Home / Pernikahan / Mimpi Buruk di Kamar Adik Ipar / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Mimpi Buruk di Kamar Adik Ipar: Chapter 31 - Chapter 40

49 Chapters

CHAPTER 31 (Serangan Tante Fenny)

Plak! Pipiku memanas saat mengunjungi kandang anak-anak peliharaan Mami. Malas rasanya kembali ke tempat palac*ran murahan ini. Aku hanya ingin mengambil beberapa barangku yang masih tertinggal dan kembali ke kontrakan yang kutinggali akhir-akhir ini. Sementara aku menolak untuk tinggal di penthouse milikku yang masih atas nama Tante Fenny. Huh! Menyebalkan sekali! Bagaimana mungkin Om Ashraf pernah berniat ingin menikahi pelac** tua itu, dan baru saja dia menamparku dengan bringas. "Dasar setan kecil! Lo rebut pacar gue! Mati lo!!! Dia menampar dan menjambak rambutku seperti kesetanan. Beruntung ada Mami yang melerai, karena anak-anak peliharaan Mami yang lain tak ada yang berani mendekat u tuk memisahkan kami. Tante Fenny adalah orang nomor dua disegani di tempat ini, itulah alasannya. "Lo yang setan! Binatang lo! Pelac** tua murahan! Aku tak kalah mengeluarkan sumpah serapah. Sepertinya Tante Fenny benar-benar marah padaku setelah mendengar aku dan Om Ashraf telah berganti st
Read more

CHAPTER 32 (Kenyataan Baru)

"Fara?" ucap Akram saat melihat kehadiranku. Ingin rasanya aku ber-euforia saat melihat keantusiasan wajah tampan laki-laki incaranku ini saat menyambutku di rumahnya yang sangat mewah. Dulu--saat aku baru mengenal Akram, aku pernah mengatakan padanya bahwa aku sangat ingin tinggal di rumahnya yang mewah, dan sekarang seolah keberuntungan berpihak kepadaku, akhirnya aku masuk sebagai anggota keluarga di rumah ini. Selama ini aku tak menyangka bahwa rumah yang ditempati oleh Akram dan keluarganya lebih pantas disebut istana dunia modern. Wah! Termyata suamiku kaya sekali. Aku memang pernah mengutus seorang tukang kebun untuk memasang jimat di rumah ini, tapi aku tak sekali pun pernah bertanya padanya semewah apa kediaman target guna-gunaku. Aku menelisik ke sekitar rumah yang mampu kujangkau dengan pandangan, di manakah tukang kebun itu meletakkan jimat pemberianku? "Fara adalah adikmu dari kesalahan Papa di masa lalu, Akram. Maafkan Papa." Suamiku mulai berakting di samping tubuh
Read more

CHAPTER 33 (Pergi)

Beginikah rasanya perasaan seorang istri yang dikhianati oleh suaminya? Meski aku yakin bahwa perasaanku kepada suamiku tak sedalam itu, tapi tetap saja perih ini tak terelakkan. Dia telah mengkhianatiku dan tidur bersama perempuan lain. Sepasang manusia laknat itu terkejut atas kehadiranku. Om Ashraf refleks menutupi tubuhnya dengan selimut, sementara Tante Fenny bangkit dan berlari ke kamar mandi. "Fara, ini tidak seperti yang kamu bayangkan," ucap Om Ashraf. Tentu saja! Karena ini memang bukan sekedar bayanganku semata, melainkan kenyataan. Sesak di dada menghantarkan aliran panas yang jatuh di pipiku. What? Apakah aku menangis karena seorang pria? Tidak! Ini adalah tangis kebencian. Aku bersumpah akan membalas semuanya. Pantang bagi seorang Fara mendapatkan penghinaan seperti ini. Kuusap kasar air mata yang jatuh di pipi. Di saat bersamaan Tante Fenny keluar dari kamar mandi dengan mengenakan lingerie yang bagiku bukan hal tabu untuk melihat pemendangan seperti itu. Aku tahu pe
Read more

CHAPTER 34 (Gagal!)

Seperti yang seharusnya terjadi, tak ada seorang pun yang mampu mencegah kedekatanku bersama Akram, termasuk Om Ashraf sendiri. Bahkan, suamiku itu sekarang harus menelan pil pahit bahwa alat tempurnya tak lagi berfungsi untuk dia gunakan pada wanita lain selain diriku. Efek guna-guna ini sangat luar biasa. Siapa sangka seorang pria tampan dengan pesona yang luar biasa kini hanyalah pria loyo yang kehilangan keperkasaan, kecuali bersamaku. 'Kau tidak bisa mengkhianatiku lagi, Om!' ucapku dalam hati.Aku tersenyum sinis melihat kemesraan yang dia berikan pada Mama Widya, sementara aku menikmati kebersamaanku bersama Akram. Sesekali Om Ashraf melirikku dari kejauhan. Aku tahu dia cemburu. Biarlah, toh aku tidak pernah terang-terangan mengatakan bahwa aku menyukai putra semata wayangnya. Meski demikian, aku masih bisa menjaga sikap. Aku tak ingin jika tindakanku terlihat terlalu kentara ingin mendekati Akram. Dia adalah laki-laki yang kucintai, dia juga seorang calon pewaris tunggal dar
Read more

CHAPTER 35 (Mama Mertua Vs Fara)

POV Hafsa "Mas--" Lirih kuucapkan memanggil suamiku yang terbaring lemah di atas ranjang kami. Dia tidak mendengarku sama sekali. Besar inginku untuk segera menghampirinya. Namun, bukan hanya dia yang berada di atas peraduan kami, melainkan juga wanita lain yang menjadi sumber kerusakan rumah tangga kami. Siapa lagi jika buka Fara--adik kesayangan dari suamiku. Entah aku harus bereaksi seperti apa, hati ini begitu perih melihat pemandangan yang tak mengenakkan mata. Apalagi aku baru saja mendengar berita miring tentang mereka dari mantan rekan kerjaku tadi. Sekarang mereka justru memamerkan kemesraan di hadapanku. Fara begitu telaten menyuapi Mas Akram. Suamiku itu pun menikmati perlakuannya sambil menggenggam tangan Fara. Mereka lebih terlihat seperti pasangan yang romantis. Ah, mengapa tangan mereka saling menggenggam seperti itu, seolah mereka berdua bersama-sama meremas jantungku yang kian lama kian perih. "Udah," ucap suamiku sambil tersenyum tipis dengan suara yang lemah, seme
Read more

CHAPTER 36 (Dua Kutub yang Saling Bertemu)

Mas Akram menunjukkan sikap seperti bukanlah dirinya. Dia meraung, menjerit dan menggelepar seperti makhluk air yang terdampar di daratan, sementara Fara di sisinya terlihat sangat panik. "Mas, kamu kenapa, Mas? Ini aku Fara. Mas Akram ..." ucapnya mencoba untuk menyadarkan suamiku yang masih menggelepar. Aku pun meraih kedua kaki Mas Akram yang terasa dingin, tapi basah oleh keringat. Sentuhanku membuat Mas Akram menendang-nendangkan kakinya ke udara seolah mencoba untuk melepaskan diri dariku. Padahal aku hanya menyentuh--tidak lebih dari itu. "Pergi! Kamu 'gak sadar kalau dia 'gak suka kamu sentuh," bentak Fara padaku. Kesal! Tentu saja. Aku adalah istri sah Mas Akram. Aku lah wanita yang pernah menyentuh suamiku luar dalam. Tapi sikap Fara menunjukkan bahwa seolah-olah dirinya lah yang berhak menyentuh suamiku. Pelukan itu, sungguh membuatku semakin terbakar. Namun, aku bisa berbuat apa? Suamiku sendiri bahkan seolah menolakku, tapi justru membebaskan Fara menyentuhnya dem
Read more

CHAPTER 37 (Uskun)

Cukup lama Fara memelas di luar kamar, sementara Mas Akram terus terusan memanggilnya. Aku pun tetap membaca surah-surah syifa' sambil mengaktifkan ponselku dan berbalas pesan dengan Via. Kukirimkan pesan berulang kali ke ponsel mama mertua. Jujur saja aku kepikiran dengan putraku yang sejak tadi kuabaikan. Aku tak punya pilihan lain selain tetap berada di ruanganan ini. "Apa gue perlu nyamperin rumah lo?" tanya Via padaku. Dia pun mengkhawatirkan keselamatanku. Dia takut jika Mas Akram mengamuk karena aku mengunci diri bersamanya, atau kenekatan Fara yang bisa saja terjadi. Di saat yang bersamaan mama mertuaku mengirim pesan ke ponselku, "Mama bawa Zubair berobat ke ustadz, anak kamu rewel banget, Hafsa. Nanti mama jelaskan di rumah, mama gak lama, kok. Pantau terus suamimu. Kalau ada apa-apa kabarin mama ya," ucap mama mertuaku memberi wejangan. Aku sedikit lega meski rasa panik itu belum sepenuhnya hilang. Tangisan Fara yang pilu masih terdengar di depan pintu, tangisan yang m
Read more

CHAPTER 38 (Berubah)

"Hafsa, Mas lapar," ucap Mas Akram saat gelap memeluk bumi. Kupaksakan diri ini tersadar. Rupanya sudah dua jam aku tertidur di sisi suamiku. Ah ... Tubuhku benar-benar letih dengan payuda** yang membengkak. Seharian ini aku tak menyusui Zubair. Apa boleh buat, saat ini dia harus kukalahkan sejenak. Aku terpaksa fokus pada kesembuhan Mas Akram yang tak boleh lepas dari pantauanku. "Mas ..." ucapku bergeser mendekatinya. Wajah tampan suamiku yang tersenyum membuat letih ini terbayarkan. Jarang sekali dia menghadiahiku senyuman semanis itu. Namun, hati ini kembali tercubit manakala kumengingat bahwa senyuman yang serupa selalu dia berikan pada Fara. "Mas lapar," ulangnya. Tentu saja, sejak tadi dia tidur dan terus meracau. Lepas Isya' barulah dia sedikit tenang sehingga aku bisa beristirahat di sisinya. Selama itu dia tidak memakan apa pun. Bahkan, seingatku dia sempat memuntahkan seluruh isi perutnya. Aku yakin dia tertidur dalam keadaan perut yang benar-benar kosong."Maaf Mas, a
Read more

CHAPTER 39 (Api)

"Aaaa! Api ... Api ..." Tiba-tiba saja percakapan kami terhenti saat terdengar teriakan dari lantai bawah. Aku dan Mas Akram meyakini bahwa itu adalah suara yang bersumber dari kamar Mama Mertua. Gegas aku berlari menuju sumber suara, sementara Mas Akram mengenakan celana piyama panjangnya dengan tergesa tanpa memedulikan tubuh bagian atasnya yang masih polos. "Ma, kenapa?" tanya Mas Akram. Aku justru takjub dengan suamiku sendiri, bukankah kondisinya masih belum sepenuhnya pulih. Tapi, pergerakannya begitu gesit saat berlari di belakangku tadi. "Api!!!" Mama Mertua kembali histeris dengan menunjuk tembok kamarnya. "Gak ada api, Ma. Mama cuma mimpi," ucap Mas Akram. Aku pun menoleh ke arah dinding tembok yang dimaksud. Benar kata suamiku, tak ada api di sana. Kondisi mama yang berkeringat dengan tempat tidur yang berantakan membuatku yakin bahwa beliau sedang bermimpi buruk. Segera aku menuju dapur untuk mengambil air minum, tapi sosok Fara yang berdiri di tangga membuatku hampir
Read more

CHAPTER 40 (Pengakuan Fara)

AKRAMSituasi sulit kini harus aku jalani agar aku bisa mengendalikan prasangka buruk mama dan Hafsa. Mau tidak mau aku harus sedikit bersandiwara di hadapan mereka. Maafkan aku, Fara ... Hanya dengan mengabaikanmu lah cara terbaik agar kita bisa terus bersama. Walau ingin rasanya aku meluapkan amarah pada mereka yang berusaha memisahkanmu dariku. "Hafsa, Mas lapar," ucapku ketika tengah malam. Sebelumnya aku mendapati istriku terlelap di sisiku. Kumanfaatkan waktu untuk menghubungi Fara-ku selagi Hafsa sibuk dengan mimpinya. Aku yakin Fara-ku tengah bersedih karena aku tak bisa menepati janji untuk tidur bersamanya malam ini dan malam-malam selanjutnya. Sadar ... Aku sungguh sadar akan posisiku sebagai seorang suami yang seharusnya memprioritaskan anak dan istriku. Namun, aku tak mampu melawan rasa untuk terus melindungi Fara. Aku pun tak sepenuhnya yakin jika Fara adalah adik biologisku. Kudengar bahwa ibu kandungnya merupakan mantan pekerja se* komersial. Seperti yang pernah dika
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status