/ Romansa / Pak Ustadz, Jadilah Imanku! / 챕터 21 - 챕터 30

Pak Ustadz, Jadilah Imanku!의 모든 챕터: 챕터 21 - 챕터 30

38 챕터

Kebakaran

PoV Kiara.Aku tak henti berdiri didepan cermin, memastikan jika penampilan aku kini sudah sempurna. Rasa berdebar di dada sejak tadi tak juga reda."Ayuk sudah siap apa belum, Mbak?" tanya Lulu yang berdiri di sampingku. Dengan menggunakan tunik putih di padu dengan sarung khas kebanggaan pesantren."Sebentar atuh, aku masih belum percaya diri," ujarku yang masih terus menatap diriku pada cermin."Udah cantik begitu, Mbak. Pasti nanti Gus Abu juga bakal terpesona." Kata Lulu. Aku hanya tersenyum. Ah, lebih tepatnya seperti tengah meyakinkan diri."Duh ... Aku kok tiba-tiba lemas ya?" Aku mengadu pada Lulu, entah kenapa rasanya lutut ini seperti goyah."Mbak pasti sangat nervous," ujar Lulu, "Bismillah, Mbak."Aku mengangguk, walau sepertinya ini bukan masalah lemas karena grogi. Aku mulai melangkah menuju tangga di samping rumah. Terlihat Abu gosok telah membuka pintu gerbangnya.Aku melihat keatas, entah kenapa rasanya pusing sekali. Tapi aku mantapkan langkah dengan menggandeng tan
더 보기

Sakit yang tak kunjung sembuh

Aku membuka mata berharap semua kembali membaik, terdengar adzan subuh berkumandang.Ah, aku sampai tak bangun untuk sahur?Aku menengok ke sisi kiri, sudah tak ada satu santri pun di kamar. Ingin beranjak dari tempat tidur tapi sepertinya?"Kenapa aku merasa sangat lelah?" Aku berjalan dengan lemas ke kamar mandi, berniat untuk mengambil air wudu.Saat menaikan lengan baju, mataku tertuju pada bercak merah ditangan dan saat aku naikan lagi keatas, itu makin banyak.Aku sedikit bingung, tapi tetap aku lanjutkan mengambil air wudhu. Melakukan salat subuh sendiri dikamar.Tenggorokan sakit sekali saat menelan dan batuk kering juga melanda. "Jangan sakit ya Allah, aku masih ingin fokus mengejar ridhoMU di bulan suci ini." Aku berdoa setelah salat subuh.Tak lama beberapa santri masuk, setelah selesai salat subuh."Kenapa kalian ngga banggunin aku?" Protesku."Tadi kamu sudah mau banguninmu, cuma saat aku pegang badan ternyata badanmu panas, Mbak. Kamu sepertinya demam jadi kalau saran a
더 보기

Kenyataan pahit

Allah ....Apakah ini ujianmu atau hukuman? Aku benar-benar merasa tak berdaya saat ini. Sakitku ini?Apa ada hubungannya dengan penyakit yang di derita oleh Bang Rozak.Cinta mengabarkan jika dia baru tahu jika istrinya Bang Rozak meninggal karena terkena Aids dan kemungkinan besar ditularkan oleh Bang Rozak yang suka jajan. Sekarang kaya Cinta Bang Rozak tengah juga drop.Apa aku juga begitu?Cukup lama aku tak sanggup berdiri, bahkan kaki ini seperti tak bertulang, lemas dan tanpa tenaga. Air mata ini luruh begitu saja, apa aku harus pergi?Aku tak mungkin bisa menikah dengan Abu Gosok jika begini keadaannya. Aku tak mau menukarkan penyakit yang disebabkan oleh hal zina ini. Virus yang di anggap mematikan juga aib ini memang sangat ditakuti oleh orang-orang.Bagaimana jika benar aku positif? Kemana aku harus mengasingkan diri karena sudah pasti tak ada yang mau sekedar berteman sekalipun. Mereka terlalu parno akan virus ini. Virus yang mendunia dan belum ditemukan obatnya sampai s
더 보기

Positif

Kuniatkan dengan bismillah, menuruti ucapan Cinta untuk melakukan pemeriksaan. Dengan jantung berdebar dan rasa pesimis aku pun mengikuti prosedur demi prosedur.Aku yang tadinya takut di pandang sebelah mata, tapi saat bertemu dengan seorang dokter ahli, aku merasa terhibur. Ternyata mereka welcome pada kami yang melakukan tes, tanpa menghakimi apa-apa yang membuat kami khawatir akan tertular virus mematikan itu.Dengan pertanyaan yang ringan juga fres membuat kami yang dilanda kepanikan sedikit lebih rileks."Ayo, Kiara giliran kamu ke Lab!" ujar Cinta. Aku mengangguk, dia membantu aku untuk berjalan karena memang badanku masih lemas."Apa gejala yang Mbak rasa?" Petugas lab yang memakai pakaian lengkap sampai menggunakan masker dan sarung tangan. Ia berkerja dengan telaten dan teliti."Sudah, silahkan tunggu hasilnya ya!" Aku beranjak, meninggalkan ruang lab dan menuju ke tempat yang lain. Terlihat Cinta masih duduk disana dengan hal yang sama menunggu hasil."Cinta lovelia!" Pang
더 보기

Tiba di Kampung

Aku menaiki Bis tujuan kampungku, kampung yang sudah satu tahun ini tak aku kunjungi. Niatan pulang sehari sebelum lebaran nyatanya akhirnya lebih cepat.Harapan kepulangan di antar oleh sang calon suami, nyatanya aku pulang sendiri dengan seribu duka. Ya ... Entah kenapa hati kecil ini masih belum bisa menerima akan adanya virus didalam tubuh.Adilkah Allah? Apakah pezina macam aku harus diberi hukuman yang akan mengikuti sampai mati?Dalam keadaan seperti ini, tentu sebagai manusia biasa aku merasa putus asa, apalagi ditengah sebuah kebahagiaan yang akan aku raih, kini harus kandas tanpa sisa.Allah tak izinkan aku untuk bertaubat dan hidup dengan bahagia? Dosakah aku jika merutuki nasib yang tak pernah berpihak padaku.Perjalanan selama enam jam aku lewati dengan panjang. Bahkan aku tak bisa memejamkan mata barang sejenak saja.Memasuki daerah kabupaten kelahiranku, hawa sejuk mulai terasa, aku sedikit mengigil dan memilih langsung mengambil Hoodie, bersiap-siap untuk turun dan me
더 보기

Ejekan

"Tapi, Bu, bukannya Ibu bilang kalau aku akan dijual oleh Bapak kalau tak mengirim uang? Bukankah ibu marah-marah saat ponselku tak aktif beberapa hari?" Aku bertanya, disini seolah ada kejanggalan, bagaimana bisa ibu berkata demikian sedangkan kemarin?"Ibu ngga bilang begitu?" Kali ini mataku tertuju pada anak laki-laki yang sejak pertama melihatku pun dia tak menyambut dengan ramah."Arif!" Kali ini aku memanggil dengan tegas. Tentu disini kami mencurigainya karena lewat ponsel dialah biasanya ibu meminta tolong untuk menelfon atau sekedar WA.Dia tertunduk, tak ada suara yang keluar dari mulutnya, bahkan seolah ia memendam wajahnya."Apa kamu yang mengirim pesan demikian?" Kali ini Bapak yang bersuara. "Sum, berapa uang yang kamu kirim?" kini bapak menatapku."Lima juta, Pak. Aku pikir sengaja sedikit aku banyakin buat beli baju Intan dan Arief untuk lebaran." Aku berkata apa adanya."Arief!" Suara bariton bapak terdengar. "Kemana uang dua jutanya lagi yang Mbak mu kirim!"Hatiku
더 보기

Tentang Hukum

PoV Abu "Dek, dimana Mbak Kiara?" tanyaku setelah menunggu cukup lama tapi belum juga dia menampakan batang hidungnya, dia itu memang wanita yang unik."Punten, Gus, bukannya Mbak Kiara sudah pergi sejak setengah jam yang lalu? Bahkan kami yang membawakan tasnya sampai ke gerbang, kata dia jika Gus tidak jadi mengantar karena ada hal penting." ucap Hera dan Lulu.Aku tertegun, bagaimana bisa ia mengambil keputusan sendiri. Aku sudah berniat untuk mengantar sampai mempending kepergian ke Gresik dia malah minggat.Apalagi kondisi dia sedang sakit juga! Aku tak habis pikir padanya. Kenapa dia nekad begini? Apa dia artinya menolak lamaranku atau jangan-jangan ....Aku bergegas langsung menuju mobil, aku yakin dia pasti pergi ke rumah juragan kontrakan itu. Apa dia sudah gila mau menikah dengannya? Atau dia di ancam sampai akhirnya memilih begini? Kenapa dia tak mau curhat sama aku!Aku langsung memilih menuju tempat mangkalnya, berharap menemukan petunjuk tentang keberadaan Kayla. Setida
더 보기

Tergadai

PoV KiaraSetelah pulang dari masjid, aku membantu ibu pergi ke sungai, mencuci baju. Memang jarak sungai dan rumah tak terlalu jauh, makanya kami lebih suka untuk mencuci di sungai, selain airnya jernih juga puas karena bersih.Setelah selesai mencuci aku pun mandi bersama dengan Intan. Airnya begitu sejuk hingga aku selalu rindu untuk berendam di sungai itu."Mbak, kenapa tubuh Mbak Sum merah-merah semua?" ujar Intan yang mandi tepat dibelakangku. Tentu dia melihat bagian punggung aku yang memang aku hanya mengenakan gemben (kain carik yang dililitkan)Aku melihat dan benar saja seluruh tubuhku ruam merah."Mungkin karena Mbak lama di kota jadi saat pulang kulitnya kaget dan jadi ruam begini," jawabku berbohong, tentu aku tahu jika ruam ini memang dampak dari virus itu."Segera di obati, Sum, takut makin parah!" Ibu yang mungkin mendengar perkataan kami langsung menyela."Iya, Bu, nanti Sum obati." Aku hanya ingin menenangkan Ibu."Mbak, kalau Intan sebulan ini puasanya full, Intan
더 보기

Keputusan berat

PoV Abu"Jangan begitu, Ning. Kita ini belum mahram, jatuhnya zina kalau begini!" Aku berusaha mengingatkan dia. Dia mencebik."Ngga usah sok suci, Gus, kita manusia biasa, bukan malaikat yang tak luput dari salah dan dosa, kita bisa bertaubat nantinya, jadi apa yang perlu kita khawatirkan?" ucap Ning Sukma tanpa dosa. Aku hanya menggeleng, tak menw1yangka pemikirannya sedangkal itu.Aku memilih membenarkan posisi duduk, agar Ning Sukma tak memiliki kesempatan untuk bersentuhan, namun nyatanya sulit, bahkan saat aku berusaha memgungkurinya dia justru menggunakan punggungku untuk bersandar, akibatnya aku tak bisa memejamkan mata barang sejenak saja.Ketika sudah ada yang sampai dan turun, aku memilih beranjak, tak peduli pada Ning Sukma yang roboh akibat aku yang berdiri."Gus, kemana!" Pekiknya, aku tak lagi menghiraukannya.Memilih duduk pada bangku yang sudah kosong dan tidur dengan nyaman. Masih ada waktu dua jam lagi sampai di Gresik jadi bisa memejamkan mata.***Suasana pesantre
더 보기

Lebaran

PoV Kiara"Apa aku ngga salah dengar, Juragan? Kamu bilang aku masih istrimu? Kalau begitu kemana selama ini kewajibanmu? Bukankah akan jatuh talak pertama saat seorang suami tak memberi nafkah pada Istrinya selama tiga bulan?" Aku mencoba cari kartu merahnya, agar ia tak kepedean menganggap dirinya sosok suami."Kamu mau nuntut apa? Nuntut nafkah selama satu tahun! Aku akan berikan itu, asal kamu mau kembali menjadi istriku!" Dia memang orang yang pandai berkelit, mentang-mentang hartanya banyak sombongnya minta ampun."Maaf, tapi aku ngga minat untuk melanjutkan pernikahanku dengan kamu, permisi!" Aku berusaha untuk segera pergi, tapi gerak dia lebih cepat dan membuat aku hampir terjengkang kala dia menarik tanganku paksa."Lepaskan, Juragan!" Aku meronta, tapi dia tak memberi ampun padaku. Dia terus menarik tanganku untuk mengikutinya. Benar-benar sudah kesetanan dia.Aku terus di paksa untuk jalan, Intan yang melihat aku ditarik oleh Juragan Komar hanya bisa diam kemudian lari ent
더 보기
이전
1234
DMCA.com Protection Status