บททั้งหมดของ Nikah Pengganti: Suamiku Adalah Kuadriliuner: บทที่ 151 - บทที่ 160

365

Bab 151 Suami Yang Takut Istri

“Suamiku, ini Nona Diana Hidayat, orang yang telah menyelamatkanku waktu itu.”"Diana, ini adalah ...."“Aku tahu!” Diana melingkarkan lengannya di leher Sinta dan tersenyum pada Daniel, “Ini adalah suamimu dani!”"Halo, Kakak Ipar!"Daniel tidak berekspresi.“Suamiku?” Sinta menyentuh Dani dengan lengannya, “Diana menyapamu nih!”Daniel melirik ke arah Diana, berkata "hmm", berbalik dan pergi ke belakang bar untuk memeriksa suhu oven.Sinta mengerutkan kening dan tidak mengerti apa yang terjadi dengan pria ini, tetapi dia merasa sedikit malu dengan Diana. Tamunya yang satu ini tidak akan menganggap mereka tidak melayani tamu dengan baik, 'kan?“Diana, aku minta maaf,” kata Sinta meminta maaf sambil tersenyum, “Suamiku biasanya memang sangat serius dan dia tidak terlalu ramah terhadap orang lain … Akan tetapi saat kamu sudah cukup lama mengenalnya, kamu akan tahu kalau dia adalah pria yang sangat baik!”Diana menahan senyumnya dan mengangguk.Sejak kecil daniel sering disebut "anak nak
อ่านเพิ่มเติม

Bab 152 Membongkar Jati Dirimu

Daniel juga membalas dengan isyarat bibir, "Kulitmu gatal!"Diana tertawa geli dan memakan biskuit cranberry dengan lahap.Remahan biskuit berjatuhan di mana-mana.Sinta pergi menyirami bunga di pekarangan. Daniel menghampiri adik perempuannya dengan ekspresi serius."Selesai makan, bersihkan sendiri!"Diana dikejutkan oleh suara yang tiba-tiba mengema ini.Dia menelan semuanya makanan yang dikunyah di mulutnya. Meskipun tidak begitu senang, Diana tetap terintimidasi oleh kewibawaan kakaknya. Dengan patuh, dia mengambil sapu dari tangan Daniel dan menyapu pelan-pelan.“Kak, sekarang kamu benar-benar hebat.” Sambil bekerja, Diana tak lupa menggoda Daniel, “Kamu ini pria yang sempurna sekaligus suami idaman para wanita deh?”Daniel melirik ke Diana sekilas.Diana tersenyum. Setelah selesai menyapu, dia tak lupa memasukkan sisa biskuit yang ada ke dalam kantongan.“Itu untuk siapa?” kata Daniel tiba-tiba.Diana terkejut dan tangannya yang mencengkeram tepi kantongan itu sedikit mengencang
อ่านเพิ่มเติม

Bab 153 Memancing Habis Semua Ikan

Daniel melototi Diana dengan garang, dibuat tersedak oleh Diana hingga tidak bisa berkata-kata.Gadis kecil itu terus menyeka air matanya, "Kenapa kalau aku berumur delapan belas tahun ... Siapa sih yang membuat aturan usia delapan belas tahun tidak boleh pacaran? Saat kamu berumur delapan belas tahun, Yenni juga tidak jarang mengusikmu, 'kan?"“Diana, coba kau ungkit lagi!”Momentum luar biasa Daniel membuat seluruh ruangan terasa seperti berada dalam ruang hampa.Diana hanya bisa mendengar detak jantungnya saja.Dia menundukkan kepalanya dengan takut-takut, memainkan jari-jarinya dengan gugup, menggigit bibir dan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.Saat ini, Sinta masuk bersama Jessika dan Lukas, diikuti oleh Agus.Mereka semua datang untuk memberi selamat atas pembukaan toko baru tersebut.Daniel menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk tersenyum secara alami dan menyapa mereka.Dia menyapa mereka dengan sopan dan santun, seperti layaknya seorang tuan rumah.Sinta berdiri di
อ่านเพิ่มเติม

Bab 154

Billy memejamkan matanya kuat-kuat dan berusaha menggelengkan kepalanya.Apakah tadi dia baru saja melihat hantu?Pemulung barusan ....Meskipun mereka hanya saling bertatap muka sekilas, garis fitur wajah pria itu jelas sama dengan Daniel!"Billy? Billy! "Agus masih memanggil-manggil dari balik ponsel, "Kamu bukan tercebur ke air, 'kan?"Billy tidak menjawab, dia lupa menutup telepon dan mengejar pria itu dengan bingung. Pria itu menyadari kalau seseorang sedang mengikutinya dan mempercepat langkah kakinya.Pria itu mungkin sangat akrab dengan wilayah ini, semuanya adalah jalan pegunungan dan menghilang setelah tiga tikungan dan belokan.Billy berdiri di sana, seluruh tubuhnya membeku, tangan dan kakinya dingin.Hostel Pangrango pemandian sumber air panas ini tidak jauh dari Gunung Gede Pangrango di seberangnya, tetapi area tengahnya merupakan area publik dan bukan milik keluarga Hidayat.Billy baru saja memancing di sini, dia tidak membawa pengawal dan bahkan jika Billy hendak mengej
อ่านเพิ่มเติม

Bab 155 Setidaknya Kita Ini Adalah Saudara

Daniel tidak bisa berkata-kata dan berpindah perlahan-lahan ke sana, setiap langkahnya sambil melirik ke belakang melihat ke Sinta, berharap sang istri akan menarik kembali ucapannya.Akan tetapi Sinta terus menyemangati Daniel dengan tatapan dan senyumannya, membuat Daniel berada dalam posisi serba susah.Akhirnya daniel mengertakkan gigi dan menghentakkan kakinya, berjalan ke arah Diana dan yang lainnya.Saat ini, beberapa orang sedang mengobrol dengan gembira, ketika mereka tiba-tiba melihat Daniel, mereka semua sedikit terkejut."Tu ... Tuan Setyawangsa!" Jessika adalah orang pertama yang menyadari, ada yang tidak beres dengan Daniel dan bertanya dengan ragu-ragu, "Ada apa?"Daniel sangat serius, wajahnya tegang, tubuhnya kaku dan dia terdiam di sana selama beberapa detik ....Tiba-tiba Daniel menyeringai, memperlihatkan sebaris gigi putihnya yang rapi!Mata beberapa orang itu membelalak lebar dan tubuh mereka bersandar ke belakang, menatap Daniel dengan tatapan tidak percaya.Sete
อ่านเพิ่มเติม

Bab 156 Kopi Latte Tanpa Gula

Daniel menatap Darwin dengan dingin, muncul kewaspada dan tanda bahaya muncul di matanya.Darwin mencibir dan menatapnya penuh arti, "Dani, uang sewa dan dekorasi toko ini tidak murah, kan? Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak ini?"“Kamu tidak perlu khawatir soal ini,” kata Daniel dengan dingin.“Saudaraku, aku tidak jarang memperhatikanmu dan menjagamu di penjara," kata Darwin dengan sombong, "Hegh, Kalau kamu kekurangan uang, kamu bisa memberitahuku, aku pasti akan meminjamkannya padamu, aku tidak akan membiarkanmu hidup terlalu menderita!""Terima kasih, tidak perlu.""Pendirianmu begitu teguh? Dani, jangan-jangan kamu benar-benar mengandalkan istrimu untuk menafkahimu seperti yang dikatakan orang-orang?"Ketika Darwin mengatakan ini, matanya terus menatap Sinta yang berdiri di belakangnya.Daniel mengepalkan tangannya, pembuluh darah di lengan bawahnya yang kuat terlihat jelas.“Berhentilah omong kosong di sini.” Tiba-tiba terdengar suara Sinta.Dia mengubah posisinya dengan b
อ่านเพิ่มเติม

Bab 157 Jiwa Jessika Seperti Ikut Terbawa Pergi

Sinta tanpa sadar meraih lengan Daniel dan menatapnya dengan perasaan wanti-wanti.Wajah Daniel acuh tak acuh, dia mengambil satu langkah ke depan dan berkata dengan suara yang dalam, "Hari ini tidak cukup bahan membuat kopi untuk begitu banyak orang. Jika Pak Darwin ingin minum kopi, Anda dapat kembali lagi besok!"“Kalau tidak ada kopi, hidangkan cemilan pun boleh!” Darwin melihat ada biskuit di atas meja dan mengambil sekeping biskuir.Namun daniel membereskan piringnya terlebih dahulu dan menatap Darwin dengan tajam.Darwin terkejut, matanya berkilat tajam dan meraih tangan Daniel!Akan tetapi Daniel sudah mewanti-wanti sejak tadi, dia berbalik menghindar ke satu sisi dan Daniel menangkap pergelangan tangan Darwin! Keduanya sempat bersitegang dan suasana tampak mencekam.Selusin pria berbaju hitam di sekeliling mereka juga siap bergerak!Keringat dingin mengucur di punggung Sinta.Darwin meninju dengan keras dan Daniel membuka tangannya dan menangkap tangan Darwin erat-erat. Dengan
อ่านเพิ่มเติม

Bab 158 Semudah Kamu Membalikkan Telapak Tanganmu

Darwin duduk di dalam mobil, meskipun suhu AC telah diatur ke pengaturan terendah, dia tetap merasa kesal.Dia mencubit keningnya dengan kuat dan sakit kepalanya sedikit mereda.Namun rasa sakit di hatinya menjadi lebih hebat.Sejak hari pertama dia di penjara, dia sudah tahu kalau dia dan Jessika selamanya tidak akan pernah berada di dunia yang sama. Dia tidak bisa merawat dan menjaga Jessika selama sisa hidupnya. Dia hanya bisa berusaha sekuat tenaga untuk menghormatinya, merindukannya dan melindunginya.Jadi saat dia melihat Jessika berinteraksi dengan Dani, dia terkejut sekaligus takut.Karena dia tahu betul orang macam apa Dani itu, dia tidak akan pernah membiarkan preman seperti Dani punya kesempatan untuk menyakiti Jessika!Selama ada orang yang mengancam keselamatan Jessika, Darwin pasti akan menyingkirkan orang tersebut dengan cara apa pun.Inilah sebabnya kenapa Darwin berulang kali mencari masalah dengan Dani.Akan tetapi, hari ini dia dapat benar-benar memastikan satu hal..
อ่านเพิ่มเติม

Bab 159 Setengah Kisah Jessika dan Darwin yang Lain

Darwin berhenti sesaat, lalu bertanya dengan suara yang dalam, "Siapa yang Tuan Donni ingin lenyapkan?"Setelah keheningan yang terasa agak aneh, Donni mengucapkan sebuah nama“Tuan Muda Ketiga keluarga Hidayat, Daniel Hidayat!”Cahaya dingin muncul di mata Darwin.“Kalau kamu ada waktu, datanglah ke Jakarta, kita akan bertemu dan mendiskusikannya secara seksama!”...Sinta memandang Jessika yang meringkuk di tempat tidur dengan sedikit rasa sayang, hidungnya pun terasa ngilu. Sinta pun menepuk punggung Jessika dengan lembut.Sejak pulang hingga sekarang, Jessika tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia mengurung diri di dalam kamar tidur begitu memasuki pintu, matanya tampak hampa, seakan-akan jiwanya telah diambil dari raganya.“Kak Jessika, apakah kamu lapar?" Sinta mencoba yang terbaik dengan berbicara pada Jessika, "Dokter Lukas dan Dani ada di luar. Bolehkah aku meminta mereka memasakkan sesuatu untukmu?"Kelopak mata Jessika bergerak dan setetes air mata mengalir di sudut matanya
อ่านเพิ่มเติม

Bab 160 Kamu Dapat Memberikan Kehidupan Yang Lebih Baik

Darwin karena melindungi Jessika, divonis hukuman melukai orang lain secara sengaja dan dipenjarakan selama delapan tahun.Selama kuliah, Jessika sering pergi ke penjara untuk mengunjungi Darwin, tetapi tanggapan penjaga penjara selalu dingin, "Dia tidak ingin bertemu denganmu."Terakhir kali saat lulus kuliah, Jessika mendapat tawaran dari perusahaan dan Darwin adalah orang pertama yang ingin Jessika berbagi kabar baik ini.Ketika berdiri dengan gelisah di ruangan kunjungan penjara, Jessika mendengar suara berat dari pintu besi dan melihat Darwin duduk di sisi lain dari partisi transparan dengan ekspresi menyedihkan.Air mata Jessika tidak bisa berhenti jatuh.“Jangan menangis.” Ini adalah ucapan pertama dan terakhir yang Darwin katakan pada Jessika. “Tidak ada gunanya kamu menitikkan air mata untuk orang sepertiku.”Setelah mengatakan itu, Darwin menatap Jessika dalam-dalam, berdiri dan berjalan kembali ke balik gerbang jeruji.Jessika menggedor partisi transparan itu dengan putus as
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
1415161718
...
37
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status