Ezra mengamatinya dengan tatapan selidik, membuat jantung Luther sontak berdetak kencang. Luther bahkan bisa merasakan sebuah tekanan tak kasatmata. Hanya saja, dia sudah menduga akan hal ini sehingga sama sekali tidak terkejut dan tetap terlihat tenang."Aku sudah lama mendengar tentang reputasi Tuan, tapi kita nggak pernah bertemu. Mungkin saja wajahku pasaran, makanya Tuan merasa familier," jelas Luther tanpa merendah.Sepuluh tahun telah berlalu. Baik itu tinggi badan, paras, ataupun karisma Luther, semua mengalami perubahan besar. Sahabatnya sekalipun belum tentu bisa mengenalinya sekarang."Masa?" Ezra mengamatinya sekali lagi, lalu meneruskan dengan ekspresi datar, "Ya, mungkin kamu benar.""Kakek, Luther sangat hebat. Dia cerdas, jago bertarung, dan ahli dalam bidang medis. Dia sering kali membantuku. Di seluruh Midyar, nggak ada genius seperti dia!" ujar Bianca dengan bangga. Dia tidak pernah merasa ragu untuk memuji kekasihnya."Hehe ... dasar kamu ini, jangan begitu melebih-
Baca selengkapnya