All Chapters of Kontrak Cinta sang Janda: Chapter 21 - Chapter 30

39 Chapters

Bab 21

Barry menatap lembut ke arah Hera, menariknya perlahan ke dalam pelukan hangat. "Kita butuh waktu untuk merenung dan saling memahami lebih baik," bisik Barry, suaranya lembut namun tegas. Hera mengangguk pelan, merasa tenang dalam dekapan Barry.Mereka duduk di tepi ranjang, suasana kamar yang tenang dan hangat membuat mereka merasa nyaman. Barry dengan penuh kasih mengusap rambut Hera, menatap dalam ke matanya. "Aku selalu ingin yang terbaik untuk kita," ujarnya.Hera tersenyum kecil, merasakan cinta yang tulus dari Barry. "Aku tahu, Barry. Aku juga ingin kita selalu bersama dalam suka dan duka," jawabnya dengan penuh kehangatan.Barry mendekatkan wajahnya, mencium kening Hera dengan lembut. "Tidurlah, sayang. Kita akan membicarakan semuanya besok dengan kepala dingin," katanya sambil membelai pipi Hera.Hera merebahkan tubuhnya, merasa damai di samping Barry. Bahkan melupakan semua yang pernah terjadi antara mereka. Dengan pelukan yang erat, mereka berdua pun tenggelam dalam malam y
Read more

Bab 22

Selesai makan, Aarav menawarkan bantuan pada Freya untuk menjaga Dina. Semua dilakukan agar anak bungsu wanita cantik itu tidak lagi mengalami hal buruk."Aku yang akan membayar biaya tempat bermain bagi Dina, biar keberadaannya juga aman. Desi juga bisa belajar dengan baik di sekolah, kamu juga bisa bekerja dengan baik." Aarav langsung berbicara pada intinya sebelum Desi berangkat sekolah. Freya sontak terkejut karena sedari tadi memang dirinya bingung memikirkan Dina agar berada di tempat yang aman."Aku jadi gak enak sama kamu, Aarav. Kita juga baru saja kenal, tapi kamu begitu baik padaku." Freya berbicara panjang lebar, padahal dalam benaknya dia paham betul dengan maksud dan tujuan pria tampan tersebut."Gapapa, lagi pula aku tidak ingin terjadi hal yang buruk pada Dina. Sekalipun yang membawanya bermain adalah ayah kandungnya sendiri." Aarav menunjukkan perhatian yang dia punya."Terima kasih banyak," ujar Freya tidak memiliki kalimat lain lagi. Wanita itu pun pamit bersiap-si
Read more

Bab 23

Freya melangkahkan kaki dengan penuh semangat, juga tersenyum dengan setiap karyawan yang dikenalnya. Akan tetapi, senyumannya hilang saat bosnya tiba-tiba datang dan langsung memecatnya. Dia bertanya apa yang telah diperbuat hingga dipecat begitu saja, tapi si Bos tidak mau memberikan alasannya. Dengan terpaksa, Freya pun segera pergi sebelum diusir oleh satpam yang berjaga. "Sekarang aku harus ke mana lagi?" pikirnya sedih. Seketika itu, Hera datang dengan tersenyum puas. "Aku sudah bilang padamu dari awal, jangan pernah kamu memandangku. Sekarang, rasakan akibatnya!" katanya tertawa lepas. Freya merasa amarahnya mendidih. Ia berusaha mengendalikan emosinya, tetapi tatapan penuh kemenangan Hera membuatnya semakin marah."Kau benar-benar jahat, Hera!" seru Freya dengan suara bergetar. "Apa yang kau inginkan dariku? Aku tidak pernah berbuat salah padamu!"Hera hanya tertawa lebih keras. "Kau begitu naif, Freya. Dunia ini tidak adil. Kau hanya perlu belajar untuk tidak melawan mer
Read more

Bab 24

Setelah melihat semua bukti yang Freya berikan, Hera langsung pergi begitu saja. Dia tidak ingin dikeroyok oleh orang-orang yang ada di sana. Semua orang hendak mengejar, tapi tidak di perkenankan oleh Freya dan diminta untuk dibiarkan saja. Kali ini, wanita cantik itu pun bingung harus pergi ke mana. Mengingat pekerjaan yang sudah didapat sekarang sudah sirna. Tak hanya itu, dia juga kesulitan untuk mencari pekerjaan paruh waktu seperti yang lalu."Aku harus ke mana lagi? Jika aku tidak bekerja, bagaimana aku bisa melunasi hutang-hutangku?" pikirnya kesusahan. Di waktu yang sama, Aarav tidak sengaja melihat Freya dari dalam mobilnya. Pria tampan itu pun menghentikan mobil dan menghampiri wanita cantik tersebut."Kamu tidak bekerja?" tanya Aarav melihat wajah Freya secara seksama. Terlihat raut wajah sedih, membuat pria tampan itu merasa iba."Sebentar lagi aku bekerja," sahut Freya tidak ingin menyusahkan Aarav lagi."Kamu berdusta," ujar pria itu karena melihat dusta di netra wan
Read more

Bab 25

Freya menatap Rea sejenak, kemudian memutuskan untuk tidak membuang-buang waktu lagi. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, ia berbalik dan melangkah pergi dengan tegap, mencoba mengabaikan kemarahan dan penghinaan yang dirasakannya. Di dalam hati, Freya bertekad untuk tidak membiarkan situasi ini menghentikannya. Ia akan terus berjuang untuk kedua putrinya, dan memastikan mereka mendapatkan kehidupan yang layak, apapun yang terjadi. Ia tahu bahwa ia harus kuat, dan tidak ada halangan yang dapat menghentikannya untuk melakukan yang terbaik bagi anak-anaknya.Namun, sebelum Freya sempat menjauh, suara Rea terdengar dingin dan penuh sindiran di belakangnya.“Lari saja, Freya,” seru Rea dengan nada merendahkan. “Seperti biasanya, kau selalu lari dari tanggung jawab. Kau pikir siapa yang akan percaya padamu sekarang? Kau hanyalah seorang ibu dan istri yang gagal, tidak lebih dari itu. Jadi tidak heran anakku mencari wanita lain yang lebih baik darimu!”Freya menghentikan langkahnya sejenak,
Read more

Bab 26

Gadis cantik itu baru saja selesai mengganti pakaian seragam dengan baju santai. Lalu berjalan ke dapur dengan rasa penasaran. Ia mencium aroma manis yang menggoda dari kue yang masih hangat di atas meja. "Mama bikin kue apa kali ini?" tanya Desi sambil duduk di kursi dan mengambil sepotong kue."Ini kue cokelat pisang yang Mama coba resep barunya," jawab Freya sambil tersenyum. "Mama tambahkan sedikit kayu manis dan kacang almond biar lebih kaya rasa."Desi menggigit kue tersebut dengan perlahan, merasakan tekstur lembutnya di lidah. Setelah mengunyah dan menelan, ia tersenyum dan berkata, "Wah, enak banget, Ma! Rasa pisangnya kerasa banget, dan kayu manisnya bikin rasanya jadi lebih hangat. Tapi mungkin kacang almondnya bisa ditambahkan lebih banyak lagi supaya lebih crunchy."Freya mengangguk, senang dengan umpan balik dari Desi. "Terima kasih, sayang. Masukan kamu sangat membantu. Mama akan coba tambahkan lebih banyak kacang almond di resep berikutnya."Desi tersenyum lebar. "Aku
Read more

Bab 27

Freya merasa tidak nyaman dengan ucapan Desi, jadi dia pun berbisik, "Jangan bersikap seperti itu, Desi." "Gapapa, namanya juga anak-anak," ujar Aarav yang ternyata mendengar ucapan Freya. Freya mendesah pelan, mencoba meredam rasa kesalnya. “Memang anak-anak, tapi tetap saja kita harus mengajari mereka yang benar,” katanya, dengan nada sedikit lebih lembut namun tegas.Desi menoleh dengan tatapan bingung, merasa sedikit disalahkan. “Aku cuma bercanda, Ma. Tapi kalau dibuat untuk serius juga gapapa.” Gadis cantik itu mulai cengengesan. Aarav tersenyum, menepuk bahu Desi dengan lembut. “Tentu, candaan itu bagian dari tumbuh kembang anak. Tapi kita juga harus tahu batasannya.”"Kalau begitu Om Aarav pulang dulu," imbuhnya."Loh kok, buru-buru sih, Om. Padahal kita masih ingin bermain sama Om," ujar Desi tidak ingin Aarav pergi dari rumah kontrakan mereka."Om masih ada urusan penting, kapan-kapan Om janji akan bermain di sini," ujar Aarav memberikan senyuman."Baik, Om."Baik Desi ma
Read more

Bab 28

Desi berusaha untuk memberontak, tapi tetap saja dia tidak bisa melawan pria dewasa."Ini Papa, Desi. Kamu tidak perlu takut, Papa hanya ingin memberikanmu hadiah," ujar Barry tanpa melepaskan tangan untuk menutup mulut putrinya."Papa akan melepaskan tangan Papa asalkan kamu tidak berteriak," ujar Barry yang sangat ingin berbicara dengan putrinya.Desi menganggukkan kepala dengan pelan, lalu Barry dengan cepat melepaskan tangannya. "Maaf Papa telah menyakitimu, Papa hanya ingin memberikanmu hadiah ini," ujar Barry dengan menyodorkan dua boneka.Gadis kecil itu pun mengernyitkan dahi, tidak biasanya sang Papa memberikan hadiah padanya. Dari dulu, bahkan pria itu tidak pernah perhatian pada keluarga. Desi meraba bibirnya yang masih terasa nyeri setelah ditutup paksa oleh tangan Barry. Matanya yang basah memandang dua boneka di depan mereka, boneka itu terlihat cantik dan menggemaskan, tetapi perasaannya masih diliputi ketakutan dan kebingungan. "Papa... kenapa sekarang?" suara Desi
Read more

Bab 29

Aarav menyeringai, dalam hatinya begitu bahagia karena apa yang telah diusahakan tidak sia-sia. "Masih, dan kesempatan itu akan selalu ada sampai kamu setuju," ujar Aarav dengan senyuman yang semakin melebar."Aku setuju untuk membantumu," kata Freya setelah berpikir sejenak. Aarav tidak peduli apa alasan wanita cantik itu pada akhirnya setuju, yang jelas dia begitu bahagia. "Ya sudah, nanti aku akan datang ke sini untuk membicarakan semuanya." Aarav pamit, mengingat dia harus cepat-cepat mengantarkan Desi ke sekolah. Terlebih gadis kecil itu sudah ada di dalam mobil dan sedang menunggu bersama adiknya — Dina. Aarav melangkah pergi dari hadapan Freya dengan hati yang penuh sukacita. Ia merasa seperti ada beban yang terangkat dari pundaknya. Sebelum meninggalkan rumah kontrakan, dia melirik ke arah wanita cantik itu sekali lagi dan memberi senyuman penuh makna, memastikan bahwa keputusan yang diambil oleh wanita itu bukan sekadar kata-kata kosong.Sesampainya di mobil, Aarav menem
Read more

Bab 30

Aarav duduk terpaku di kursinya, memandangi pintu yang tertutup dengan bunyi lembut. Ketenangan di ruang kerjanya tampak kontras dengan gejolak yang berkecamuk di dalam hatinya. Dia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencoba meredakan kekalutan yang mendadak menyerang.“Harus secepat itukah, Ma?” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri daripada untuk siapa pun. Dia tahu betul bahwa Jenar bukanlah orang yang mudah digoyahkan ketika sudah mengambil keputusan. Selama ini Aarav selalu berusaha untuk mengikuti keinginan ibunya, tetapi urusan pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa ia terima begitu saja.Aarav berdiri dan berjalan menuju jendela. Dia menatap jauh keluar, melihat langit yang terlihat begitu cerah. Perasaannya semakin kacau memikirkan ultimatum yang baru saja diberikan ibunya. Tiba-tiba saja dia memikirkan Freya. "Apa mungkin Mama memiliki firasat bahwa aku sedang dekat dengan Freya?" pikirnya. Dia bahkan curiga bahwa sang Mama pasti memiliki seorang mata-mata yang selalu
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status