Semua Bab Perempuan Pilihan Istriku : Bab 21 - Bab 30

34 Bab

20. Bertemu Radit

Ryan memelankan laju mobilnya, menurunkan kaca menyapa satpam yang berjaga di pos gerbang cluster Ganesha."Kenapa?" tanya Ryan kemudian karena dilihatnya Rani menghembuskan nafas beratnya. "Apakah kau tidak akan pernah siap menjadi istriku, Rani. Karena ada pria lain yang kau inginkan menjadi pendampingmu.""Siapa?" pancing Rani bertanya."Radit." Tepat di saat Ryan menyebutkan nama sahabatnya itu. Pandangan keduanya tertuju pada mobil putih yang terparkir di carport rumah Ryan.Rani amat mengenal siapa pemilik mobil itu. Mobil dengan logo rumah sakit Muslimat tempatnya bekerja sebagai perawat di sana."Mas Radit, kenapa bisa sampai kemari," gumam Rani seraya melirik Ryan yang mengernyit. Seolah penasaran dengan tamu yang bertandang ke rumah barunya.Ryan memarkirkan mobil putihnya tepat di sebelah mobil hitam yang terparkir di carport rumahnya."Masuklah dulu, lihat anak-anak ... aku turunkan belanja untuk dibawa ke dapur," pinta Ryan pada Rani karena pastinya anak-anak mencari mam
Baca selengkapnya

21. Tajdidun Nikah

Ryan memeluk dengan begitu erat. Kedua tangan Rani hanya bisa terkulai bebas di samping badannya."Maafkan aku, Rani. Maaf, maaf, maaf ... untuk semua sikap kasarku selama ini. Aku suami yang sangat dzolim padamu. Radit sudah bercerita semuanya, aku yang salah karena menyimpulkan sendiri tanpa mencari tahu kebenarannya."Ungkapan maaf dari Ryan barusan bagaikan aliran air dingin membasahi dahaga seorang musafir. Begitu menyejukkan, hingga tanpa diminta tangis haru Rani membasahi kedua pipinya. Demikian juga Ryan, tangis sesal juga tak bisa ia bendung."Semoga aku tidak terlambat untuk meminta maaf padamu."Rani menggelengkan kepalanya. Mungkinkah doa-doa panjangnya telah dikabulkan oleh Yang Kuasa. Di saat ia hampir menyerah, Allah kirimkan Radit untuk membuka takbir salah paham Ryan selama lima tahun ini."Mas berangkat ke kantor dulu. Sekali lagi maaf, dan terima kasih sudah bersabar hingga detik ini, dengan segala kedzoliman yang mas lakukan padamu, Ran." Ryan mengurai pelukannya.
Baca selengkapnya

22. Aku Mencintaimu

Bu Ilmi, Anida dan Wafa mendampingi Rani. Di belakang mereka ada Umar dan kedua orang tuanya. Mereka duduk berseberangan dengan keluarga besar dari Ryan.Dari keluarga Ryan. Ada Faiq berdampingan dengan Aisha. Tak ketinggalan sahabat dari Bu Ilmi yakni Bu Dewi, nenek Ryan yang ditemani oleh Tamara, Aida serta Syarifah mama mereka. Ryan sendiri diapit oleh Azzam, sepupunya dan Faiz. Papa dari Faiq, adik kandung ibu Ryan.Suasana mendadak hening saat Ryan kembali menjabat tangan Leo Bagaskara selaku wali dari Raisa Maharani, istrinya. Bedanya di samping Leo sekarang ada bapak penghulu yang menyertai prosesi ijab kabulnya kali ini.Akad nikah berjalan lancar. Ryan mengucapkan ijab kabul dengan sangat lantang dan tegas dalam satu kali tarikan. Semua orang berada di dalam masjid menyaksikan pernikahan Ryan dan Rani menyuarakan kata 'sah' tak kalah antusias dengan pria yang mengucap akad nikah itu. Setelahnya bapak penghulu memimpin doa untuk kebahagiaan kedua pempelai.Usai akad nikah di m
Baca selengkapnya

23. Bertanggung Jawab

[Tamara itu Ryan menikah dengan siapa?]Ada pesan masuk, mengomentari status whatsapp yang Tamara unggah pagi tadi.[Dengan adik angkat dokter Felliana, Bibi Neli] Balas Tamara dengan hati berdebar. Lucia, sepupunya pernah bercerita. Istri dari pamannya itu, menentang keras niat Ryan menikahi Rani lima tahun lalu.[Kok, enggak ada yang kasih tahu kami, Tamara]Protes bernada tidak terima terbaca dalam pesan bibi Tamara itu.[Bibi 'kan, sedang menemani paman tour wisata. Jadi tidak mungkin datang. Kami pun baru diberitahu Mas Ryan malam Jumat kemarin 😊] balas Tamara.[Malam Jumat! Baru tidak ada yang mengabari kami] cerca Bi Neli dalam pesannya lagi.Tamara bukannya tidak mau memberitahu bibinya itu. Namun, Bu Dewi sang nenek sudah melarangnya saat akan memberitahu undangan akad nikah Ryan dan Rani. Untuk alasannya, Bu Dewi hanya mengatakan tidak suka kalau bibinya itu hadir di acara bahagia pimpinan Giro Albanna itu.[Andai diberitahu. Bibi tidak bisa hadir juga. Karena baru besok '
Baca selengkapnya

24. Hanya Berdua

"Alhamdulillah kenyang. Sekalinya membahagiakan pasangan kita itu, membutuhkan banyak energi, ya," ucap Ryan sembari mengerlingkan sebelah mata ke arah Rani yang duduk berseberangan dengannya. Rani mencebik menanggapi gurauan suaminya itu. Kalau boleh jujur, badannya serasa rebuk sekarang ini. Sepulang dari jamaah Ashar, Ryan kembali mengajaknya bercinta di kamarnya lantai atas."Ini amunisi untuk malam pertama kita nanti, Sayang," ucap Ryan enteng.Saat ini keduanya sedang menikmati puding. Setelah sebelumnya menyelesaikan makan malam dengan lauk dan sayur yang disiapkan Rani siang tadi."Hah, lagi?""Tentu."Rani hanya mampu memutar bola matanya. Lantas ia berdiri menaruh bekas makan malam mereka di wastafel. "Yang dilakukan malam pertama kayak tadi, 'kan?" Tanya Rani lagi dengan kedua tangan terampil menyabun piring dan gelas.Ryan tidak dapat menahan tawanya, mendengar pertanyaan istrinya. "Lha iya, tapi sebentar malam dandan cantik memakai lingerie. Pakai yang warna maron, ya
Baca selengkapnya

25. Endingnya Ikrar

"Jam berapa, rombongan Radit datang, Kak?" tanya Bu Syarifah pada Tamara yang duduk dengan gelisah."Harusnya sudah sampai ini, Mam. Apa terjebak mancet, ya. Pesanku belum dibacanya juga," jawab Tamara dengan wajah gelisah. Wanita itu tampil sempurna dengan setelan kebaya berwarna pink rose. Senada dengan gamis yang dikenakan mama, Aida dan Aisha.Bu Syarifah menepuk pundak putri sulungnya. "Ya, sudah. Kayaknya terjebak macet, Sayang.""Semoga kalaupun iya, enggak lama terjebak macetnya. Papa juga kenapa pakai pasang tenda undang semua warga komplek, kalau mas Radit enggak jadi datang. Apa enggak malu, kitanya," sungut Tamara kemudian.Karena hampir setengah jam dari waktu yang diperkirakan kedatangan rombongan Radit. Sosok pria itu belum juga nampak."Astaghfirullahal'azim, Nak. Kok malah nyumpahin diri sendiri gitu, sih. Enggak baik itu. Mama yakin Radit bukan orang seperti itu. Papa menyiapkan ini semua karena sudah dibicarakan dengan Radit juga orang tuanya.""Ya, kalau enggak jad
Baca selengkapnya

26. Gemuruh

Acara buka bersama dalam rangka tasyakuran atas penikahan Radit-Tamara berjalan lancar di kediaman keluarga Ardiansyah, Bogor. Acara yang dihadiri kerabat dan tetangga sekitar rumah itu, cukup meriah.Ketika acara berbuka telah usai. Pembawa acara mengarahkan tamu undangan untuk melaksanakan salat Tarawih di masjid komplek perumahan Seroja. Ada sebagian yang memilih langsung pulang ada yang melaksanakan salat Tarawih di sana.Setelah semua orang kembali ke rumah masing-masing, Radit pun mengajak Tamara masuk ke kamarnya."Tadi sebelum berangkat, Mas lihat rambutnya basah. Sudah suci rupanya." Radit hanya memastikan saja, padahal dia tadi melihat istrinya salat Maghrib juga ikutan jamaah Tarawih dengan rombongan keluarganya."Hmm ...."Tamara menjawab dengan gumaman. Radit tersenyum, langsung memeluk tubuh istrinya itu. "Ya, sudah. Mas siap-siap dulu ya, Sayang.""Siap-siap mau kemana?""Membawamu ke nirwana."Jawaban dari Radit tak urung membuat Tamara memutar bola matanya.Radit terk
Baca selengkapnya

27. Tunas Yang Terenggut

Rani terkesima begitu tiba di rumah Pak Faiz suasana sangat rame. Setelah sungkeman secara singkat tadi. Dirinya permisi membawa kembar ke taman belakang. Ditemani Aida menjaga Fathiya dan Fatih dirinya bisa bercengkrama dengan kerabat Ryan secara lebih dekat.Lucia dan ibunya hanya memperhatikan Rani dengan tatapan tak suka dari tempatnya menikmati hidangan yang ditata secara prasmanan itu. "Ma ... harusnya aku yang duduk disana. Disapa dan disambut ramah sebagai istri mas Ryan. Bukan perempuan itu. Beruntung sekali dirinya dipungut anak oleh Bu Ilmi. Jadi, bisa menggantikan posisi dokter Felliana menjadi ibu untuk anaknya mas Ryan.""Sudahlah, Lucia. Mama sadar sekarang, sesuatu yang dipaksakan itu ... tak akan pernah baik akhirnya. Benar kata nenekmu, kalau dasarnya jodoh. Mau dipisahkan kayak manapun. Akhirnya bersatu juga. Itu, yang bisa mama lihat dari Ryan dan Rani.Lihatlah kembar juga nyaman dengan perempuan itu. Dulu mungkin, Ryan ingin menikah dengan gadis yang dicintai. N
Baca selengkapnya

28. Mengikhlaskan

Laksman tidak membawa mobil ke area parkir klinik melainkan putar balik ke tempat dia berjumpa dengan Leo menggendong kakaknya tadi. Dia masih berharap apa yang didengar tadi tidaklah benar. Tanpa sengaja dia mendengar instruksi kakaknya dengan seseorang di telepon, yang mengarah pada tindakan kriminal.Saat pandangan Laksman menemukan sebuah gudang tua. Ia memelankan laju mobil Tamara hingga berhenti di samping Jeep milik kedua preman yang dihajar oleh Leo tadi.Laksman bergegas masuk ke dalam gudang, yang pintunya telah dirusak oleh Leo tadi. Begitu memasuki gudang, dia menghampiri dua preman yang masih tak bergerak. Keduanya tergeletak di lantai penuh dengan luka.Dengan langkah berhati-hati ia mendekati kedua preman itu. Ragu, apakah kedua preman dalam keadaan sadar atau pingsan, Laksman mengoyangkan salah satu kaki preman dengan kaki kanannya.Pemuda itu terjingkat, ketika terdengar dering ponsel dari saku celana preman sebelah kiri kakinya. Laksman bergegas mengambil ponsel itu,
Baca selengkapnya

29. Benang Merah

Hari ketiga dirawat di rumah sakit. Rani meminta Ryan untuk menguruskan kepulangan. Ia sudah merindukan kedua anak mereka."Mas tidak berani memutuskan sendiri. Kita tunggu apa kata dokter. Setelah itu pertimbangan dari mama Ilmi.""Kurasa aku sudah cukup istirahatnya, Mas. Di sini aku tak melakukan aktivitas apapun. Nanti Mas Ryan bantu aku ngomong sama Mama, ya."Rani merasa kesehatannya telah pulih, kondisi badannya kembali fit pasca keguguran. Di rumah sakit dirinya memang dia diperbolehkan beraktivitas berlebihan. Kondisinya pun terus mendapat pantauan langsung dari dokter kandungan."Mau ke rumah kita atau tetap ke rumah mama Ilmi?" tanya Ryan seraya membelai pipi wanitanya itu."Senyamannya Mas Ryan saja. Aku ikut.""Kalau pemeriksaan dokter menyatakan sudah pulih. Kita pulang ke rumah kita saja, ya.""Hu um." Rani mengangguk seraya tersenyum menatap pria di depannya itu."Sayang, Mas tanya sekali lagi. Benar, kamu tidak mau mengusut kasus ini. Atau sebenarnya kamu sudah tahu.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status