Home / Horor / Mengantar Nyawa setelah hari raya / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Mengantar Nyawa setelah hari raya : Chapter 11 - Chapter 20

59 Chapters

Bab 12

"Rum... Rumana...!! Sadarlah Rum! Ini Ummi sayang. Jangan seperti ini, Nak. Huuuhuu." Ratmini tersedu memangku anaknya yang seperti itu. "Letakkan Rumana, Mi. Biar Abah periksa," kata I Ketut Sudikerta mengintruksikan sang istri untuk meletakan anaknya di kasur saja.Ratmini mengikuti saran suami. Diletakannya kepala Rumana dari pangkuannya ke bantal yang sejak delapan hari yang lalu jadi tempatnya menyandarkan kepala. Ratmini tak henti-hentinya menangis, kaget dan penasaran kenapa anaknya bisa jadi seperti ini. Dia berfikir mungkin Rumana tertekan dan belum bisa mengikhlaskan kedua putrinya, tetapi reaksinya itu kenapa tidak wajar. Ada apa sebenarnya dengan putri keduanya ini? Ratmini sungguh tak mengerti.Niat hati datang untuk menghibur Rumana yang kehilangan kedua anaknya, tetapi dia malah di suguhi dengan keadaan sang putri yang memprihatinkan. Membuat Ratmini sangat sedih. Dia menerka-- apa kiranya yang tengah menimpa keluarga Rumana. Musibah kehilangan dua anak tengah ia hada
Read more

Bab 13

🥀🥀🥀Setelah di beri makan dan minum oleh Tarno dan Parjo, Kinanti terlihat tak begitu pucat lagi. Duduknya mulai tegak, dan tatapannya semakin tajam. Namun dia belum mau bicara sepatah katapun. Entah apa yang sedang dia fikirkan. Karena hari sudah hampir petang, dan suasana remang-remang di tengah hutan, Tarno dan Parjo memutuskan untuk segera turun gunung. Merasa kasihan pada wanita yang dia tolong, Tarno berfikir akan mengajaknya turun. Mencarikan tempat tinggal untuknya, atau di titipkan ke rumah kakaknya. Yang suaminya sedang merantau di kota, sehingga di rumah itu hanya ada sang kakak dan anak-anak nya. Itu lebih baik, daripada di rumah Tarno yang kedua orang tuanya tengah pergi ke luar kota. Sedangkan dia sendiri masih bujangan dan tinggal sendiri. Itu bisa jadi fitnah untuk mereka. Tak mungkin juga Tarno meninggalkan wanita cantik ini sendirian dalam ketakutan di tengah hutan."Apa kamu bisa jalan?" Tanya Tarno memastikan pada Kinanti, yang di balas anggukan olehnya. "B
Read more

Bab 14

Parjo meringkuk di semak-semak, karena saking takutnya. Seumur hidup, ini pertama kalinya dia melihat dengan mata kepala sendiri, sosok hantu bertubuh manusia dengan muka yang sangat menyeramkan. Persis adegan yang sangat menakutkan saat menonton film horor. Saat hantunya muncul tiba-tiba.Tubuhnya menggigil, karena dia tipe orang yang sangat penakut. Mungkin dia tak akan mau ke kamar mandi sendirian setelah ini."Tarno ke mana nih. Jangan-jangan ketangkep hantu itu, hiiii," gumam Parjo di tengah ketakutan.Parjo bingung, temannya masih di belakang. Mau menyusul takut, tetapi mau turun duluan juga tidak tega. Akhirnya dia menunggu di semak-semak itu dengan rasa takut yang masih menghinggapi jiwa.Karena terlalu lama, Parjo memberanikan diri untuk keluar, takut juga kalau-kalau ada ular di semak belukar. Apalagi suasana yang gelap gulita."No! Kamu di mana, sih. Kok nggak turun-turun. Jangan becanda, No!" Triak Parjo memanggil temannya.Tak mendapat respon dari Tarno, Parjo jadi panik
Read more

Bab 15

"Bu Bidan!! Tolong anak saya, Bu!" Gunadi tergopoh-gopoh menggendong Bagas ke rumah Bidan Melati. "Astaghfirullah! Pak Gunadi. Kenapa dengan anaknya, Pak. Cepat taro sini. Biar saya tangani." Bidan Melati bergerak cepat setelah mengetahui kondisi Bagas yang bersimbah darah.Tuminah terus saja menangis. Ia tak menyangka kepulangan keluarga--anaknya malah berujung duka yang tak pernah dia duga sebelumnya.Menunggu Bagas di tangani, Tuminah duduk di kursi tunggu yang tersedia di rumah Bidan melati."Bu Bidan, tolong Ibu saya. Beliau pingsan!" Tiba-tiba seorang wanita yang menggendong anaknya datang dengan tergopoh mencari Bidan Melati."Ada apa, Mbak Warni? kenapa dengan Bu Ani?" Tuminah yang mengenali wanita itu langsung penasaran dengan tetangga jauhnya. "Ibu saya pingsan, Bu Tum. Beliau baru pulang dari seberang, dan mengetahui Tarno hilang. Jadi langsung syok dan pingsan." Wanita yang Tuminah panggil Warni itu menjelaskan kronologi yang menimpa Ibunya. "Ya, Gusti... Memangnya Ta
Read more

Bab 16

"BEDEBAH.!!" Kini Rumana yang tersulut emosi, melihat ke tiga anaknya di jadikan sandera oleh siluman ular."Tenangkan dirimu, Rumana. Amarah hanya akan menghancurkan mu. Tahan emosi, berfikirlah dan lawan dia dengan otak, jika kau tak bisa melawannya menggunakan ototmu." Bisikan yang terdengar begitu jelas di telinga Rumana. Itu bisikan Kyai Hambali, yang terdengar asing bagi Rumana."Itu bukan Abah. Apakah ada orang lain yang sedang membantuku di alam manusia? Semoga saja benar. Suaranya begitu teduh dan menenangkan. Aku yakin, dia orang yang ber ilmu dan memiliki iman yang tinggi." Rumana mengira-ngira dalam hati."Hei! Aku dengar apa yang kau fikirkan. Siapa yang membantumu di dunia manusia, hem." Raja Cobra yang di panggil Raja Ashuma, oleh para bawahannya itu penasaran."Hh, Bukan urusanmu, PECUNDANG! Beraninya main sandera. Lepaskan anak-anak ku. Dan hadapi aku secara jantan." Rumana kembali memancing emosi Ashuma.Di turunkannya ke tiga anak Rumana. Kini, Rumana bisa bertarung
Read more

Bab 17

🥀🥀🥀"Sudah tiga hari Kyai Hambali bolak-balik ke rumah ini ya, Pak. Tapi Rumana belum juga sadar. Malah anteng lagi, seperti sebelumnya. Sebenarnya dia kenapa to, Pak?" Tuminah duduk berhadapan dengan Rasmadi di bangku teras rumahnya.Istrahat sejenak dari rutinitas yang menguras tenaga renta nya.Rasmadi menerawang jauh, dia mengetahui segalanya saat ikut menggunakan sedikit ilmu yang dia miliki. Itupun dia lakukan jika sudah ada yang membuka gerbang dimensi lain. Jika tidak ada perantara orang yang memiliki ilmu Kanuragan yang lebih tinggi darinya, dia tak bisa berbuat apa-apa. "Tidak apa-apa, dia baik-baik saja di sana. Berkat transferan ilmu Kanuragan Kyai Hambali, dan juga senjata yang dia berikan untuk anaknya. Aku baru sadar, ada seseorang yang sengaja mengantar sukma Rumana ke alam itu, saat aku menamparnya. Orang normal tak akan pingsan hanya karena di tampar seperti itu. Itu perbuatan makhluk atau orang yang ingin menyakiti Rumana." Rasmadi mencoba menenangkan hati Istr
Read more

Bab 18

Kinanti tak percaya, melihat Tarno lari dan mendekati bibir jurang. Panggilan dan triakan nya tak mampu membuat Tarno sadar. Kinanti bingung harus bagaimana, melihat Tarno yang hampir menjatuhkan tubuhnya. Untungnya Parjo datang, dan langsung menarik tubuh temannya itu sekuat tenaga."Kamu ngapain, sih! Mau bunuh diri?!" Parjo langsung memarahi Tarno."Hah? Kok kamu di sini, bukannya kamu..." Tarno menggantung kalimatnya. Kinanti tak mengerti maksud dari ucapannya. Tarno masih limbung, dia semakin bingung karena Parjo yang tadinya ingin dia selamatkan di ambang jurang, ternyata malah ada di belakangnya.Ada apa ini sebenarnya? Siapa yang tadi minta tolong padanya? Ini sungguh membingungkan bagi Tarno. Benar-benar di luar nalar."Kamu kenapa? Kenapa mau lompat ke jurang. Bocah gemblung!" Parjo masih sedikit jengkel karena Tarno hampir meregang nyawa di dasar jurang.Parjo mengira, Tarno akan bunuh diri karena katakutan dan belum juga dapat jodoh.Tarno masih memulihkan kesadaranya.
Read more

Bab 19

"Rumekso ingsun laku nisto ngoyo woro.(Kujaga diri dari perbuatan nista dan sesuka hati). Kelawan mekak howo, howo kang dur angkoro. (Dengan mengendalikan hawa, hawa nafsu angkara). Senadyan setan gentayangan, tansah gawe rubeda. (Meski setan bergentayangan, selalu membuat gangguan). Hinggo pupusing jaman. (Sampai akhir zaman)" penggalan kidung wahyu Kolosebo membuat Rumana terkesiap. Di susul lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an dari suara yang berbeda.Dia berhenti sejenak di udara. Saat ini, Rumana sedang melarikan diri bersama ketiga sukma anaknya dari dua siluman yang sempat menyandera mereka.Kidung itu seperti mengingatkan Rumana yang serakah karena berfikir akan menghidupkan kedua anaknya yang telah tiada, dengan membawa kedua sukma anaknya yang telah meninggal ke alam manusia."Siapa yang melantunkan ayat suci Al-Quran dan kidung ini," gumam Rumana, akhirnya dia memijakkan kakinya di tanah basah berbatu. Dengan Rayhan di gendongan dan Rihanna serta Rianti di samping kanan kiri
Read more

Bab 20

"Minum dulu, Kyai. Gus." Tuminah menyodorkan nampan berisi dua gelas besar air putih, pada Kyai Hambali dan pemuda yang di panggilnya Gus itu."Terimakasih, Mbok." Pemuda itu mengambil satu gelas air yang di suguhkan Tuminah. Lalu meminumnya hingga tandas.Pemuda itu terlihat sangat lelah dan pucat. Setelah dia kerahkan ilmunya untuk menjemput Rumana dan bayinya di alam sarpa. Alam yang di segel khusus untuk para jin jahat dan sukma manusia yang di sandra seperti rumana dan bayinya.Sehingga, tak mudah bagi manusia biasa untuk menembus pertahanan segel alam sarpa. Kecuali orang-orang yang telah bersekutu dengan para siluman di sana. Jangankan manusia biasa tanpa ilmu kebatinan, Kyai Hambali dan I Ketut Sudikerta saja, yang memiliki ilmu lebih tinggi dari Rasmadi, tidak bisa menembusnya. Hanya energi yang bisa mereka salurkan ke sana. Dan Pusaka leluhur I Ketut Sudikerta yang berhasil mengalahkan segala siluman di alam itu, juga hanya bisa di gunakan untuk bertarung. Tetapi tidak bisa
Read more

Bab 21

"Katakan, Mas. Kenapa dengan Bagas?" Kinanti mengguncang tubuh suaminya."Sabar, sayang. Bagas baik-baik saja. Dia hanya sedikit terguncang dengan kepergian dua kakaknya dan melihat kamu yang nggak sadar-sadar. Bagas ada di rumah sakit bersama Ummi. Kamu tenang, ya?" Gunadi terpaksa berbohong dan belum mengatakan kondisi Bagas yang sebenarnya. Khawatir Rumana syok."Besok pagi, tolong antarkan aku ke sana ya, Mas." Pinta Rumana masih khawatir."Maaf, Pak Gunadi. Saya lupa kalau Ibu Rumana baru siuman dan belum tahu tentang Bagas." Kyai Hambali menyesalkan ucapannya yang keceplosan."Ah, iya. Tidak apa-apa, Pak Kyai. Lagian cepat atau lambat, Rumana juga harus tahu. Karena dia Ibunya." Gunadi memaklumi."Baiklah, kami permisi, Ya Pak. Bu. Assalamualaikum." Pamit Kyai sebelum meninggalkan kamar Rumana."Walaikumsalam. Trimakasih banyak sekali lagi, Pak Kyai." Gunadi turut mengantarkan Kyai Hambali keluar. Dan meninggalkan Rumana serta bayinya sendiri. Di luar, ada Gus Zaki, Rasmadi, da
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status