All Chapters of Gairah Cinta Paman Presdir: Chapter 151 - Chapter 160
233 Chapters
151
Di kantor polisi, Debora dibawa ke ruangan interogasi. Di sana, penyidik Carl bersiap untuk mengajukan sejumlah pertanyaan terkait insiden kecelakaan yang menimpa Rubby dan peran Carlos serta sindikatnya dalam kejadian tersebut. Suasana tegang mengisi ruangan tersebut.Carl duduk di depan Debora, membuka berkas yang ada di atas meja, lalu mulai memulai sesi interogasi."Baik, Nyonya Debora. Mari kita mulai pembicaraan ini dengan jujur. Kami sudah mengetahui keterlibatanmu dalam insiden yang Nyonya Rubby alami. Sekarang, ceritakan bagaimana Carlos dan sindikatnya terlibat dalam penabrakan terhadap mobil Tuan Elvano yang saat itu terparkir? Bukankah Tuan Elvano adalah anak Anda? Lantas, mengapa Anda tega melakukan hal tersebut?" tanya Carl dengan suara penuh penekan.Debora menatap Carl dengan tatapan sedih dan ketakutan, air mata mengalir membasahi pipinya. Dia menarik napas, lalu mulai menceritakan semua yang terjadi."Awalnya, aku hanya ingin mengungkap pembunuhan suamiku. Aku tahu R
Read more
152
"Apa?! Sergio melarikan diri?" Silvana begitu terkejut saat menyadari bahwa pria yang baru saja menjadi suaminya satu hari kini melarikan diri bersama wanita lain."Iya, Nyonya. Kami sudah melacak daftar nama penumpang dan ada nama Tuan Sergio," lapor seorang bawahan Silvana.Wanita itu menggerakkan giginya dengan kedua rahang mengeras. "Bugh!" Silvana menghantam kepalan tinjunya pada pegangan kursi. "Beraninya kau mempermainkan aku, Sergio!" Silvana mengerang penuh emosi.Silvana berdiri dari duduknya dengan wajah yang tampak emosional. "Antar aku ke kediaman Emerson!" perintah Silvana sambil melangkah gusar.***"Gio, aku sungguh merasa bersalah kepada Rubby. Semoga saja Rubby segera sembuh," ucap Vina dengan perasaan khawatir saat pasangan itu kini sedang duduk di sebuah kursi anyaman rotan sambil berpelukan di atas balkon.Dengan pandangan lurus, Sergio menjawab, "Jangan terlalu memikirkan nasib orang lain, Vina. Apa kau tahu, masalah kita jauh lebih besar daripada Rubby. Kita har
Read more
153
"Apa yang kamu katakan? Cerai? Itu tidak akan pernah terjadi, Rubby!" tolak Elvano dengan tegas.Rubby tidak menjawab, dia memalingkan wajahnya ke arah lain. Mencoba menghindari tatapan Elvano kepada dirinya."Rubby, lihat kemari! Mengapa tiba-tiba kamu ingin meminta cerai? Kau sadarkah aku mencintaimu? Lantas kenapa, di saat kau sadar, kau ingin cerai denganku?" Elvano mencoba meraih wajah istrinya yang membuang pandangannya.Ketika Rubby berbalik, wajahnya penuh dengan air mata. Air mata kesedihan karena dia tidak bisa hamil dan melahirkan keturunan bagi Patrice."Paman, apa yang kamu sembunyikan? Tolong katakan! Paman, mengapa kamu menyembunyikan hal penting ini dariku?" tanya Rubby dengan bibir bergetar.Elvano menangkup kedua pipi Rubby yang syok. Jujur, melihat wanita seperti demikian, hati Elvano begitu menjerit. Tanpa sadar, air mata itu pun menitik. "Cinta, sayang. Dengar aku, ya! Aku tidak bermaksud menyembunyikan apa-apa darimu. Aku hanya ingin kamu sembuh agar kamu tidak k
Read more
154
Malam itu, ada rasa tegang di udara. Setiap agen yang terlibat dalam kasus ini tahu betapa pentingnya penangkapan Carlos dan sindikatnya, dan semangat mereka untuk mendapatkan keadilan tidak dapat digoyahkan."Kita harus cepat dan akurat," kata seorang petugas, "Kita tidak bisa mengambil risiko Carlos melarikan diri.""Benar," sahut rekan petugas tersebut. "Semakin lama sindikat ini berkeliaran, semakin banyak orang yang menjadi korban mereka."Setelah beberapa hari kerja keras, polisi berhasil mengungkap beberapa lokasi yang diduga merupakan markas sindikat Carlos. Mereka menyiapkan pasukan yang ada dan merencanakan penggerebekan untuk menghentikan sindikat ini sekaligus.Akhirnya, tiba saat yang ditunggu-tunggu, tim polisi bersiap untuk melakukan penggerebekan serentak ke berbagai lokasi. Setiap anggota yang terlibat merasa bangga dan siap untuk berjuang demi kebenaran."Ingatlah, kita berjuang untuk keadilan dan keamanan bagi masyarakat," ujar seorang petugas yang berpengalaman kep
Read more
155
"Rubby, tolong jangan seperti ini. Lihatlah dirimu yang begitu kurus," ucap Vina saat dia datang menjenguk sahabatnya itu.Rubby menatap taman dengan pandangan kosong. Tidak tahu harus bagaimana dia menyikapi keadaan dirinya yang tidak mempunyai rahim. Kedatangan Vina, membuat luka hati Rubby menganga saat melihat kandungan Vina yang memasuki 4 bulan.Vina menatap Rubby dengan keprihatinan, kemudian duduk di sampingnya dan memegang tangan Rubby. "Aku tahu kamu sedih, Rubby. Tapi kamu harus tetap bertahan dan jangan melukai dirimu sendiri," ucap Vina lembut.Air mata Rubby jatuh mengalir di pipinya, namun dia mencoba tersenyum. "Terima kasih sudah datang, Vina. Tapi, aku merasa seperti ini adalah sebuah hukuman untukku. Aku merasa tidak adil."Vina menggenggam tangan Rubby erat, mencoba memberikan dukungan. "Kamu tidak sendiri, Rubby. Kami semua disini untuk kamu. Mungkin saat ini masih sulit bagimu untuk menerima kenyataan ini, tapi percayalah bahwa hidup ini tidak selalu adil dan kit
Read more
156
"Hmm... Lepas!"Vina mencoba berteriak, namun suaranya tertutup oleh tangan yang membekap mulutnya. Tidak sempat melihat wajah orang yang menghampirinya, Vina merasa ketakutan dan panik. Seluruh tubuhnya mengejang, mencoba melepaskan diri dari cengkraman orang itu.Akan tetapi, kekuatan tangan pria itu begitu kekar hingga Vina tidak kuat melepaskan diri. Apalagi, dengan kondisinya yang tengah mengandung."Masuk!" pria misterius itu mendorong tubuh Vina ke dalam mobil saat tubuh wanita itu semakin lemah karena efek obat bius.Setelah memastikan wanita tersebut sudah tidak bergerak, mobil pun melaju meninggalkan kawasan rumah sakit. ***Sementara di kediaman Patrice, Sergio berdiri dari duduknya saat melihat jika malam sudah semakin larut."Bro, aku pulang dulu. Kasihan Vina, mungkin dia butuh istirahat," pamit Sergio kepada kedua temannya itu.Andre yang ingin memberikan waktu kepada Elvano pun juga ikut berpamitan. Elvano, tidak merespon apa-apa hanya mengangguk pelan dan kembali dud
Read more
157
"Owh...!" Vina mengerang merasakan kepalanya yang sakit luar biasa. "Aku di mana?" Vina memaksakan matanya yang masih terasa berat menyisir keadaan ruangan.Saat iris mata Vina melihat keadaan ruangan di mana dia terbangun, degup jantungnya seakan berhenti berdetak ketika dia menyadari jika kedua tangannya terpasung pada rantai besi dengan kedua kakinya disanggah hingga terbuka lebar."Lepas! Tolong, aku di mana? Lepaskan aku!" Vina menjerit dengan histeris saat dia menyadari jika dirinya kini berada di ruang bedah."Hei... Siapa saja yang mendengarkanku, tolong aku! Apa yang kalian inginkan?" Vina semakin menjerit dengan kencang, ketika dia menyadari situasinya saat ini.Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat, membuat Vina semakin panik. Pintu ruangan itu terbuka perlahan, dan dari balik pintu muncul sosok yang mengejutkan."Hush, Vina... Tenanglah, karena aku akan mengeluarkan anak yang ada di dalam perutmu," kata sosok itu sambil memasuki ruangan. Dia memakai jubah putih d
Read more
158
Sergio mengangguk tegas. "Ayo, kita segera melakukannya. Kita tidak bisa kehilangan waktu lebih lama lagi. Demi Tuhan, Elvano, aku tidak akan sanggup kehilangan Vina dan bayiku.""Tenangkan dirimu, aku sedang berusaha. Apakah kita harus menghubungi Andre? Aku takut jika Silvana membawa anak buahnya dari negaranya.""Kurasa dia tidak akan repot-repot membawa bawahannya. Karena dia tentu mempunyai uang untuk membayar pembunuh!"Elvano mengangguk. "Baik, aku akan menghubungi tim," jawab Elvano.Elvano segera menghubungi semua anak buahnya dan memberikan instruksi untuk memulai pencarian. Mereka semua menyadari betapa pentingnya menemukan Vina secepat mungkin.Tidak ingin disia-siakan, Sergio, Elvano, dan anak buah mereka mencari segala info dan petunjuk yang mereka bisa. Andre dan polisi yang turut bergabung dalam pencarian."Ada info baru dari beberapa sumber," kata Andre saat berbicara dengan Elvano melalui telepon. "Aku menemukan sinyal ponsel Vina yang berhenti di depan rumah sakit.
Read more
159
"Paman sudah pulang?" tanya Rubby saat Elvano memasuki kamar dengan langkah lelah.Elvano menoleh ke arah Rubby yang berdiri di balkon kamar, mengenakan piyama tipis yang mencerminkan cahaya bulan. Angin malam yang berhembus sepoi-sepoi, membuat piyama itu berkibar lembut. Sejenak, Elvano terpesona akan keanggunan Rubby yang terpancar pada saat itu."Iya, baru saja," jawab Elvano sambil melemparkan jaketnya ke atas tempat tidur. Ia kemudian mendekati Rubby dan berdiri di sampingnya di balkon. Mereka berdua menatap langit berbintang, saling terdiam, meresapi dan menikmati kebersamaan mereka di malam itu."Lalu, bagaimana hasilnya? Apakah Vina baik-baik saja?" tanya Rubby dengan nada yang datar, ia menatap lurus ke depan tanpa ekspresi di wajahnya.Elvano, dengan lembut, mengatur posisi tubuh Rubby agar menghadap kepadanya. "Silvana sudah diamankan. Sedangkan Vina telah dibawa ke rumah sakit. Dia mengalami syok berat akibat penculikan itu," jelas Elvano dengan tenang."Semoga Vina dan b
Read more
160
"Selanjutnya, bagaimana?" tanya Andre kepada Sergio saat mereka berada di ruang tunggu, mereka menemani Vina yang sedang mendapatkan perawatan."Aku tidak menyangka jika ayahnya Vina bisa bekerja sama dengan Silvana. Ah... Aku pikir, dia benar-benar sudah berubah," ujar Sergio.Penculikan yang dialami oleh Vina ternyata ada kaitannya dengan ayah Vina, Regal. Sergio bertanya-tanya, apa yang membuat Regal menculik anaknya sendiri dan diberikan kepada Silvana. Wanita gila yang hendak mengeluarkan janin yang sedang Vina kandung."Mereka memiliki motif apa?" tanya Andre penasaran."Entahlah..." jawab Sergio sambil menghela nafas, "Kalau Silvana, aku tahu motifnya menculik Vina karena dia terobsesi padaku. Di satu sisi, dia ingin melahirkan anak dariku. Namun, Regal, aku tidak tahu. Sepertinya, pria itu kalah lagi dalam berjudi," ujar Sergio menduga-duga."Dugaanku juga memang begitu. Ayah Vina, dia akan melakukan apa saja jika dia kalah dalam berjudi. Aku tidak habis pikir, bisa-bisanya dia
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
24
DMCA.com Protection Status