Home / Rumah Tangga / Istri Hadiah Taruhan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri Hadiah Taruhan : Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

Ibu Mertua

"Barra dengan seorang wanita dan seorang bocah laki-laki sedang berbelanja di sana. Siapa orang itu, Ren?" tanya Bu Diana."Waktu itu kan Ibu melihatnya, kenapa Ibu tidak langsung menegur dan bertanya siapa perempuan yang bersamanya itu?" Tentu saja Rena juga tidak tahu siapa perempuan yang bersama suaminya itu."Waktu itu Ibu sudah selesai belanja dan berada dalam mobil. Sebenarnya Ibu ingin turun lagi dan menghampiri Barra di sana, tapi Pak Burhan keburu menjalankan mobil dan masuk ke jalan raya." elak Bu Diana.Padahal sebenarnya Bu Diana tidak berani menghampiri Barra, karena di dalam pusat grosir itu banyak orang yang belanja. Melihat takut, silap kata malah jadi masalah."Setahuku Barra membawa ibunya dari kampung bersama dengan seorang adik sepupunya yang baru saja di ceraikan oleh suaminya. Katanya akan dibawa ke sini sekalian menjaga ibunya." Rena mencoba mengingat apa kata suaminya itu."Oh, begitu. Wanita yang bersamanya itu bisa jadi sepupunya itu.""Menurut Ibu, masa depa
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more

Mengurus Ibu Mertua

Rena masuk ke dalam rumah itu. Karena memang Rena punya kunci sendiri. Kunci yang satu lagi sudah diambil Barra, sebelum dia menjemput ibu dan sepupunya."Assalamualaikum." Rena mengucapkan salam ketika masuk ke dalam rumah itu.Wanita tua yang duduk di kursi roda, bersuara tidak jelas seperti menjawab salam Rena. Dan terlihat bibir itu seperti bergerak. Kelihatannya karena penyakit stroke yang dimilikinya, ibu Barra tidak bisa bicara dengan baik."Ibu, saya Rena." Rena mencoba membangun komunikasi dengan memperkenalkan diri pada wanita tua yang duduk di kursi roda itu. Tapi, ternyata beliau hanya memandang Rena, tanpa reaksi apapun lagi."Mas, Barra mana, Bu?" tanya Rena.Beliau menggeleng-gelengkan kepalanya. Mungkin itu pertanda beliau tidak tahu di mana anak laki-lakinya itu berada."Tapi tadi dia di sini juga?" tanya Rena lagi.Kali ini beliau menganggukkan kepalanya. Hal itu cukup buat Rena mengetahui bahwa Barra tadi memang ada di dalam rumah ini."Ibu, sudah mandi?" Beliau me
last updateLast Updated : 2023-08-13
Read more

Lingerie

"Sorry, Bos. Aku terlambat datang. Soalnya tadi harus mengurus ibuku dulu.""It,s oke, Barra. Yang penting kamu datang hari ini. Soalnya ada tugas yang harus kamu kerjakan." kata Alvin."Apa itu Bos?""Aku ingin kamu mengaudit perusahaan di kantor cabang. Dan untuk itu aku tugaskan kamu di sana selama satu minggu." Barra tersentak mendengar omongan pimpinan perusahaan itu."Satu Minggu? Apa tidak bisa di kurangi, Bos?"Sepertinya Barra kurang suka dengan dinas ke luar kotanya ini. Karena dengan begini berarti dia harus berjauhan dengan Silvia. Padahal dia baru saja membuat Silvia dekat dengannya."I'am sorry, bro. Aku tahu ini masih masa bulan madu kalian. Tapi aku terpaksa melakukan ini. Karena di perusahaan cabang itu sedang terjadi masalah keuangan yang sangat besar. Dan kamu sebagai manajer keuangan di perusahaan pusat ini, wajib mengaudit keuangan di sana. Aku percaya padamu kamu mampu melaksanakan tugas ini dengan baik."Alvin berpikir Barra keberatan pergi, karena masih menjadi
last updateLast Updated : 2023-08-14
Read more

Siapa Tidur Di Ranjangku? (POV RENA)

Mulai malam ini aku tidur di rumah ini untuk seminggu ke depan sampai Mas Barra selesai dinas luar kota. Dia tidak tahu aku akan tidur di sini. Dia pikir ibu akan di sini bersama perawat yang aku cari untuk seminggu ke depan.Sebetulnya aku bisa saja membiarkan Imah, perawat yang ku booking untuk merawat ibu ini disini menjaga Ibu sendirian. Tapi entah kenapa, aku tidak tega melihat mereka hanya berdua saja di sini. Sebabnya aku memutuskan ikut tinggal di sini saja. Serta melawan rasa traumaku atas rumah ini.Ibu mertua sudah tidur dari tadi di kamarnya. Begitu juga Imah. Dari sore ini aku bersama mereka dan aku melihat Imah begitu telaten mengurus ibu mertuaku. Sepertinya aku bisa mempertimbangkannya untuk terus bekerja di sini. Karena dia memang spesialis merawat orang jompo. Bukan seperti sepupu Mas Barra itu. Yang sampai sekarang pun aku belum pernah berjumpa dengannya.Sebetulnya aku trauma berada di rumah ini. Rumah yang membawa kenangan buruk untukku. Rumah yang ku rencanakan
last updateLast Updated : 2023-08-15
Read more

Kepulangan Mas Barra. (POV RENA)

"Bu, Rena tidak mengerti maksud apa yang Ibu ucapkan." Aku tidak tahu harus berbuat apalagi. Sementara ibu mertuaku tetap berusaha berkomunikasi dengan kami. Tetap saja kami tidak mengerti apa yang diucapkannya."Nanti Rena cari pengobatan buat Ibu. Jadi Ibu harus semangat untuk sembuh, ya? Agar kita bisa bercerita dan bercengkrama."Aku berusaha menyenangkan hati mertuaku. Setelah ini akan aku cari tempat terapi yang bagus untuk kesembuhannya. Aku optimis beliau bisa sembuh kalau dapat penanganan yang tepat.Terlihat semburat senyum di bibir tuanya itu. Aku sedikit lega, bisa membuatnya tersenyum. Walaupun usia senja dan terkurung di tubuh lumpuh seperti itu, wajah ibu mertuaku ini masih terlihat sangat cantik. Mungkin dulu di usia mudanya beliau termasuk wanita yang berparas cantik. Dan aku yakin, Mas Barra yang tampan itu karena ibunya juga cantik."Imah, besok aku akan cari-cari informasi tentang di mana tempat terapi yang bagus untuk penderita stroke. Dan aku mau kamu mendampin
last updateLast Updated : 2023-08-16
Read more

Sepupu Kesayangan

"Minggir gak, Mas!""Aku capek dan ingin masuk ke kamarku!" Aku sudah lelah di tambah tingkah Mas Barra yang makin membuat aku naik darah. Rasanya berbaring di kasur empuk milikku itu bisa membuat semuanya hilang."Jangan, Ren.""Kenapa, Mas. Itu kamarku. Dan aku berhak untuk masuk ke sana tanpa dihalangi oleh siapapun." Aku melirik sinis ke arahnya.Masih belum mengerti apa maksud Mas Barra ini melarangku masuk sendiri ke dalam kamarku sendiri. Kalaupun saat ini sepupunya memang tidur di kamarku, akan ku suruh dia keluar. Lalu kubilang pada Mas Barra agar mencarikan dia rumah kost. Karena aku tidak mau dia tinggal di sini."Ehm ... Sebenarnya aku lapar, Ren. Aku ingin kamu temani aku makan di bawah."Tiba-tiba dia bersikap manis sekali. Ada apa dengannya?Mas Barra merangkul pundakku dan membawaku turun menuju meja makan. Mungkin dia pikir dengan memperlakukan aku seperti ini, aku bisa mengurungkan niatku untuk tidak melanjutkan niatku naik ke atas kamarku.Tidak ....Aku akan meng
last updateLast Updated : 2023-08-17
Read more

Kenyataan Pahit

"Jelaskan padaku apa maksud perkataan sepupumu ini, Mas.""Sepupu katamu?" "Lalu kalau kamu bukan sepupunya Mas Barra, kamu siapa?""Jelaskan dong padanya, Mas. Kamu jangan diam saja seperti itu."Sementara Mas Barra hanya diam saja. Tidak ada pembelaan sedikitpun kepadaku. Padahal dia sendiri yang mengatakan kepada kepala sepupunya itu sedang tidur di kamarku.Aku jadi semakin penasaran siapa sebenarnya wanita yang sekarang tidur tanpa berpakaian lengkap di atas ranjangku ini?"Begini, Ren. Sebenarnya aku ingin menjelaskan kepadamu. Tapi aku pikir ini bukan waktu yang tepat. Sebaiknya kita tinggalkan saja dulu rumah ini kita bicara baik-baik di tempat lain." Mas Barra malah membuatku tambah naik pitam."Enak sekali kamu bicara seperti itu. Sementara aku diam saja kalau ada wanita lain tidur di atas ranjangku?" Aku tidak terima dengan omongannya"Bukan begitu, Ren. Kita tidak perlu ribut-ribut di sini. Kasihan ibu yang mendengarnya. Nanti kalau beliau tambah sakit karena memikirkan
last updateLast Updated : 2023-08-18
Read more

Aku Dijadikan Taruhan

"Sudahlah. Sekarang kita berdua adalah istri Mas Barra. kamu jangan takut. meskipun aku istri pertamanya, tapi kami menikah siri. Dan kamu adalah istri diatas kertasnya. Meskipun begitu aku punya hak penuh atas suamiku karena tanpa izinku, dia tidak bisa menikahimu.""Tapi tidak untuk tubuhnya. Katakanlah dia telah khilaf melakukan kesalahan dan melanggar kesepakatan kami. Tapi aku harap itu yang pertama dan terakhir dia bersamamu diatas ranjang."Lantang sekali dia bicara. Seakan aku ini harus tunduk pada omongannya. Dia pikir dia bisa mengatur hidupku."Kamu pikir aku mau mengikuti permainan kalian?""Aku tidak gila. Yang hanya demi status mau menderita."Aku harus tegas. Karena aku tidak ingin hidupku terus-terusan dalam belenggu pernikahan tanpa kejelasan. Aku masih bisa ajari laki-laki yang lebih baik dari dia. Bahkan jauh lebih baik lagi, daripada seorang Laki-laki yang menikahi wanita demi satu tujuan kotornya itu."Apanya yang menderita? kamu bisa punya suami tanpa harus ditan
last updateLast Updated : 2023-08-19
Read more

Terbebas Dari Maut

Mobil yang ku kemudikan melaju kencang di jalan raya. Aku sudah tidak sadar, berapa kecepatan yang kubuat untuk melarikan mobil ini sekencang itu. Yang kutahu saat ini aku harus menjauh dari mereka. Membawa sakit hati ini ke tempat yang jauh. Tanpa menghiraukan bahaya yang mengintaiku di jalanan.Aku merasa diriku saat ini tidak berguna. Begitu mudahnya terperdaya oleh mulut manis lelaki itu. Hingga akhirnya kuratapi nasibku ini. Hanya karena takut tidak laku kawin dan dijuluki perawan tua, dengan umur yang sudah cukup untuk membina rumah tangga. Aku memilih di nikahi oleh orang yang datang hanya dengan mengatakan menerimaku apa adanya.Harusnya aku menelisik dulu bagaimana sebenarnya orang yang kunikahi itu. Kalau saja aku melakukan itu sebelum menerima Barra menjadi suamiku, mungkin tak kurasakan sakit seperti ini.Aku pikir dia lelaki yang baik hati yang mau menerima kekuranganku. Ternyata dia laki-laki yang memanfaatkan kelemahanku untuk kepentingannya sendiri. Teganya dia menjad
last updateLast Updated : 2023-08-20
Read more

cinta Masa Lalu

"Rena ...." Aku tidak salah. Itu suara Baskoro. Aku masih mengingat jelas suara itu. Suara yang sudah bertahun-tahun tidak pernah kudengar lagi. Aku melihat ke arah lelaki yang menyebut namaku. Di belakangnya berdiri orang yang setia menemani dan mengurusku dari kecil, Bi Inem."Non Rena ....""Ya Ampun, Non. Apa yang terjadi."Di Inem menghambur ke arahku. Memegang pipi dan tanganku."Apa yang sakit. Tidak ada yang luka parah kan?" Bi Inem tak henti mengkhawatirkan keadaanku. Sambil menelisik ke seluruh tubuhku, mencari bagian mana yang mungkin ku rasa sakit."Gak ada, Bi." Aku menggelengkan kepala."Bibi kok ada di sini?""Tadi barusan dari rumah Baskoro. Rencana mau pulang ke rumah. Kebetulan lewat di sini ternyata melihat ada kecelakaan. Bibi lihat itu seperti mobilnya Non Rena. Makanya Bibi aja Baskoro berhenti untuk melihat secara langsung. Ternyata memang benar, Non Rena yang kecelakaan.""Bibi takut, Non. Melihat dari jauh keadaan mobil ini, Bibi pikir supirnya sudah mati.
last updateLast Updated : 2023-08-21
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status