Darwin berhenti sesaat, lalu bertanya dengan suara yang dalam, "Siapa yang Tuan Donni ingin lenyapkan?"Setelah keheningan yang terasa agak aneh, Donni mengucapkan sebuah nama“Tuan Muda Ketiga keluarga Hidayat, Daniel Hidayat!”Cahaya dingin muncul di mata Darwin.“Kalau kamu ada waktu, datanglah ke Jakarta, kita akan bertemu dan mendiskusikannya secara seksama!”...Sinta memandang Jessika yang meringkuk di tempat tidur dengan sedikit rasa sayang, hidungnya pun terasa ngilu. Sinta pun menepuk punggung Jessika dengan lembut.Sejak pulang hingga sekarang, Jessika tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia mengurung diri di dalam kamar tidur begitu memasuki pintu, matanya tampak hampa, seakan-akan jiwanya telah diambil dari raganya.“Kak Jessika, apakah kamu lapar?" Sinta mencoba yang terbaik dengan berbicara pada Jessika, "Dokter Lukas dan Dani ada di luar. Bolehkah aku meminta mereka memasakkan sesuatu untukmu?"Kelopak mata Jessika bergerak dan setetes air mata mengalir di sudut matanya
Darwin karena melindungi Jessika, divonis hukuman melukai orang lain secara sengaja dan dipenjarakan selama delapan tahun.Selama kuliah, Jessika sering pergi ke penjara untuk mengunjungi Darwin, tetapi tanggapan penjaga penjara selalu dingin, "Dia tidak ingin bertemu denganmu."Terakhir kali saat lulus kuliah, Jessika mendapat tawaran dari perusahaan dan Darwin adalah orang pertama yang ingin Jessika berbagi kabar baik ini.Ketika berdiri dengan gelisah di ruangan kunjungan penjara, Jessika mendengar suara berat dari pintu besi dan melihat Darwin duduk di sisi lain dari partisi transparan dengan ekspresi menyedihkan.Air mata Jessika tidak bisa berhenti jatuh.“Jangan menangis.” Ini adalah ucapan pertama dan terakhir yang Darwin katakan pada Jessika. “Tidak ada gunanya kamu menitikkan air mata untuk orang sepertiku.”Setelah mengatakan itu, Darwin menatap Jessika dalam-dalam, berdiri dan berjalan kembali ke balik gerbang jeruji.Jessika menggedor partisi transparan itu dengan putus as
Daniel ingin menepuk pundak Lukas, tetapi tangannya berhenti di udara dan butuh beberapa saat sebelum tangannya turun....Malam saat mereka kembali ke rumah, Sinta bersandar di pelukan Daniel dan mereka berdua bermalas-malasan di tempat tidur besar bersama.Hari sudah larut malam dan Sinta tidak bisa tidur. Cahaya bintang yang terang, menerobos masuk lewat jendela dan menyinari kamar tidur mereka yang gelap. Sinta mengedipkan matanya yang besar dan menatap langit malam, seolah dia sudah lama tidak menikmati pemandangan malam dengan begitu tenang.Daniel takut Sinta akan kepanasan, jadi dia mengipasi Sinta perlahan dengan kipas kecil, menatap wajah Sinta dari samping, wajah Sinta terlihat lembut dan menawan, jantung Daniel berdebar-debar.Dalam pelukan Daniel, Sinta dengan malas membalikkan badan, menghadap ke Daniel dan tersenyum manis.Jakun Daniel bergerak naik turun dan samar-samar ada sedikit kehangatan yang mengalir di tenggorokannya.Sinta melihat keringat di ujung hidung Daniel
Ekspresi Daniel berubah dan dia menjawab dengan lembut,"Itu semua dari masa lalu ... Apa lagi yang bisa dilakukan para tahanan selain berkelahi.""Apakah kamu menyakitinya?""Yah, benar."Sinta mengangguk.Orang-orang yang pernah mendekam di sana, rentan terhadap kekerasan dan memiliki sedikit masalah psikologis. Bagi orang seperti Darwin yang ingin menjadi bos, tentu saja tidak rela dikalahkan oleh Dani.Namun, dani tidak memiliki masalah ini, selain serius dan tidak banyak bicara, perlakuannya terhadap Sinta tidak dapat dipungkiri, dia benar-benar baik pada Sinta .Mata besar Sinta yang indah penuh dengan senyuman dan dia menatap suaminya dengan tenang, Semakin Sinta menatapnya, semakin merasa kalau dia telah menemukan harta karun.Dia dengan lembut menyentuh wajah Daniel dengan tangan kecilnya. Sebelum Daniel sempat bercukur, janggut itu menggelitik telapak tangan Sinta.“Kenapa kamu menatapku seperti itu?” Suara Daniel terdengar menawan dan dia mengusap kepala Sinta."Tidak apa-ap
Billy mengangguk dengan pasti."Aku sedang memancing di tepi pantai minggu lalu dan kebetulan aku bertemu langsung dengan pria itu. Aku kaget! Kak Daniel, Dani Setyawangsa itu benar-benar mirip denganmu ...."Ekspresi Daniel menjadi lebih gelap dan menyeramkan.“Tapi selain penampilanmu, tidak ada yang serupa di antara kalian berdua,” Billy melanjutkan, “Aku sedikit curiga, jadi aku diam-diam meminta seseorang untuk menyelidikinya. Tanpa disangka, hasil penyelidikannya adalah Dani sama sekali belum mati."“Setelah dia dibebaskan dari penjara, dia telah menyinggung beberapa bos mafia di Semarang ini. Dia tidak membayar utangnya, jadi jari-jarinya dipotong dan diusir pergi dari Semarang.”Daniel tidak berkata apa-apa dan Agus membelalakan matanya lebar-lebar, karena terkejut."Jadi ...." Agus tersadar, "Mungkinkah masalah ini ada hubungannya dengan Darwin?""Kak Dani! Mungkin Darwin sudah menyadari kalau kamu bukan Dani!"Cahaya dingin muncul di mata Daniel.Ini juga yang dia khawatirkan
Akan tetapi orang yang ada di foto itu cukup mengejutkannya!Dani Setyawangsa?Darwin tiba-tiba mengangkat matanya dan menatap Donni, matanya penuhi ketidakpercayaan.“Kenapa? Kamu pernah melihat orang ini sebelumnya?” Donni mencibir.Darwin meletakkan foto itu tanpa mengubah ekspresinya."Inilah orang yang aku minta kamu bunuh," Donni menatapnya, "Kak Darwin, mohon kenali dengan jelas dan jangan melakukan kesalahan!""Apa maksudmu?"Donni tertawa aneh dan tertawa lama sekali sampai Darwin hampir kehilangan kesabarannya.“Baiklah, aku tidak akan bertele-tele denganmu,” kata Donni dengan dingin, “Orang ini adalah Daniel Hidayat, tuan muda ketiga keluarga Hidayat! Kakek baru saja terbang ke Amerika Utara untuk bertemu dengan beberapa pejabat tinggi kemarin dan dia tidak punya waktu untuk mengurus keluarga sekarang .... Ini adalah waktu yang tepat bagi kita untuk mengambil tindakan!”Darwin sedikit mengernyit.Dia tidak pernah menyangka kalau suami Sinta adalah Daniel Hidayat!Dilihat dar
Darwin menatap Donni dengan cermat, tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk waktu yang lama.“Kecurigaan Kakak, aku akan membantu kakek menghilangkannya.” Donni memandang Darwin dan berkata, “Darwin, kamu hanya perlu membantuku menyingkirkan orang-orang yang perlu kusingkirkan. Sisanya, kamu tidak perlu khawatir!"Nada seram ini membuat Darwin yakin kalau Donni ini juga ingin menyingkirkan tuan besar itu.Donni meminta Dani mundur, lalu mengeluarkan selembar peta perencanaan lahan dan melingkari lokasi yang strategis di Jakarta Pusat.“Tempat ini ramai dikunjungi orang, jadi setiap jengkal tanahnya sangatlah berharga dan sangat mahal.” Donni terkekeh, “Setelah masalah ini selesai, aku akan menyapa departemen terkait. Tanah ini milikmu! Bagaimana?"Darwin sedikit mengerucutkan bibirnya dan tidak berkata apa-apa.Donni menepuk pundaknya, "Darwin, kamu adalah orang yang ambisius, cukup kejam dan cukup pintar. Itulah yang aku suka darimu!"“Masalah ini sangat bermanfaat bagi kita ber
Dia tidak pernah berpikir kalau pria superior seperti Daniel bisa memiliki sisi biasa seperti ini.Dia tidak tahu akun mana yang salah hitung. Sinta mengatakan sesuatu pada Daniel dengan ekspresi serius. Daniel, yang tingginya hampir 1,9 meter itu menundukkan kepalanya di depan Sinta seperti siswa SD yang telah membuat kesalahan.Adegan ini juga cukup mengejutkan Darwin.Ketika Daniel bersama Sinta, dia adalah seorang suami yang mengutamakan rumah. Dia takut pada istrinya dan dimarahi oleh istrinya. Dia harus menyerahkan semua uang yang dia peroleh pada istrinya. Seperti kebanyakan pria, tidak memiliki kedudukan di rumah.Pria yang dulunya sangat dijunjung dan dihormati banyak orang, malah tampak hidup bahagia dengan kehidupan tanpa status dan kedudukan ini.Hati Darwin bergetar dan dia mengepalkan tangannya.Dia mendekat, pintu kafe terbuka dan percakapan kedua pasangan itu terdengar jelas di telinganya.“Suamiku, dengarkan aku saja, harganya ini harus diturunkan!”“Tapi komoditas yan
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem