Home / Urban / Bukan Salesman Biasa / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Bukan Salesman Biasa: Chapter 31 - Chapter 40

122 Chapters

Bunga Tidur

“Apa kemungkinan yang pertama, Yah?” desak Ardhan, ia tak sabaran mendengar ucapan ayahnya selanjutnya.“Dijaga dan berkati oleh Tuhan Yang Maha Kuasa atau,” jawab pria itu. Ayahnya lagi-lagi menggantung kalimatnya.“Atau kamu dijaga oleh makhluk pendamping kamu,” lanjutnya.“Makhluk halus lagi, mana ada hal seperti itu dijaman modern begini,”Ardhan kesal, ayahnya ikutan Pak Romli mengaitkan semuanya dengan keberadaan makhluk tak kasat mata. “Tetapi apapun itu aku senang karena kau baik-baik saja. Mulai sekarang kamu harus lebih berhati-hati, ada orang yang berniat mencelakaimu.”“Dunia kerja memang begitu, Yah.”“Maka dari itu, kamu harus ekstra waspada. Berbuat baiklah pada semua orang sekalipun orang itu membencimu,” lanjut ayahnya.Ardhan menjawab dengan anggukan kepala. Semua yang perlu disampaikan kepada anaknya, sudah ia lakukan. Ayah Ardhan lanta keluar dari ruang tidur, membiarkan anaknya untuk beristirahat. Namun lelaki muda itu justru tidak bisa tidur.Ia memikirkan ucapan
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Menghindari Prama

“Endingnya?”“Iya, akhir mimpi itu. Kelanjutannya bagaimana Pak Ardhan?”“Tidak ada kelanjutannya, Pak. Karena takut saya jadi terbangun,” ungkap Ardhan.“Yah sayang sekali ya kita berdua tidak tahu bagaimana ending dari mimpi kita itu,” timpal Prama. “Tetapi bagaimana bisa kita mimpi yang sama ya.”Ardhan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan rekan bisnisnya itu. Ia juga tak tahu apa penyebabnya. Mungkin karena mereka berdua sering bertemu akhir-akhir ini. Keduanya menyudahi pembahasan mengenai mimpi dan beralih ke rutinitas yang harus dijalani.Setibanya di lantai tempat mereka bekerja, Ardhan segera fokus bekerja. Pak Bobby turut membantu mengalihkan pikiran Ardhan tentang mimpi karena lelaki itu terus membuat Ardhan sibuk. Ia meminta laporan ini dan itu, Ardhan sampai kewalahan dalam mengerjakannya.Namun hasil yang didapatkan dari kerepotannya setimpal, pujian dari atsannya serta janji pencairan bonus sudah membuat lelahnya hilang. Ardhan akan menyimpan bonusnya
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Kejadian Berbahaya

“Pak Ardhan ... tunggu sebentar Pak,” kata anak buah Prama.“Ada apa ya Pak,” tanya Ardhan tanpa mematikan mesin motornya.“Pak Ardhan diharap menemui Pak Prama di lobby,” jawab lelaki itu. “Sekarang.”“Maaf Pak, aku harus pulang sekarang. Ada urusan penting yang harus aku kerjakan,” tolak Ardhan. “Tolong sampaikan permintaan maafku pada Pak Prama,” lanjutnya. “Jika ada sesuatu yang penting toong beritahu melalui telepon atau email. Aku permisi dulu Pak.”Tanpa menunggu respon pria itu, Ardhan memacu kendaraannya lagi dengan cepat. Semua moment itu dilihat dengan jelas oleh Prama dari balkon lantai tiga. “Dia pasti takut mimpinya jadi kenyataan,” gumam Prama. “Aku juga takut pada akhir cerita mimpi itu.”Demi menghindari Prama, Ardhan menempuh rute lain untuk pulang yaitu lewat jalur alternatif. Meskipun lebih jauh dan sepi namun saat ini adalah pilihan yang terbaik untuknya. Ia mengendara dengan tidak tenang sesekali lelaki itu melihat spion kanan dan kiri memastikan jika Prama tak m
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Ardhan Kena Hipnotis

Ardhan mengedarkan pandangannya di sekitarnya. Hanya ada dirinya di tengah keramaian, meskipun tidak menemukan sosok Kakek tersebut Ardhan yakin jika sosok yang berbicara padanya adalah si Kakek.Ia sedikit menyesal kenapa tidak sempat menatap lawan bicaranya, ia fokus melihat aliran sungai. Ardhan merasa terhipnotis dengan bias cahaya yang tampak berkilauan. Sekarang ingin menyesali pun tak ada gunanya.Hari semakin sore, ia harus segera pulang. Ibunya sudah menunggunya di rumah. Ia memakai helm dan menghidupkan motornya dengan cepat. Tangannya memutar gas dalam-dalam, motor tingginya melaju kencang menuju rumahnya.Tak perlu waktu lama, ia sampai dirumah. Sang Ibu langsung menyambut anaknya, bibirnya tersenyum ketika melihat anaknya pulang selamat sampai dirumah. “Kenapa lama sekali? Kena macet juga lewat jalan itu?”“Nggak Bu, memang jalannya ‘kan panjang jadi lebih lama,” kata Ardhan bicara secukupnya.Ia masuk ke dalam bersamaan dengan sang Ibu, dirinya masuk kamar untuk mengamb
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bekal dari Ibu

“Berbeda bagaimana maksudnya, Pak?” tanya Ardhan, ia memasang wajah serius.“Kinanthi cerita kalau ka—““Pak Ardhan, maaf menganggu, saya sudah terima kabar dari pusat?” ujar salah satu pegawainya tiba-tiba datang menyela pembicaraan serius. Prama terpaksa menyudahi percakapannya dengan Ardhan dan memilih pergi bersama dengan anak buahnya.Ardhan yang masih penasaran dengan cerita versi Kinanthi mengejar Prama. “Tunggu Pak, saya tahu anda sibuk tetapi saya harus tahu apa yang diceritakan pacar bapak tentang saya.”“Mohon pengertiannya ya Pak Ardhan, pekerjaan saya ini jauh lebih penting,” sahut Prama, ia meninggalkan Ardhan yang masih berdiri melihat punggung mereka.Ardhan masih berusaha untuk mengejar langkah kaki Prama. “Maaf Pak, saya hanya ingin mengingatkan sekali lagi jika saya tidak pernah bertemu secara diam-diam dengan mbak Kinanthi. Jadi saya mohon untuk tidak salah paham, terima kasih.”Usai mengatakan hal tersebut, Ardhan lantas meneruskan langkahnya menuju lobby kantor.
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Dasar Anak Mama

Bab 36.“Sejak lahir saya sudah menjadi anak mamah, kalau ditanya malu atau tidak tentu saja tidak. Karena saya anak tunggal jadi saya mendapatkan perhatian yang lebih dan lebih memperhatikan kedua orang tua saya,” jawab Ardhan panjang lebar.Ia sengaja berkata demikian untuk membuat Prama iri. Padahal yang sebenarnya terjadi, orang tua Ardhan saja tak setuju lelaki itu bekerja menjadi salesman bahkan suasana rumahnya saja dingin dan kaku. Ia bersyukur akhir-akhir ini mereka menjadi lebih akrab dan bisa memamerkan hal tersebut kepada Prama.“Begitu ya, enak sekali ya kalau tidak punya rasa malu,” timpal Prama.“Kenapa harus malu, Pak? Kami anak dan ibu memang sebaiknya bersikap hangat seperti itu. Supaya saya bisa menularkan ke calon anak saya nanti,” balas Ardhan lagi, ia terus ‘menyerang’ Prama.“Stop Pak Ardhan! Stop membicarakan tentang keluarga, hentikan! Saya sensitif mengenai hal tersebut,” larang Prama.“Maaf ya Pak,” timpal Ardhan, ia berusaha tetap tenang dan bersikap baik m
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Malam Naas

“Ayo minggir, Dhan. Jangan ditengah jalan begini,” ucap sosok itu. Ia tampak panik dan terus menepuk pundak Ardhan berulang kali. Tersadar karena berhenti di tengah jalan raya, Ardhan segera menepi. “Nah gitu dong, ‘kan kita jadi aman sekarang.”Sosok itu turun dari motor Ardhan lalu berdiri di depan pria muda tersebut. “Kek, kenapa dia melakukan itu padaku?”“Tidak apa-apa orang iri itu bebas melakukan apapun sebagai pelampiasannya,” ujar sosok itu. “Sudah pulanglah, ibumu menunggumu di rumah.”“Baik Kek,” jawabnya. Tanpa banyak bicara lagi, lelaki itu lantas menghidupkan mesin motornya. Dan perlahan meninggalkan sosok misterius yang bisa muncul kapanpun itu sendirian. Ardhan fokus mengemudi agar sampai di rumah dengan selamat.Setelah satu jam berkendara akhirnya ia sampai di rumah. Begitu bunyi motornya berhenti sang Ibu langsung keluar dari dalam rumah. “Kamu baik-baik saja ‘kan Dhan?”Ardhan terdiam, ia dilema antara bercerita tentang kejadian yang baru sja dialaminya atau meraha
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Ardhan vs Prama

Mata coklatnya bergerak gelisah, pikirannya terus menerawang jauh. “Berarti ada kemungkinan aku mati di lain waktu,” batinnya. “Tetapi aku tidak boleh takut, hanya perlu waspada.”Hatinya menjadi lebih tenang dan kini bisa tidur dengan nyenyak. Tak ada hal yang mengganggu tidurnya, sehingga saat bangun dirinya merasa lebih segar daripada sebelumnya. Handuknya sudah ditangan dan kini dirinya pergi menuju kamar mandi.Lelaki itu memeriksa tubuhnya sekali lagi, memang tak ada bekas luka apapun dari kejadian semalam. Selesai mandi Ardhan kembali ke kamar untuk berganti baju dan bersiap. Selang 15 menit kemudian ia keluar kamar, ibunya sudah menantinya untuk sarapan.“Kamu yakin akan masuk kantor hari ini?”“Tenang saja Bu, aku baik-baik saja,” jawab Ardhan sembari mengambil lauk.“Ayah antar atau mau naik taksi saja?” tawar ayahnya.“Aku naik motorku saja Yah lagipula motornya kan tidak ada yang rusak,” tolaknya.“TIDAK BOLEH!!” kata kedua orangtuanya berbarengan.“Pilihannya hanya ayah y
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Merayu Ibunda

“Mungkin saja Pak, saya ini hanya salesman biasa yang diberi kepercayaan oleh atasannya saya menjadi wakil kantor untuk ikut mengawasi kelancara proyek kerjasama antara perusahaan tempat saya bekerja dengan anak perusahaan Pak Prama,” jelas Ardhan panjang lebar, ia bicara tak hanya untuk Prama tetapi juga dihadapan para pegawai yang lain.Prama hanya terdiam mendengar ocehan Ardhan. Berbeda dengan pegawai lainnya yang mengeluarkan berbagai reaksi atas pengakuan lelaki itu itu.“Jadi jika Pak Prama ingin membicarakan masalah bisnis lebih baik dengan atasan saya, saja saya ini hanya pelaksana, Pak. Bekerja sesuai perintah atasan,” imbuh Ardhan.Ia perlu menjelaskan semuanya secara detail, ia tak peduli dengan satu bola mata Prama yang berubah ke arah merah pekat. Dirinya tidak boleh takut, hanya harus waspada dan bertindak cerdas.“Kenapa jadi panjang begini, Pak. Sebenarnya saya hanya ingin membicarakan tentang bisnis pribadi saja. Bukan tentang bisnis denga om-““Kalau begitu tak perl
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Musuh Lama

“[Ini semua karena sikapmu. Pokoknya kamu besok menghadap saya dulu, ada yang ingin saya bicarakan.]”Panggilan tersebut diakhiri oleh pria tambun itu dengan cepat. Tanpa menunggu jawaban dari dirinya. Karena besok harus datang ke kantornya lebih dahulu sehingga ia harus tidur cepat agar tak terlambat.Hari baru datang dengan cepat, alarm membangunkannya di saat yang tepat. Ardhan mengusap kedua matanya agar terbuka sempurna, setelah itu berjaan keluar untuk membersihkan dirinya. Meski harus pergi ke kantor utamanya dahulu namun Ardhan masih sempat sarapan.“Hati-hati di jalan ya,” ujar sang Ibu ketika mengantarkan Ardhan di pagar rumahnya.“Ibu tidak usah khawatir,” sahutnya. Usai menenangkan ibunya yang masih mengkhawatirkan dirinya barulah Ardhan pergi ke kantor. Pagi ini Ardhan memilih jalur alternatif, kejadian kemarin tak membuatnya trauma melewati jalur baru tersebut.Tepat pukul delapan pagi lelaki penyuka warna biru itu tiba di kantornya. Ia memakirkan kendaraannya di spot fa
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status