Home / Pernikahan / Perselingkuhan berkedok Iba / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Perselingkuhan berkedok Iba: Chapter 11 - Chapter 20

74 Chapters

11. Shafira menghubungi Thika

"Tega kamu mas?" teriak Shafira mengeluarkan semua rasa kecewa di dada.Satria sama sekali tak iba, pergi dengan kemarahan yang menjadi.Shafira terduduk lemas, air mata sudah mengalir deras dari pelupuk mata. Suami yang 13 tahun ini bersama bisa sebenci itu padanya. Hal itu dapat Shafira lihat dari tatapan mata Satria yang tajam bagai pedang yang siap menghunus lawannya. Tatapan yang tak pernah Shafira temui selama berumah tangga dengan Satria. Jika biasanya Satria akan marah dan selang lima menit saja dia akan melupakan rasa amarah itu dan bersikap biasa saja.Kali ini sungguh berbeda.Api kebencian terlihat jelas dimata Satria. Hal itu membuat Shafira sangat kecewa, merasa telah dicampakkan Satria."Ma, aku mohon jangan menangis ma?" hibur Mira pada Shafira."Iya ma, jangan nangis nanti dedek ikutan nangis lo," celoteh Mila mencoba menenangkan sang ibu.Bukannya berhenti menangis, Shafira semakin terisak, menangis sesegukan membuat kedua anaknya memeluk dan ikut menangis. Perubaha
Read more

12. Meninggalkan rumah Satria

Malam hari. Jam dinding menunjukkan pukul 22.00 wib. Satria belum juga pulang membuat Shafira cemas, berjalan mondar mandir tak terhitung berapa kali. Dirinya tak tahu harus mengatakan apa jika Satria pulang nanti. Terlalu banyak unek unek yang ingin sekali dikeluarkan membuat Shafira bingung harus berkata darimana. Pukul 00.00 wib, Satria belum juga pulang membuat hati Shafira bergemuruh, rasa curiga mulai menyapa, berprasangka jika Suaminya itu pasti menemui Thika dan bermalam disana. Shafira sungguh putus asa, tak ingin lagi mengharap penjelasan dan beranjak untuk tidur. Mata mencoba terpejam namun telinga tetap mendengar setiap gerakan, beralih posisi ke kanan dan ke kiri agar mendapatkan kenyamanan namun hal itu tak bisa Shafira dapatkan. Memutuskan ke kamar mandi, berwudhu dan mendirikan Sholat Malam dua rakaat. Dalam sholatnya, Shafira tak bisa menahan lagi, air mata luruh di pipi namun Shafira tetap menyelesaikan Shalatnya. Saat sujud terakhir, tangis Shafira pecah, semua
Read more

13. Pilih dia atau aku, istrimu?

Dalam keadaan emosi Shafira mengirim pesan pada Satria.{Assalamualaikum. Mas, aku tidak pulang, aku ingin menenangkan diriku. Aku mengharapkan penjelasan darimu tapi kamu hanya diam saja tak mau menjelaskan semua masalah ini. Kamu lebih mementingkan dia daripada aku mas. Jika kamu tak bisa memutuskan semua ini, aku tak akan pulang. Pilih dia atau aku istrimu?}Tak ada balasan membuat Shafira tak tenang. Hidupnya sungguh menderita, ingin sekali dengan pergi ke rumah Tina, dia bisa melupakan masalah ini namun seberapa jauh dirinya berlari menghindar, masalah terus mengikuti dan bersemayam di dalam hati.Shafira tak ingin kehidupan seperti ini. Semua terasa berat namun dia tak bisa menceritakan semuanya kepada kakaknya karena tak ingin membebani. Shafira sungguh lelah, matanya terpejam dan berharap bisa tertidur meski sejenak namun seberapa dalam mencoba terpejam sama sekali tak mampu.Satu jam hanya berguling ke kiri dan ke kanan tak ada yang bisa di lakukan. Melihat jam dinding menunj
Read more

14. Tangis penuh derita

Seorang wanita sibuk berkutat dengan mixer di tangannya. Matanya fokus memandang adonan, namun hati dan pikirannya entah kemana. "Shafira, sudah kental berjejak gitu?" ucap Tina merasa jika adiknya itu tak fokus membuat bolu. "Oh iya, hampir saja." Shafira segera menuangkan terigu, mengaduk balik secara merata lalu menuangkan minyak goreng dan kembali mengaduk balik adonan sehingga menyatu, memastikan tak ada minyak yang mengendap. Setelah adonan masuk loyang yang sudah dikasih carlo, Shafira segera memasukkan ke oven. Metode yang digunakan Shafira dalam membuat kue berbeda dengan Tina. Jika Shafira menggunakan sponge method, berbeda dengan Tina yang suka menggunakan metode all in one. Pada teknik all in one method ini semua bahan diaduk jadi satu dengan hand whisk gitu aja, lalu di oven. Dengan catatan, pengadukan tidak boleh terlalu bersemangat. Kira- kira tidak lebih dari 15 kali putaran/ adukan. Shafira dan Tina bergulat dengan dunia perdapuran. Sehabis sholat subuh, Shafira
Read more

15. Pertemuan Satria dan Shafira

Shafira kembali menangis mendengar semua nasehat bu Tutik."Aku bingung bu, aku sudah tak punya siapa siapa tapi mas Satria tega sekali menyakitiku. Aku pergi juga tak dicari. Dia tak mencariku tak apa apa bu, setidaknya dia menanyakan anak anaknya?" ucap Shafira terbata.Tutik segera merengkuh Shafira ke dalam pelukannya."Sabar nak Fira, lelaki jika sudah terobsesi dengan wanita yang pernah di hidupnya, dia akan lupa dengan orang orang terdekatnya. Meski kamu mengingatkan ribuan kali, dia tak akan mendengarmu," jelas Tutik mengelus punggung Shafira."Hiks!""Hiks!""Lalu aku harus bagaimana bu? Aku sudah putus asa. Mas Satria tak cinta padaku bu, dia sama sekali tak peduli denganku, dengan bayi yang aku kandung? Bahkan dia tak pernah menyentuhku. Apa dia benar benar menyesali kehamilanku? Sebenci itukah sampai dia tak mau menyentuhku?""Ya Allah… Tenangkan dirimu nak, jangan terpancing emosi. Aku mengerti posisimu dan kamu tak sendirian, ada aku dan saudara lainnya. Kami berpihak pa
Read more

16. Shafira pingsan

"Ceklek." "Kenapa kamu kunci pintunya mbak?" tanya Shafira bingung. Lila mendekat dan membawa Shafira duduk di kasur, memegang tangan saudara sekaligus sahabatnya. Ya, Lila merupakan sahabat Shafira jauh sebelum Shafira dipersunting Satria. "Katakan semua kepadaku Shaf. Kenapa kamu harus lari dari rumah? Kamu tak salah, kenapa harus pergi dan memberi peluang Thika mendekati suamimu?" Shafira terdiam, membiarkan Lila memarahinya. "Satria cerita semuanya padaku, katanya kamu WA Thika, mengolok- oloknya. Apa benar?" Shafira mengangguk membenarkan. "Astaghfirullahaladzim Shaf!?" Lila menghela nafas besar. "Aku kasih tahu kamu ya sayang, Satria itu ibarat abg lagi dipuncak kasmaran jadi kamu ingatkan atau kamu jauhi seperti ini, dia tak akan peduli soalnya yang terlihat hanya Thika seorang?" ucap Lila yang membuat Shafira mulai menangis. "Salah jika kamu hubungi Thika, dia akan mengadukan pada Satria dan suamimu akan tetap membela si pelakor itu daripada kamu istrinya karena mata
Read more

17. Menurunkan Ego untuk minta maaf

Aini yang menunggu dengan cemas, entah murni dari lubuk hatinya atau tidak. "Akhirnya kamu pulang juga nak," ucap Aini memeluk Shafira. "Jangan pergi pergi lagi, wanita kalau sudah menikah tidak baik keluar rumah, mengerti?" saran Aini dan dijawab anggukan kepala dari Shafira. "Aku lelah bu, aku mau istirahat." Aini mencoba mengerti dan mengangguk pelan. "Baiklah. Kalian istirahatlah." Shafira masuk ke dalam kamar, berharap suaminya mau menjelaskan masalah mereka. "Ceklek!" Satria membuka pintu, masuk dan berganti pakaian santai, bukannya piyama tidur. "Tidurlah, aku mau keluar," ucap Satria tegas. "Mau kemana kamu mas selarut ini??" "Yang pasti tidak menemui Thika. Aku ada urusan dengan mas Indra." Satria pergi meninggalkan Shafira sendiri, dengan rasa yang digantung. Air mata kembali luruh di pipi, di usap sendiri. Shafira tidur meringkuk sambil menangisi nasib yang harus dijalani. "Kenapa semua ini terjadi kepadaku ya Allah? Apakah selama ini aku kufur nikmat? Atau mel
Read more

18. Kontak bernama Ade

"Mas, jangan bersikap acuh kepadaku, aku tak suka." "Siapa yang acuh padamu." "Sikapmu saat ini membuatku tak nyaman." Satria mendekati Shafira. "Aku hanya tak yakin kamu berubah," jelas Satria pada istrinya. "Apa maksudmu mas?" "Ya, kamu masih mencurigaiku," ucap Satria mulai merasakan emosi di dalam diri. Entah mengapa, dirinya masih kecewa dengan sang istri meski Shafira sudah meminta maaf. "Ya Allah mas, aku sudah minta maaf padamu dan aku telah menutup semua rasa kecurigaanku mas. Disaat aku minta maaf padamu, aku sudah bertekad membesarkan hatiku, semua ini demi anak anakku." Satria tersenyum seperti mengejek, tak percaya dengan apa yang dikatakan Shafira. "Benarkah?" "Benar mas, demi Allah," jawab Shafira yakin dengan ucapannya. "Kalau begitu, mulai sekarang kamu jangan ngatur aku mengenai Thika." "A- apa maksudmu mas?" "Ya intinya aku hanya menolong Thika, tak lebih. Jika kamu masih mencurigai aku ada apa apa sama dia, kamu salah besar." Shafira terdiam, tak bisa
Read more

19. Tak disentuh sama sekali.

Shafira berusaha melupakan rasa penasaran akan nama Ade di kontak WA Satria namun setiap kali duduk berdua, Satria seolah mengacuhkan Sfafira. Dirinya sibuk chat an dengan Ade. Bahkan Satria tak mempunyai rasa bersalah dengan nyamannya chat di samping istrinya Shafira. Siang ini Lila ada main kerumah. Dirinya merasa khawatir dengan kondisi Shafira. "Bagaimana Shaf, apa sudah kelar masalah kalian? Sudah bicara dari hati ke hati?" Shafira menggeleng, jujur saja terlalu berat menjalani kehidupan seperti ini, dimana Shafira harus tetap tersenyum sementara hatinya ingin menangis menuntut kejelasan rumah tangganya. "Loh kenapa begitu?" "Kami sudah membicarakannya mbak, aku sudah menjelaskan apa yang mengganjal di hatiku." "Lalu?" "Ya, seperti ini kehidupan rumah tangga kami mbak, terasa hambar." Lila menggeleng, tak percaya jika masalahnya akan serumit ini. "Intinya, mas Satria tak bisa berhenti berhubungan dengan Thika meski aku melarangnya. Dia minta aku percaya padanya mbak dan a
Read more

20. Tamparan keras

Satria pulang dan langsung tidur, dirinya sungguh kesal pada Shafira karena chat hal yang tak penting. Sudah berkali kali dijelaskan namun istrinya tetap mencurigai dirinya. Satria sungguh lelah menjelaskan pada Shafira, disaat matanya terpejam ponsel Satria bergetar dan ada notifikasi chat dari Ade : mas sudah tidur???? Shafira semakin kesal, antara benci dan emosi. Bisa bisanya Thika chat suaminya pada jam 03.00 pagi. Atau Satria yang chat terlebih dahulu? Tak terasa air mata sudah menetes di pipi. 'Ya Allah kuatkanlah aku ya Allah,' batin Shafira memohon kekuatan dari sang Pencipta. Hari ini ada acara nikahan saudara Satria dan Shafira pamit untuk pergi kesana dari pagi. Usia kehamilan yang ke 35 minggu membuat Shafira hanya membantu sekedarnya. Kebetulan Mira libur sekolah dan memilih untuk berdiam diri di rumah. Shafira mendapatkan kabar terbaru dari Mira. {Ma, nggak ada mama di rumah, papa sibuk chat an sama kontak bernama Ade.} Shafira terkejut melihat isi pesan anaknya
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status