All Chapters of Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang: Chapter 161 - Chapter 170

173 Chapters

161. Musuh Yang Berteman

 “Aku tidak tahu ini sangat melelahkan, Nona,” gerutu Daniel saat perempuan berambut hitam panjang sepunggung melihatnya dengan senyum mengejek sejak 5 menit yang lalu. “Kau tahu sekarang?” cibir Marsha, seakan menertawakan ajudan terpercayanya. “Bagaimana kalau kau bekerja sama dengan Derren?” Daniel menaikkan sebelah alisnya. “Dengan Tuan pengusaha itu?” Daniel menggeleng. “Aku tidak siap bersanding dengan seorang tentara yang gila membunuh musuhnya seperti rombongannya. Tidak akan!” tegasnya. Marsha mengangkat pundaknya. “Ya, baiklah. Tinggal menunggu hingga Tuan berambut merah ini pulang dengan tangan kosong karena tak memanfaatkan koneksi dengan baik.” Daniel memberengut. Namun wanita cantik di depannya tampak tak memedulikannya. Ia lebih fokus membaca dari pada melihat wajah ajudannya yang kesal dengan hati senang. “Ada yang datang.” Daniel melihat ke arah pintu. Anak perempuan masuk dengan membawa rantang b
last updateLast Updated : 2023-10-31
Read more

162. Niat Busuk

Marsha kembali ke kamar. Langkahnya terhenti di depan pintu saat ia melihat dua orang lelaki berdiri di sana—menjaga pintu. “Selamat siang, Nyonya Marsha.” Kedua lelaki itu menunduk hormat. “Kami akan mengawal Anda mulai sekarang.” Marsha menaikkan sebelah alisnya. Ia melihat Daniel keluar kamarnya dengan menguap lebar sambil merenggangkan tubuh. “Kau yang mengirim mereka?” tanya Marsha. Daniel mengerjapkan mata, menatap kedua orang pengawal di samping kanan dan kirinya. “Ah, Tuan Derren yang meminta mereka ke sini. Tadi saat tidur, aku dengar suaranya di depan pintu,” jelas Daniel. Marsha menghela napas panjang. Ia masuk ke dalam kamar untuk mengambil ponsel, lalu pergi ke kamar Derren yang masih satu lorong dengannya. “Saya akan mengantar Anda, Nyonya.” Salah seorang pengawal mengikutinya dengan patuh seperti anjing penurut yang besar. “Aku hanya ke ujung sana. Bertemu Tuanmu.” Marsha menatap lelaki be
last updateLast Updated : 2023-11-01
Read more

163. Terlihat Jelas

Brak! Lea membanting tas koper terakhirnya ke atas lantai. Dua koper besar telah ia angkut seorang diri ke dalam rumah barunya. Rumah ini tepat di samping Marsha. Mulai hari ini mereka akan bertetangga ... selamanya! Lea tak pernah merasa sesenang ini bisa dekat dengan Marsha. Bisa di sebut ia kembali nyaman berada dekat dengan Marsha seperti saat SMP dulu. Marsha kembali melindunginya, menjadi teman dalam diam yang tak banyak berinteraksi tapi selalu ada tiap kali Lea ada dalam kesulitan. “Kau sangat bahagia, ya?” Syam tersenyum simpul, mengejek, melihat Lea yang terus tersenyum senang melihat rumah barunya. Bahkan kedua mata coklat gelap itu tak berhenti melihat sekeliling ruangan di depannya sambil tersenyum. “Ya, nilai saja sesuka kamu.” Lea menatap Syam dan terus tersenyum cantik. “Karena hari ini adalah hari pertamaku tinggal sendiri, aku akan memaafkan semua kesalahan!” serunya bertekat. Syam hany
last updateLast Updated : 2023-11-02
Read more

164. Susunan Masalah Yang Pertama

Gama terlihat santai di depan Marsha yang tengah sibuk bekerja dengan laptopnya. Sepanjang hari Gama hanya rebahan dan makan di dalam kamar rawat inap Marsha sambil sesekali membantu Marsha mengerjakan beberapa tugas kecil seperti mengupas buah atau memesan makanan ringan untuk mereka. “Tentang masalah kemarin, yang kita bicarakan tentang Ibu suamimu ... bagaimana perkembangannya?” Gama bertanya. Marsha menatap lelaki itu beberapa saat dalam diam. “Kau sangat memerhatikan Derren beberapa waktu terakhir ini. Ada apa? Sekarang kamu lebih suka suamiku dari pada aku?” Gama mengerucutkan bibir. Dagunya sedikit terangkat dan terlihat seperti kulit kenari. “Aku hanya menganggapnya sebagai teman. Apa menurutmu itu berlebihan?” Marsha menggeleng. “Aku hanya heran. Bukan menganggapnya aneh. Paham?” Gama mengangguk. “Lalu tentang Ibu Mertua, Daniel masih berusaha mencari cara untuk membawanya kabur dengan aman.” Marsha menat
last updateLast Updated : 2023-11-03
Read more

165. Terciduk

“Kamu mau makan apa?” Derren mengambil piring. Ia siap menjadi banu Marsha seandainya istri cantiknya itu meminta sesuatu. Sayangnya, Marsha sudah mengambil piringnya sendiri dan mengambil makanannya sendiri. Derren menghela napas penat. Ia mengikuti langkah Marsha berjalan pergi meninggalkan tempat hidangan kantin berada dan mencari tempat duduk. “Jangan terus mengikutiku.” Marsha menyuapkan makanan ke dalam mulut dan mulai makan dengan tenang. Derren memperhatikan dengan saksama. “Sampai kapan kamu jadi marah? Kemarin kan masih aku yang marah?” tanyanya, tak mengerti kenapa situasinya menjadi terbalik. Wanita itu hanya mengangkat pundak acuh tak acuh. Derren menghela napas. Ia masih mempertahankan senyumnya dengan sabar. “Bagaimana kalau menonton?” Marsha menaikkan alisnya. Ia terlihat tertarik. Tapi gengsi lebih mendominasi. “Tiba-tiba?” Ia menjawab dengan sewot. “Kamu masih ingat
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more

166. Izin Menyerang

Lea menatap Gama yang duduk di dalam ruang tamunya dengan tatapan bingung.“Apa yang membawamu ke sini?” tanyanya, dengan menyajikan secangkir teh untuk mereka berempat.“Aku datang untuk bertanya sesuatu.” Gama memilik ke arah Derren dan Syam yang masih terus melempar tatapan horor satu sama lain. “Tapi mereka akan mengganggu jika terus begitu. Tidak bisakah kamu membuang salah satunya ke kamar mandi atau ke mana gitu?” Lea menghela napas kasar. “Di antara dua orang ini, mana yang lebih di butuhkan untuk membantu?”Gama langsung menunjuk Derren. Seketika itu juga Lea langsung menyeret Syam dan memasukkannya ke dalam kamar, lalu menguncinya dari luar.“Kamu tidur saja, Senior. Kamu kan belum tidur karena menemaniku semalaman!” ucap Lea dari luar kamar tanpa rasa bersalah.Syam pasrah. Ia yang mulai mengantuk akhirnya menurut. “Baiklah. Bangunkan aku saat jam makan siang.” Lea tak menjawabnya. Ia kembali ke ar
last updateLast Updated : 2023-11-06
Read more

167. Selamat Tinggal

Lea tersenyum dengan paksa. Air matanya hampir berlinang membasahi pipi. “Kenapa dengan wajahmu?” Marsha bertanya karena murni tidak tahu. Wanita itu datang dengan wajah sembab sambil membawa banyak makanan. Tapi begitu masuk ke dalam ruangan Marsha ia tidak melakukan apa pun dan hanya diam seperti mayat hidup di sofa panjang depan TV. Marsha masih duduk di atas ranjang dengan meninjau data. Setelah mengajukan pertanyaan tanpa jawaban, ia memilih untuk tidak bertanya lagi. Ampai beberapa jam berlalu tanpa obrolan di dalam ruangan itu. Marsha menatap keluar jendela. Langit malam sudah mulai menampakkan diri. Sudah saatnya Lea kembali. Tapi wanita itu hanya diam seperti beberapa saat yang lalu. “Hari makin gelap. Kamu tidak kembali?” tanya Marsha. Lea mengejapkan mata dan memalingkan pandangan ke arah Marsha. “Aku mau menginap.” Setelah mengatakan itu, Lea meletakkan bantal sofa yang dari tadi ia
last updateLast Updated : 2023-11-07
Read more

168. Menyingkap Rahasia

Drtt …. drtt … drtt … Marsha mengejapkan mata. Ini hari terakhirnya berada di rumah sakit. Yang ia pikirkan hanya bermalas-malasan seharian karena mengira ini adalah hari terakhir liburnya. Tapi begitu melihat panggilan telepon dari Daniel, entah mengapa Marsha yakin jika dirinya tak akan bisa bersantai lagi. “Halo.” Marsha menguap lebar. Yana dan Naya yang entah sejak kapan ada di dalam kamarnya, hanya melihat kelakuan kakak iparnya dengan geleng-geleng kepala. [Anda masih di rumah sakit, kan?] Marsha menjauhkan teleponnya dari telinga—memastikan apa benar yang meneleponnya adalah Daniel—karena orang di seberang sana seakan tak tahu kondisinya. “Kenapa bertanya tidak masuk akal?” Marsha bertanya dengan bingung. “Suaramu … apa ada masalah yang terjadi?” Daniel terdengar mendesak kasar. Tampaknya memang ada yang telah terjadi. Daniel adalah orang yang tenang jika berhadapan dengan dirinya. Mende
last updateLast Updated : 2023-11-08
Read more

169. Tentang Anna dan Ayah

Dena menatap Marsha dengan tatapan serius. “Tentang Ayahmu yang meninggal karena kecelakaan mobil. Ia tidak meninggal karena kecelakaan biasa. Ia di bunuh ... itu kecelakaan yang di sengaja.” Marsha mengerutkan kening. “Apa maksud Mama?” Ia bangkit dari posisi duduk—mondar-mandir tidak jelas dan duduk kembali dengan Dena yang menatapnya lelah. “Tunggu, ini di luar dugaan Marsha, Ma. Kenapa tiba-tiba membahas ini saat semuanya runyam?” Marsha menjambak kedua sisi rambutnya. “Apa sih ini? Kenapa tiba-tiba sekali.” Marsha menatap wanita itu dengan wajah lelah. “Marsha sibuk dengan kasus ini dan itu. Tapi Mama bicara begitu sekarang? Mama mau membuat Marsha botak karena terlalu banyak ‘problem’?” Dena menggeleng. “Bukan itu maksud Mama. Hanya saja ... pelakunya memiliki nama yang sama dengan orang yang kamu kejar dalam kasus beruntung ini.” Marsha mengerutkan kening untuk ke sekian kali. Ia masih tidak habis pikir dengan semua ini. “Anna? Apakah wanita itu ... biang keroknya?” Dena
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more

170. Pergerakkan Awal

Marsha tidak ingat kapan ia benar-benar tertidur pulas. Yang jelas, saat dia bangun Derren tidur di sampingnya dengan mata sembab. Marsha hanya menghela napas panjang dan membelai puncak kepalanya dengan sayang. Ia masih mengingat bagaimana keluhan dan kesedihan Derren kemarin malam. Cukup mengenai hatinya yang mudah luluh jika itu bersangkutan dengan suami kecilnya. Tapi tak ada kata istirahat untuk mengenang seseorang—walau itu adalah Ibu Mertua yang pernah tinggal bersama dengannya beberapa minggu. “Daniel.” Marsha memanggil dengan tegas. Lelaki yang sedari tadi berdiri di belakang pintu di sisi luar, akhirnya memberanikan diri untuk masuk dan mengganggu kemesraan kedua patsuri itu. “Apa yang ingin kamu sampaikan? Dari tadi aku melihatmu berdiri di luar dengan ragu-ragu.” Marsha turun dari ranjang, namun  saat satu kaki Marsha baru turun, Derren segera memeluk perutnya dengan mata terbuka lebar—lelaki itu benar
last updateLast Updated : 2023-11-10
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status