Semua Bab Sugar Mommy Amatiran: Bab 51 - Bab 60

115 Bab

Mimpi Buruk

 Aju mendesah ketika melihat rumah besar di depannya, lebih tepatnya baru bagian pagar dari rumah itu yang terlihat. Pagarnya menjulang tinggi dan terlihat begitu kokoh, walau sudah lama sejak pertama kali dipasang.  “Kau yakin sudah menghubungi satpam yang bertugas?” Kira bertanya pada rekannya.  “Sudah tadi pagi.” Aju mengangguk yakin. “Ini aku telepon dan chat, tapi belum diangkat dan dibalas.”  Hari ini, kebetulan saja jadwal Aju kosong. Bukan lagi soal Reina yang ngembek, tapi bagiannya memang sudah selesai. Belum benar-benar selesai karena masih ada sesi pemotretan, tapi mereka dibiarkan istirahat lebih dulu. Karen itulah mereka memutuskan untuk mengecek rumah Aju dan di sinilah mereka.  Kira yang kesal, sudah keluar dari dalam mobil untuk menengok pos satpam. Sementara Aju, dia lebih memilih menatap rumah lamanya dari dalam mobil. Lebih nyaman karena cuaca musim panas begitu menyengat. Selain itu,
Baca selengkapnya

Ancaman Lain

“Aju.” Kira menepuk pipi teman tidurnya. Bukannya terbangun, Aju malah terlihat semakin histeris. Perempuan cantik berambut panjang itu, memberontak dengan nyaris seluruh tubuh bergerak. Dia tampak seperti orang yang sedang kesurupan saja. “Tidak. Jangan,” pekik Aju dengan suara bergetar dan keringat membasahi wajahnya. “Hei, Aju.” Sang manajer yang enggan menyerah, menampar wajah perempuan yang tengah mengigau itu lebih keras. Untungnya, kali ini cukup berhasil.“Ada apa denganmu?” Sang manajer bertanya dengan kening berkerut dan tatapan mata khawatir. “Mimpi buruk?” Aju tidak langsung menjawab. Dia masih tampak linglung, dengan mata liar menatap sekitarnya. Tangan ramping Aju pun meraba lehernya yang mulus, tampak ingin memeriksa kalau semuanya baik-baik saja. Cukup lama dan akhirnya perempuan itu pun mendesah lega. “Aju?” Kira kembali memanggil, masih dengan nada cemas. “Mau kuambilkan air?” Tentu
Baca selengkapnya

Rahasia Damian

“Kenapa aku tidak boleh menginap?” Aju menggeram marah. “Karena di sini tidak nyaman, Kakak Malaikat,” jawab Aiden setengah menggombal. “Lagi pula, nanti Ray bakal datang kok.” “Tapi aku mau di sini.” Sayang sekali, sang selebriti tidak mau mengalah. Dia enggan pulang ke rumahnya. “Kali ini saja. Aku mohon dengarkan aku.” Aiden benar-benar memohon. Bukan tanpa alasan lelaki muda itu memohon. Dia hanya takut kalau Damian akan benar-benar melakukan hal nekat, selagi ada Aju di sekitarnya. Bagi Aiden, lelaki blasteran itu tampak begitu tega. Dia juga yakin kalau Damian yang menjadi dalang dirinya terluka seperti sekarang. “Sayang tidak ada bukti,” gumam Aiden tanpa sadar. “Apa yang tidak ada bukti?” Tentu saja Aju akan langsung bertanya. “Aku sedang memikirkan kasus kita,” jawab Aiden yang masih enggan memberitahu kecurigaannya pada sang kekasih. Dia tidak ingin Aju makin khawatir atau terlibat terlal
Baca selengkapnya

Tidak Mudah Mati

 “Eh? Kebakaran?” tanya Aju dengan kedua alis terangkat.  “Di mana kebakaran?” Aiden yang masih belum lelap langsung bertanya.  “Rumahku,” jawab sang selebriti dengan raut wajah panik. “Katanya ada puntung rokok yang masih menyala tidak sengaja terkena bantalan sofa pintu belakang.”  “Kalau begitu, kita pulang?” Kira bertanya dengan hati-hati. “Atau mau gimana?”  “Kau tidak apa-apa kutinggal sebentar?” Alih-alih menjawab sang manajer, aju malah menoleh dan bertanya pada pasien yang ada di kamar.  “Aku tidak apa-apa.” Tentu saja Aiden akan mengangguk dengan tegas. “Sebentar lagi Ray juga akan datang kok.”  Walau sudah diberi jawaban seperti itu, Aju tetap merasa cemas. Perempuan itu menggigit bibir bawahnya dan berpikir, namun kedatangan Ray membuatnya bergegas. Walau sudah pernah berkenalan, sahabat Aiden itu belum pernah benar-benar melihat wajah Aju. Masker jadi
Baca selengkapnya

Ada Apa Hari Ini?

 “Bagaimana bisa?” Aju bertanya pada dua satpam rumahnya. Salah satunya Pak Udin.  “Saya juga bingung, Neng.” Pak Udin yang menjawab. “Padahal tidak ada yang merokok di rumah dan lokasinya juga jauh dari dinding halaman belakang. Rasanya gak mungkin ada puntung rokok yang terbang.”  “Kalau begitu kenapa bisa terbakar? Sebagian dapur juga ikut terbakar loh, Pak.” Kali ini Kira yang mengomel.  Kira tahu dirinya tidak punya hak untuk berkomentar, tapi rumah sahabatnya hampir hangus terbakar. Ada banyak barang pribadinya di rumah besar ini dan juga beberapa barang Aju yang digunakan untuk bekerja. Setidaknya, Kira pantas marah untuk hal ini karena ada yang lalai.  “Itu, Bu.” Satpam yang lebih muda berbicara. “Mungkin memang ada anak-anak yang sengaja lempar petasan ke dalam rumah dan kena sofa.”  “Tapi itu jaraknya jauh loh, Pak Joko. Lagian, tembok belakang itu juga tinggi loh. Rasanya a
Baca selengkapnya

Dunia Milik Berdua

Demi apa pun, Aiden tidak pernah menyangka akan memakai ilmu karate yang dia pelajari saat remaja. Bahkan Ray pun sempat ikut belajar karena dirinya. Walau jelas dia akan sangat kesulitan karena sebelah kakinya cedera. Setidaknya, itu yang dipikirkan Aiden. “Ayo maju.” Belum juga apa-apa, Ray sudah menantang. Lelaki muda itu malah menggerakkan dua jarinya untuk meminta penjahatnya maju. “Tidak usah macam-macam.” Yang perempuan berdecih pelan untuk mengejek. “Sudah sakit, tidak usah sok jadi jagoan.” “Maaf, tapi bukan aku yang sok.” Jelas saja Aiden akan membantah karena memang itulah yang sebenarnya. “Dia yang sok jadi jagoan.” Sang pasien tidak segan menunjuk sahabatnya. “Sudahlah.” Penjahat yang lelaki akhirnya melepas maskernya juga. “Kita punya tugas yang harus cepat diselesaikan, jadi hajar saja mereka. Kau urus yang terluka itu.” Dengan mata berputar karena kesal, yang per
Baca selengkapnya

Psikopat

“Halo.” Damian muncul keesokan harinya dengan senyum lebar, bahkan ketika dia tidak disambut. “Wah, sepertinya aku datang saat yang tidak tepat ya,” lanjut lelaki blasteran itu dengan senyum yang belum luntur. “Kau sudah mau pulang?” “Kalau kau punya mata, pasti sudah tahu jawabannya,” jawab Aiden dengan raut wajah kesal yang tidak dia tutupi sama sekali. Ya. Harusnya dalam sekali lihat saja Damian sudah tahu kalau pasien yang menempati kamar mewah itu akan pulang. Ada tas besar di atas ranjang dan Aiden sudah tidak menggunakan baju pasien lagi. “Bagaimana hadiahku yang semalam?” Tanpa diduga, Damian langsung mengakui kejahatannya. “Luar biasa kan?” “Biasa aja tuh,” jawab Aiden dengan sombongnya. “Buktinya aku masih hidup kan?” Sudut bibir Damian berkedut. Bukan karena tawa, tapi karena sedang berusaha menahan umpatan yang sudah siap keluar dari bibirnya. Lelaki itu jelas terlihat tidak senang sama sekali.
Baca selengkapnya

Penggemar Yang Lain

“Tunggu dulu!” Aiden memekik, ketika taksinya berhenti di depan pagar tinggi. “Ini rumahmu?” “Rumah orang tuaku, lebih tepatnya.” Ray menjawab, setelah dia menyapa satpam. “Iya ... maksudku itu.” Aiden makin berkerut saja mendengarnya. “Aku tidak tahu kalau kau ternyata orang kaya.” “Maksudku .... Aku tahu kau kaya, tapi kupikir tidak sekaya ini.” Aiden menunjuk rumah besar yang kini terpampang nyata di depannya. Rumah Ray memang tidak sebesar rumah keluarga Aiden, tapi tetap saja. Hanya orang yang benar-benar kaya yang bisa punya rumah megah bergaya Eropa seperti ini. Aiden langsung tahu hanya dengan sekali lihat. “Rasanya biasa saja,” jawab Ray yang menggaruk kepalanya dengan bingung. “Lagi pula yang kaya itu kan orang tuaku.” “Wah, pemikiran yang luar biasa.” Mau tidak mau, Aiden merasa kagum pada sahabatnya itu. “Tidak usah memu
Baca selengkapnya

Terlalu Baik

“Astaga!” Pekikan langsung terdengar ketika Tiara memasuki ruang VIP sebuah restoran. “Ini benar-benar Angelina Julie?” “Halo, Tante.” Begitu mendengar namanya dipanggil, Aju langsung berdiri dan mengulurkan tangan untuk menjabat. Tapi alih-alih menjabat tangan, Tiara malah menarik sang selebriti ke dalam pelukan. Itu membuat Aju sangat terkejut, sampai dia lupa untuk membalas pelukan hangat itu. Untung saja Tiara tidak terlihat marah. “Apa kau tidak sibuk?” Tiara bertanya setelah pelukannya terlepas. “Permintaan tiba-tibaku tidak membuatmu harus mengatur jadwal ulang kan?” “Tidak kok, Tante.” Aju melebarkan senyumnya demi kesopanan. “Tapi saya mengajak manajer saya. Tidak apa-apa kan?” Tiara menengok melewati bahu Aju dan melihat sang manajer menunduk hormat. Setelahnya, perempuan paruh baya itu tersenyum dan mengangguk. “Tidak apa-apa kok. Tante kan juga bawa dua pasukan.” Kini giliran Aju dan Kira yang menat
Baca selengkapnya

Menyingkirkan Saingan

 “Kau dapat pekerjaan gara-gara Aiden.” Tiba-tiba saja Kira mengatakan hal itu, saat mereka perjalanan pulang.  “Ya.” Tentu saja Aju akan mengangguk. “Sudah kubilang kalau dia itu jimat keberuntunganku.”  “Jimat keberuntungan yang selalu dapat sial.” Sang manajer meringis pelan. “Dia sudah beberapa kali dapat masalah sejak bersama denganmu.”  “Apa jangan-jangan ... aku bawa sial untuk Aiden?” Tiba-tiba saja Aju jadi kepikiran.  Pada dasarnya, sang selebriti cukup suka dengan sesuatu yang bernama ramalan. Perempuan cantik berambut panjang itu, jadi mudah mencocokkan segala kebetulan yang terjadi di sekitarnya. Kejadian dengan Aiden salah satunya.  “Entah.” Kira hanya bisa mengedikkan bahu. “Aku tidak tahu yang seperti itu, tapi yang jelas kasus kalian jadi makin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status