"Sudah malam, tidurlah."Suara pria yang rendah dan nyaman didengar itu membuat Sinta Wijoyo tersadar dari lamunannya. Begitu dia memandang, matanya langsung bertemu dengan sepasang mata dengan pupil berwarna hitam gelap, mata itu terlihat seperti dipenuhi dengan emosi yang tidak dapat ditebak Sinta.Sinta dengan gugup mengangkat ekor gaunnya, hatinya berdebar-debar cepat.Dari sejak masuk ke kamar ini, Sinta sudah duduk di tepi ranjang, dia duduk dengan posisi seperti ini untuk waktu yang lama, bahkan tulang belakangnya pun sudah terasa kaku, tetapi gaun pengantin yang dia pakai, masih belum diganti juga. Sampai si pria selesai mandi dan keluar dari kamar mandi, Sinta baru menyadari kalau malam ini, dia akan menghabiskan malam pertamanya bersama pria yang ada di depannya ini.Akan tetapi, Sinta tidak tahu harus bagaimana melewatkan malam pertama bersama pria yang baru saja sah menjadi suaminya ini, apalagi dia sebenarnya hanyalah pengantin pengganti.Dengan identitasnya sebagai anak d
Kepala Sinta benar-benar kosong.Dia merasakan dada yang panas, menekan di punggungnya, mendengar suara detak jantung yang berdebar keras. Pria yang berada di atasnya itu memeluknya erat sekali. Sinta mencoba mengambil napas yang dalam, tetapi kedua kaki dan tangannya masih terjepit kaku, dia bahkan tidak dapat bergerak sedikit pun.Tangan pria itu tiba-tiba berhenti."Kamu tahu siapa aku, 'kan?"Sinta terkejut.Apa yang ingin si pria katakan adalah, sekarang dia sudah menjadi suaminya Sinta. Ini adalah malam pertama mereka, hubungan suami istri seperti ini adalah hal yang wajar-wajar saja.Namun, Sinta malah benar-benar menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang terasa kaku, "Aku tahu ... kamu adalah Dani Setyawangsa."Matanya sedikit menyipit dan sudut bibirnya menyungging naik.Dani Setyawangsa ... ah, sayang sekali wanita ini hanya tahu nama ini.Sayangnya, dia sama sekali bukan Dani Setyawangsa.Wanita ini juga bukanlah Santi Wijoyo.Sebenarnya, saat Sinta masuk, dia sudah tahu ka
Sinta mengenakan sehelai pakaian dan pergi ke halaman, dia menemukan Dani sedang berolah raga pagi.Pria itu bertelanjang dada mengangkat dumbbels silih berganti dengan kedua tangannya. Sekujur tubuhnya penuh dengan otot-otot kekar itu, saat diterpa sinar mentari pagi, dia terlihat seperti dewa matahari yang turun dari khayangan. Wajah mungil Sinta sedikit terasa hangat, dia menyapa Dani dengan lembut, "Pagi sekali!" Dani Setyawangsa berbalik dan meliriknya dengan pandangan datar.Sinta menatap ke sekeliling dan melihat kalau halaman rumah ini tidak besar dan agak berantakan. Penuh dengan barang-barang seperti karung pasir, sarung tinju, pentungan baseball, dumbbells dan lain-lain yang tergeletak begitu saja di tanah. Sinta merasa kurang nyaman, dia tidak berani mencetuskan apakah rumor yang beredar itu nyata atau tidak, tetapi Dani pasti sering terlibat dalam perkelahian.Sinta tidak tahu bagaimana temperamen pria ini?Konon katanya pria yang ada di lingkungan ini agak kasar, mereka
"Aku sudah mencucinya!" Sinta buru-buru mengatakannya dengan cepat, "Aku jamin semuanya bersih, tidak akan bermasalah!""Oh, jadi kau mencucinya?" Pegawai toko itu tertawa sinis, "Nona, kamu hanya sewa untuk satu hari. Kenapa kamu mencucinya? Kamu menyewanya untuk hari pernikahanmu, bukan untuk memakainya di peternakan, 'kan?"Wajah Sinta tidak cukup tebal, begitu dibilang seperti itu oleh Si Pegawai Toko, wajah mungil Sinta pun memerah seperti kepiting rebus.Di hari pernikahannya, situasi pada saat itu memang tidak lebih baik dari pada ke peternakan. Diguyur hujan deras, dia berjalan melewati jalan pedesaan yang becek dan berlumpur. Gaun pengantin yang putih dan bersih itu pun ternoda kotor, bahkan kakinya pun tergores lecet.Pegawai toko itu membolak balikkan gaun pengantin, kadang-kadang dia bahkan melemparkan pandangan yang meremehkan Sinta."Nona, gaun pengantin ini kalau perlu dicuci, itu juga di dry clean!""Kamu tahu maksudnya dry clean, 'kan?"Pegawai toko melihat Sinta begit
Pegawai toko itu langsung terdiam, bahkan suara jarum yang terjatuh di lantai pun dapat terdengar dengan jelas.Orang-orang mulai menunjukkan rasa simpatik pada pegawai toko itu, wajahnya tampak masam. Namun, pada saat ini, sang manajer datang menghampirinya dan memberinya isyarat untuk mengikuti instruksi pelanggan. Lagi pula, harga gaun pengantin itu sudah tertera di sana.Ekspresi Dani sangat tenang, wajahnya yang dingin dengan senyuman palsu.Sinta secara tidak sengaja memegang tangannya."Sudahlah Lupakan saja, tidak usah dibeli," kata Sinta sambil berbisik pada Dani. "Gaun pengantin ini sangat mahal, apalagi kelak juga tidak akan bermanfaat.""Gesek dengan kartu itu," kata Dani dingin, "Tidak pakai pin."Pada akhirnya, Sang Manajer datang bersama Sang Desainer untuk memecahkan masalah.Dani Setyawangsa merokok di luar, sementara Sinta mengukur badan di dalam ruangan. Kali ini, tidak ada yang berani mengejeknya. Pegawai toko itu pun dimarahi oleh manajer toko dan berdiri di sampin
Dani memijit keningnya, dia tampak serius. Setelah mengambil napas yang dalam, dia langsung menutup ponselnya.Dia memang akan kembali ke Jakarta, tetapi bukan sekarang.Kalau Dani kembali sekarang, hanya akan mengacaukan rencana, membuat orang-orang yang awalnya mengira dia telah mengalami kecelakaan pesawat dan bahkan mayatnya pun tidak bisa ditemukan itu, untuk kembali membuat masalah dan merencanakan cara yang lebih kejam untuk menghabisinya!"Kamu suka yang mana, sagu atau cincau?"Dani sedikit terkejut, begitu menoleh ke belakang, dia melihat sepasang mata yang besar yang bersinar-sinar menatapnya. Sinta tersenyum merekah, senyumannya itu semanis teh susu yang ada di tangannya. "Ada apa denganmu?" Sinta bisa menatapnya dan berkata, "Wajahmu tidak terlihat begitu ....""Aku baik-baik saja." Dani bener-bener tidak menyukai perasaan seolah-olah Sinta dapat melihat tembus wataknya.Dengan membelakangi Sinta, Dani berkata dengan ketus, "Kamu minum saja sendiri, aku tidak suka minuman
Dani bisa menebak sesuatu dan berkata dengan tenang, "Pergilah ke kamar, buka laci yang ada di lemari. Ada sebuah kotak di dalamnya, kamu bawa kemari kotak itu."Sinta berseru, "Ah." Lalu dia melakukan seperti yang Dani katakan, dia benar-benar menemukan sebuah kotak kayu berukiran kembang bunga di bagian terdalam laci. Ukiran kembang bunga yang ada di atas kotak itu terukir dengan bagus, kotak itu juga mengeluarkan aroma wangi yang semerbak.Dani mengambilnya dan membukanya, ternyata isinya perhiasan emas yang bersinar-sinar. Ada kalung, anting-anting dan cincin, terutama gelang emas dan batu giok,
Senyuman Sinta tiba-tiba membeku, ada sebekas kesedihan yang muncul di hatinya.Ucapan Jessika memang benar, pernikahan ini adalah masalah seumur hidup, dia tanpa berpikir panjang langsung menerima tawaran pernikahan ini. Dia bahkan belum pernah pacaran. Bukankah ini termasuk mempertaruhkan kebahagiaan Sinta untuk seumur hidup? Akan tetapi ....Sinta menyesap bibirnya dan tersenyum lembut di telepon, "Tidak setragis itu, deh?"Sebenarnya aku juga ingin berterima kasih pada Dani. Jika bukan karena dia menikahiku, aku juga tidak akan mendapatkan enam ratus juta ini.Asalkan penyakit ibunya membaik, adiknnya bisa giat belajar dan hidup dengan baik, semua ini sudah merupakan kebahagiaan terbesar Sinta."Sudah yah, kita ngobrol lagi nanti!" Sinta buru-buru ingin menyelesaikan panggilan itu dan berkata, "Hari ini, aku pulang untuk mengambil uang, nanti setelah aku mendapatkan uang itu, aku akan memberitahumu kabar baik ini."Sinta menutup ponselnya dan memasukkannya kembali ke ranselnya. Ta
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem