang berada di sana.Mak Saroh meragukan jawaban Salwa sebab masih curiga jika Salwa kembali ke kampung itu."Benar kau ke ladang?""Iya, itu bibi Rodiya sama Hesti masih agak di belakang," Tak lama kemudian muncul Rodiya dan anak sulungnya Hesti yang sudah duduk di kelas 6 SD. "Rodiya, benar Salwa ikut kau ke ladang?" tanya Mak Saroh menyelidik."Iya, Mak. Itu bantu petik sayur kankung sama cabai." jawab Rodiya menunjuk kantong yang di pegang Hesti sementara dirinya memanggul kayu bakar."Kenapa rupanya, Mak?" tanya Rodiya."Ah, tak apa! Mak pikir kemana dia, takut tersesat kalau terlalu jauh mainnya." jawab Mak Saroh."Yasudah, hari menjelang gelap baiknya cepatlah bebersih badanmu." Mak Saroh
last updateLast Updated : 2023-09-23
Read more

kejadian di luar kewajaran

"Bund, kemaren pak RT bilang kondisi Mursan-" Wahyu menggantung ucapan nya sebab rasanya tak tega dengan kondisi Mursan yang menjadi korban Salwa."Iya, pas belanja juga pada ngomongin itu. Aku udah hubungi pak Haji Nurman tapi beliau sedang ke Jakarta, pulangnya masih lusa." jawab Arini paham arah pembicaraan Wahyu."Bukan soal itu aja yang mau Ayah bicarain, Bund." Wahyu menatap wajah Arini yang tengah bersandar pada kepala ranjang."Apa itu?" "Ada sesuatu yang rasanya tak enak gitu dalam tubuh Ayah, Bund."8"Maksudnya? Bukankah menurut hasil tes kita semua baik-baik saja?""Iya benar, tapi rasanya masih ada yang mengganjal dalam diri ini. Setiap shalat, dzikir atau ngaji tu rasanya panas dan sesak di dada." Arini menegakkan punggungnya dan menatap suaminya khawatir."Udah coba kasih tahu Ibuk apa pak Haji?" Wahyu menggeleng pelan."Oke kita ikhtiar sendiri dulu sembari menunggu pak Haji pulang, bentar ya aku ambilin air putih dulu biar si kakak yang bacain yasinnya." Arini nampak
last updateLast Updated : 2023-09-24
Read more

Siapa dia?

Dua hari berlalu begitu cepatnya, Arini terlihat pucat dengan lingkaran hitam di bawah matanya yang sangat jelas terlihat."Mbak Arini kurang tidur ya? Pucet banget saya lihat," ucap Ika ketika ia datang ke kios."Iya, mbak Ika. Dua hari ini kurang tidur.""Yaudah, mbak Arini istirahat aja. Hari ini tinggal finishing punya bu Komariah sama punya bu Nining, kan?" "Iya, sama itu susulan punya Minarti kemarin minta dikecilin sedikit lagi di pagian pinggang kebawah, dikurangi 5 cm katanya.""Yang mana, Mbak?""Itu dress yang ijo tosca," jawab Arini menunjuk sebuah dress yang ia letakkan di samping mesin jahit."Oh ini!" Arini mengangguk.Tak lama kemudian semua karyawannya datang dan segera mengambil posisi masing-masing."Wik, nanti yang punya bu Nining setrikanya jangan panas-panas ya, katun mahal katanya!" ucap Ika pada salah satu rekannya."Oke, yang warna pastel itu kan?" jawab Dewi sambil menunjuk dres di tumpukan, Ika mengangguk."Mbak Arini sakit ya?" tanya Dewi yang melihat Arin
last updateLast Updated : 2023-09-25
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status