Semua Bab Pak Ustadz, Jadilah Imanku!: Bab 11 - Bab 20

38 Bab

PoV ABU BAKAR

Menjadi seorang ustadz bukan hal yang mudah dilalui, bukan juga sebuah kebanggaan yang harus dipamerkan.Tentu setiap manusia memiliki sisi kelam, begitu pun dengan aku. Walau sekarang mencoba untuk memperbaiki diri, juga Allah bukakan jalan taubat juga rezeki yang mengalir deras. Namun semua itu tetap menjadi noda hitam dalam hidupku.Itulah kenapa aku tak memandang rendah seseorang walau aku sudah tinggi. Aku tak malu bahkan tak segan bergaul dengan siapapun, dari preman, penjahat atau bahkan pelacur. Bagi aku selama mereka tak lagi menjerumuskan aku kepada dosa yang lebih besar lagi, itu hal yang wajar.Bahkan tentu aku harapkan mereka mau bertaubat, walau aku bukan ahli tauziah setidaknya pendekatan pelan aku mampu menyentuh hatinya."Tadz, apa ngga capek setiap mau tampil, Ustadz itu selalu saja bawa orang-orang ngga bener numpang. Saya sampai heran loh, Tadz. Duh ... Apalagi malam ini, bawa Pe la cur yang sangat percaya diri seperti wanita tadi," ujar Pak Yono supir yang selalu
Baca selengkapnya

Salah sebut

"Terima kasih sudah mengurus semuanya." Aku berkata dengan datar. Malu karena topeng aku yang sebenarnya sudah ia ketahui.Dia tersenyum nakal, seolah tengah mengejek aku yang masih tak bisa berkata-kata setelah terbongkarnya aibku. Aib karena aku menggunakan nama samaran.***Aku memilih mengemasi barang-barang sendiri. Walau memang tadi suster mengatakan jika akan ada yang menjemput aku dan mengantarkan, tentu aku tak mau semua dilakukan orang lain. Pelan-pelan aku mulai mengemasi apa yang dibawa pulang."Assalamualaikum ...." Abu Gosok datang tepat waktu. Aku sudah selesai berberes."Sudah selesai?" tanyanya heran ketika melihat semuanya rapi."Iya, karena aku sudah tak sabar untuk tidur dikasurku yang empuk," ujarku dengan berdiri setelah tadi tengah duduk."Kamu aku bawa ke pesantren dan tinggal disana!" ucapnya tanpa penawaran."Apa? Aku di suruh tinggal di pesantren? Gila kamu ya! Apa aku harus me la cur disana?" Aku yang kaget langsung mencoba menatapnya. Mencari keseriusan da
Baca selengkapnya

Mencoba

"Maaf, maksudnya ustadz Abu, pasalnya ini cuma ada empat piring?" Aku membenarkan ucapan."Nggak, Mbak. Aa Abu mah ngga pernah makan bareng, dia itu sukanya menyendiri, apa-apa sendiri dan terpisah, itulah yang membuat Abah juga Umi khawatir tak dapat jodoh." Nay berkata dengan antusias. Aku mendengar dengan segsama."Nay!" Pangil Abah terdengar tak suka anak perempuannya berkata terus terang."Tak usah pikirkan itu, Nduk, makan dulu! Setelah itu istirahat, Nay sudah menyiapkan kamar untukmu." Kali ini Umi yang bersuara, aku hanya mengangguk dan mulai memakan hidangan yang tersaji.Aku menikmati dengan khusu, makanan yang terhidang memang lezat, apalagi gratis."Mbak sebentar lagi kan puasa, nanti kita salat tarawih bareng ya!" Ajak Nay berbicara disela makan.Tarawih? Ah rasanya sudah lama sekali aku tak melakukan salat itu, entah sudah berapa tahun, aku tak mengikuti puasa. Mungkin lebih tepatnya saat aku di nikahi oleh juragan Komar. Jangankan untuk salat tarawih bersama, bahkan s
Baca selengkapnya

Ketiduran

Aku langsung berjingkrak dan lari masuk ke kamar, menutup pintu dengan keras."Astaghfirullah! Apa ya tadi?" Aku masih berdiri dibelakang pintu. Nafas masih ngos-ngosan.Mungkin mitos tentang pesantren yang banyak hantunya itu real. Kali ini aku mengalaminya. Aku masih mencoba mengatur nafas saat sebuah ketukan kembali membuat aku berjingkrak."Kiara, Ki! Ini aku Abu, tadi itu aku yang memangil dan melemparkan benda kecil agar kamu menoleh, kamu ngga apa-apa, Kiara?" Ketukan itu disertai ucapan Abu.Huh, ternyata dia! Aku sampai hampir jantungan karenanya. Aku siap memutar kenop pintu namun sebuah suara membuat aku urungkan."Ehem!""Abah?" Suara Abu terdengar kaget.Artinya Abah pasti ada disana juga. Aku memilih untuk tetap berada dibelakang pintu tanpa membuka."Masuklah, ini sudah malam. Ngga baik ngetuk pintu kamar seorang perempuan." Terdengar nada tegas Abah. Aku menelan saliva. Untung aku belum keluar."Tadi hanya ingin menjelaskan kesalah pahaman, Bah." Terdengar Abu masih be
Baca selengkapnya

Dicari

Jalan Hijrah Si Kupu-Kupu Malam 15Aku masih memainkan ujung jari, rasanya sulit sekali mulut ini membuka, seperti terkunci bahkan terasa dilem."Kiara?" Panggilnya lagi, aku bingung mau memulai dari mana, tapi sepertinya aku harus mengatakan sekarang."A-apa aku boleh disini sampai dekat lebaran nanti?" tanyaku tercekat. Aku takut dia mengira aku disini karena ingin dekat dengannya. Nanti dia ke GR an. Ah, bukan dia yang ke GRan, tapi aku yang terlalu berharap."Tentu saja, kamu boleh disini sampai kapanpun, bahkan aku senang jika kamu mau taubat dan mau hijrah," jawabnya dengan mata berbinar. Apa dia memiliki perasaan padaku?Kiara! Jangan selalu berfikir demikian, ingatlah kamu siapa dan dia siapa? Jika Ning aja dia tolak apalagi hanya aku yang seongok sampah."Kamu tak perlu merasa sungkan dan segan disini, kamu bisa meminta bantuan Nay atau santriwati jika kamu ingin belajar tapi malu untuk belajar dengan Asatidzah." Ia kembali berkata dengan antusias.Aku hanya mengangguk pelan,
Baca selengkapnya

Keluar Pesantren

"Dia tadi bilang mau menikahkan kamu sama orang kaya raya dan menyuruh kamu untuk pulang ke kontrakan." Dengan santai ia berkata.Ah bagaimana ini?Tentu Mami Mawar tak akan putus asa menyambangi aku disini. Bagaimana kalau Abah tahu aku ini mantan wanita ...."Sum ... Sumi?" Panggilnya membuat aku yang terdiam dalam pikiran langsung menatapnya."Kenapa?" tanyanya. Dia pikir ini bukan hal besar hingga masih tanya kenapa?"Orang kaya raya loh, katanya punya banyak kontrakan dan dia sudah sangat mengenal kamu karena langganan," ucapnya membuat aku tak enak hati. Memang Bang Rozak sudah membooking aku berkali-kali tapi tak terbesit sedikitpun untuk menikah dengannya. "Nggak mau, aku belum ingin menikah." Aku beralasan. Pasalnya tak tahu lagi harus mengatakan apa untuk menghindari pertanyaan Abu gosok."Apa aku harus pulang saja ya?" tanyaku kemudian setelah terjadi keheningan."Lah tadi katanya ngga mau, sekarang mau pulang itu artinya mau dong!" Abu gosok menyempitkan mata."Bukan beg
Baca selengkapnya

Salat tarawih pertama

Gawat!Tapi tunggu, bukankah aku bawa cadar? Segera aku meraih benda lebar itu dan memakainya."Kamu kenapa, Mbak?" tanya Nay yang terlihat bingung. Tentu ia tak tahu orang yang ada didepan sana.Bang Rozak dengan Mami Mawar tengah berjalan mesra mengitari mall."Nay, kita jalan-jalan dulu yuk sebentar!" Ajakku. Menarik tangan Nay agar segera mengikuti aku. Dengan langkah segera aku langsung berjalan, mengikuti dibelakang Mami Mawar dan Bang Rozak yang belum menyadari semuanya.Aku harus punya bukti jika mereka punya hubungan, agar aku bisa menolak saat Mami Mawar ataupun Bang Rozak kembali datang.Dia memasuki tempat makan, aku ikut masuk dan duduk, mereka masih belum sadar tentunya, karena penampilan aku yang syar'i juga memakai cadar."Bang, nanti belikan Mami gelang ya!" Pinta Mami Mawar dengan nada manja."Tentu dong, Sayang, asal kamu mau menemani kesepian aku sebelum aku benar-benar menikah dengan Kiara, aku akan belikan apapun yang kamu mau!" Bang Rozak membalas, ini tak kalah
Baca selengkapnya

Sakit Nay

Aku masih tak percaya dengan apa yang aku dengar tadi, benarkah dia memujiku? Atau hanya sebuah pujian agar aku makin mantap berhijab?"Ah, sudahlah! Apapun itu aku harus tetap semangat. Bismilah hijrahku di bulan suci ini Allah mudahkan." Aku beranjak menuju sof barisan. Menyesuaikan dengan yang barisan yang ada.Tak ada dari mereka yang aku kenal, tapi sepertinya mereka mengenal jauh aku. "Mbak Kiara, sini geser lagi!" ujar salah seorang santri, akupun menutut saja."Sini saja, Mbak, sama aku!" Aku hanya mengeleng, melihat mereka yang seolah berebut untuk dekat denganku.Mereka tentu tak tahu asal usul ku hingga seolah aku bak artis karena dikira keluarga Ndalem, bahkan ada yang sudah bergosip jika aku calon istrinya Abu gosok."Mbak, kapan-kapan main ke kamar aku ya!" ujar Santriwati yang aku taksir dia sudah menginjak sekolah menengah atas."Insya Allah, Dek. Kalau aku punya waktu nanti juga jalan-jalan keliling pesantren sekalian belajar." Aku menjawab."Duh, belajar apa lagi si
Baca selengkapnya

Berdebar

Aku pun akhirnya menjalani puasa pertama di RS, Nay memang sudah membaik tapi dokter belum mengizinkan ia pulang.Dengan keadaan demikian, aku makin dekat dengan Nay. Dia banyak bercerita tentang keluarganya sampai Abu gosok pribadi."Aa itu orangnya dulu susah diatur, dia bahkan ngga mau masuk pesantren saat SMA. Abah sampai gedeg dengan ulahnya. Ada aja yang dia lakukan disekolah sampai guru bosen mengatasinya." Nay bercerita. Aku hanya mendengarkan."Makanya dari itu, Aa ngga bisa tauziah, dia terkenal hanya karena suaranya. Memang anugerah dari Allah memiliki suara emas." Benar juga, suara Abu gosok itu bagus sekali, aku malah sampai lupa mau ajak dia nyanyi dangdut."Bahkan saat kuliah, Aa itu penyanyi band, sampai di usir Abah karena ...." Nay tak melanjutkan kata-katanya. Sepertinya ada sesuatu yang ia tutupi, Nay tak melanjutkan kata-katanya.Dia justru bercerita hal yang lain. Aku pun segan untuk bercerita, takut juga Nay tahu bahwa aku mulai menyimpan perasaan pada kakaknya
Baca selengkapnya

Masa lalu Abu

PoV Abu Setelah memutuskan untuk berbicara empat mata dengan Kiara, aku pun bersiap. Sudah kuputuskan untuk mencoba meyakinkan diri ini juga dirinya. Aku yang memang tertarik padanya sejak awal bertemu, kini makin yakin. Setelah melakukan salat istikharah beberapa kali. Sekarang dengan mantap aku akan bicara dengannya. Membuat kesepakatan untuk ta'aruf, tapi ...."Apakah dia akan menerima aku jika tahu akan sebuah rahasia besar?" Lagi-lagi aku ragu. Entah kenapa aku masih belum bisa untuk mengatakan sejujurnya pada orang lain. Walau sekarang status aku sudah baik dan tak lagi beresiko, namun ... Tetap saja rahasiaku ini akan sangat berpengaruh, apalagi orang awam.Aku bersiap untuk bertemu, setelah mandi tak lupa aku semprotkan minyak wangi agar lebih percaya diri. Melihat diri pada cermin."Tampangku memang lelaki sempurna tapi ...." Ah! Itulah aku, setiap berkaca, aku merasa menjadi manusia paling hina. Mereka yang memuja kesempurnaan yang diberikan Allah, akan berlomba-lomba unt
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status