All Chapters of Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO: Chapter 81 - Chapter 90

99 Chapters

Bab 81. Rasa cemas Renjana

Di dalam ruangan yang remang, Renjana duduk gelisah di sofa. Tangan kanannya menggenggam gelas anggur yang sudah hampir kosong, sementara jemari kirinya mengetuk-ngetuk meja dengan tidak sabar. Ia sudah memperhatikan gerak-gerik Akarsana sejak pernikahan itu terjadi, dan semakin hari, kecurigaannya semakin kuat. Dulu, ia tidak terlalu peduli. Baginya, pernikahan Akarsana dan Pelangi hanyalah bagian dari rencana besar mereka—mengamankan harta warisan Kayla sebelum akhirnya menyingkirkan Pelangi begitu semuanya berhasil mereka dapatkan. Tapi sekarang semuanya terasa berbeda. Akarsana terlalu perhatian. Terlalu lembut. Terlalu nyata dalam memainkan peran suami yang sempurna. Renjana menggeram pelan. Ia meneguk sisa anggurnya sebelum bangkit, berjalan mondar-mandir seperti seseorang yang dihantui oleh ketakutan besar. *** Prita baru saja pulang dari arisan ketika Renjana menyambutnya dengan wajah tegang. Wanita itu mengangkat alis, melepaskan mantel bulunya dengan gerakan anggun
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 82. Wanita masa lalu Akarsana

Hujan turun rintik-rintik ketika Naomi berdiri di depan rumah megah itu. Tangannya gemetar saat menekan bel, dan jantungnya berdetak kencang. Sudah lama sejak terakhir kali ia menginjakkan kaki di tempat ini, tempat yang dulu ia yakini akan menjadi rumahnya. Ia datang dengan harapan, dengan sisa keberanian yang ia kumpulkan setelah bertahun-tahun meninggalkan seseorang yang dulu ia cintai—Akarsana. Pintu terbuka dan di baliknya berdiri seorang wanita muda dengan wajah teduh dan mata yang jernih. Naomi terdiam. Ia tidak mengenal wanita ini. "Selamat siang!" wanita itu menyapa lembut. Naomi mengerutkan kening, ragu-ragu sebelum akhirnya berkata, "Aku... Aku ingin bertemu dengan Akarsana." Wanita itu tersenyum kecil. "Maaf, suamiku sedang tidak ada di rumah." Naomi merasa seolah bumi berhenti berputar. Suamiku? Kata itu bergema di kepalanya seperti tamparan yang tidak terduga. Pandangannya menajam, berusaha mencari tanda-tanda kesalahpahaman. "Suami?" suaranya bergetar. "Maksu
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 83. Kembalinya luka lama

Pelangi duduk di tepi ranjangnya, menatap kosong ke arah jendela yang masih basah oleh sisa hujan. Kepalanya dipenuhi dengan kata-kata Prita yang terus bergema dalam pikirannya. "Naomi itu dulu segalanya bagi Akarsana." "Cinta pertama sulit dilupakan." "Kalau bukan karena keadaan, mungkin mereka masih bersama sekarang." Pelangi menggigit bibirnya, berusaha menahan perasaan sesak yang menekan dadanya. Seharusnya ia tidak merasa seperti ini. Seharusnya ia percaya pada Akarsana. Tapi, bayangan Naomi yang berdiri di depan pintu tadi dengan ekspresi terluka dan penuh kehilangan, membuatnya ragu. Suara ketukan di pintu membuatnya tersentak. "Pelangi?" Pelangi menghela napas dan berusaha menyembunyikan perasaannya sebelum menjawab, "Masuk saja!" Prita membuka pintu dan menyandarkan tubuhnya di ambang pintu dengan ekspresi santai, seolah tidak menyadari badai yang tengah berkecamuk di hati Pelangi. "Naomi sudah setuju untuk tinggal di sini sementara waktu," kata Prita tanpa bas
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 84. Terlambat untuk kembali

"Apa?" katanya dengan suara lebih tinggi dari sebelumnya. "Ibuku mengizinkan dia tinggal di sini?" Pelangi mengangguk perlahan, melihat bagaimana rahang Akarsana mengatup kuat. Akarsana menghela napas tajam, lalu melangkah ke ruang tengah dengan langkah cepat. Ia tidak bisa percaya ini. Setelah semua yang Naomi lakukan padanya, bagaimana mungkin ibunya membiarkan wanita itu kembali ke dalam kehidupannya? Ketika ia sampai di ruang tengah, ia menemukan Prita duduk santai di sofa dengan secangkir teh di tangannya. "Ibu," suaranya terdengar dalam dan penuh amarah, "apa yang kau pikirkan?" Prita hanya melirik sekilas ke arah putranya dan meletakkan cangkir tehnya di atas meja. "Aku hanya melakukan apa yang menurutku benar." Akarsana menatap ibunya dengan tajam. "Membiarkan wanita yang telah mengkhianatiku tinggal di rumah ini? Itu yang ibu pikir benar?" Prita tetap tenang. "Naomi baru kembali ke kota ini dan tidak punya tempat tinggal. Aku tidak akan membiarkan seorang wanita
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 85. Rencana Naomi

Sofia bergegas mendekati kakaknya. "Kak, kau tidak perlu bicara dengannya. Dia—" "Tidak apa-apa, Sofia," potong Akarsana datar. Sofia menatap kakaknya dengan ekspresi tidak setuju. "Tapi...." "Aku bilang, tidak apa-apa." Nada suara Akarsana membuat Sofia terdiam. Dengan enggan, ia melirik Naomi sekali lagi sebelum berbalik pergi, masih dengan amarah yang jelas di wajahnya. Kini, hanya ada Akarsana dan Naomi di taman. Keheningan menyelimuti mereka. Naomi menggigit bibirnya, lalu memberanikan diri berkata, "Bisakah kita bicara di dalam?" Akarsana menatapnya lama sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Di ruang kerjaku. Lantai satu." Naomi mengikuti Akarsana masuk ke dalam rumah, hatinya berdegup kencang. *** Akarsana berdiri di dekat jendela, menatap keluar dengan punggung menghadap Naomi. Tangannya terkepal di sisi tubuhnya, menahan perasaan yang berkecamuk. Naomi duduk di sofa, merasa begitu canggung dalam ruangan yang penuh dengan kehadiran pria itu. Keheningan m
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 86. Bara dalam cinta

Pelangi berdiri di dapur, tangannya sibuk memotong buah. Meski begitu, pikirannya penuh dengan kejadian hari ini. Naomi. Wanita itu masih begitu cantik, masih begitu anggun, tapi yang lebih mengganggunya adalah bagaimana reaksi Akarsana. Suaminya memang marah, tapi di dalam kemarahan itu, Pelangi bisa merasakan ada emosi lain yang tersembunyi. Ia takut. Takut bahwa Naomi masih memiliki tempat di hati Akarsana. Pelangi tersentak dari lamunannya saat dua tangan melingkar di pinggangnya dari belakang. "Aku mencarimu," suara berat Akarsana terdengar di telinganya. Pelangi menegang sejenak, sebelum perlahan bersandar pada tubuh hangat suaminya. "Aku di sini," jawabnya pelan. Akarsana menariknya lebih erat ke dalam pelukan. "Aku tahu ini tidak mudah bagimu," katanya dengan suara yang lebih lembut. "Tapi aku ingin kau tahu satu hal." Pelangi menunggu dalam diam. "Aku tidak memiliki hubungan apa-apa lagi dengan Naomi," lanjut Akarsana tegas. "Aku tidak mencintainya. Aku tidak mengin
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 87. Luka yang terpendam

Pelangi ingin mempercayainya, tapi senyuman itu tidak sepenuhnya meyakinkannya. Dengan perasaan tak menentu, ia memilih untuk tidak mendesak. Namun, di dalam hatinya, ada bisikan kecil yang mulai mengusiknya. Apakah ini ada hubungannya dengan Naomi? Sebenarnya, sejak subuh tadi, Akarsana sudah merasa kepalanya berat. Begitu ia membuka matanya, ia menemukan pesan dari Naomi—sebuah foto lama mereka berdua. Dalam foto itu, Naomi ada di dalam pelukannya, tertawa bahagia. Itu adalah kenangan mereka dulu, saat semuanya masih terasa sempurna. Dan yang lebih mengganggunya adalah pesan yang menyertainya: "Kenangan tidak pernah benar-benar hilang, kan?" Akarsana mengembuskan napas berat. Ia tidak mengerti apa yang sedang direncanakan Naomi, tetapi ia tahu satu hal—wanita itu tidak datang ke rumah ini tanpa alasan. Dengan cepat, ia menghapus pesan itu. Ia tidak ingin Pelangi melihatnya dan salah paham. Namun, tanpa ia sadari, tindakannya justru menjadi awal dari sesuatu yang lebih besar
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 88. Percayalah padaku!

Dengan gaun tidurnya yang elegan, wanita itu berdiri di ambang pintu dengan senyuman lembut. "Kita perlu bicara," katanya pelan. Akarsana mengepalkan tangannya. Ia tahu ini hanya awal dari kekacauan yang lebih besar. Naomi menutup pintu perlahan dan berjalan mendekat. Dengan gaun tidurnya yang elegan dan rambut panjangnya yang tergerai sempurna, ia terlihat seperti ilusi dari masa lalu. "Akarsana," ucapnya lembut. "Kita perlu bicara." "Aku tidak punya urusan lagi denganmu," jawab Akarsana tegas. Naomi tersenyum tipis, lalu duduk di sofa seolah itu masih rumahnya. "Tidak bisakah kita berbicara sebagai teman lama?" Akarsana tertawa sinis. "Teman lama? Kau pikir setelah apa yang kau lakukan, aku masih bisa menganggapmu teman?" Naomi menunduk, berpura-pura merasa bersalah. "Aku tahu aku telah menyakitimu. Aku menyesal." "Menyesal?" Akarsana menatapnya tajam. "Kau meninggalkanku demi pria lain, Naomi. Kau menghancurkan segalanya, dan sekarang kau kembali seolah-olah tidak terj
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 89. Sesuatu yang seharusnya tidak berubah

Pelangi duduk di meja makan, mengaduk kopinya dengan tatapan kosong. Pagi ini terasa dingin, bukan hanya karena cuaca, tetapi juga karena hawa yang mengelilinginya.Ketika langkah kaki terdengar, ia mendongak dan melihat Naomi berjalan memasuki ruang makan dengan percaya diri, mengenakan gaun sutra tipis yang terlalu mencolok untuk pagi hari."Selamat pagi!" sapanya dengan senyum yang dipaksakan manis.Pelangi tidak menjawab. Ia hanya menegakkan punggungnya, mencoba mempertahankan harga dirinya.Naomi tertawa kecil. "Kenapa diam saja? Apa kau marah karena aku di sini?"Pelangi menggenggam cangkir kopinya erat. "Aku tidak punya alasan untuk marah. Aku hanya heran kenapa seseorang yang seharusnya tidak punya tempat di rumah ini masih saja berkeliaran."Naomi tersenyum, lalu duduk di kursi di seberang Pelangi. "Sayang sekali, sepertinya ibu mertuamu tidak berpikir begitu."Pelangi menahan napas. Ia tahu ibu mertuanya memang menyukai Naomi sejak dulu, bahkan lebih dari dirinya. Itu yang m
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 90. Tatapan terluka

Pelangi berjalan menuju taman belakang, mencoba menenangkan pikirannya. Udara sore yang sejuk seharusnya bisa meredakan kegelisahannya, tetapi pikirannya masih dipenuhi kata-kata Naomi. "Aku kembali untuk memastikan sesuatu yang seharusnya tidak pernah berubah." Apa maksudnya? Apa Naomi benar-benar berpikir bahwa ia masih memiliki tempat di sisi Akarsana? Pelangi meremas jemarinya sendiri. Tidak, ia tidak boleh membiarkan dirinya dikendalikan oleh ketakutan, tapi bagaimana bisa, jika bahkan ibu mertuanya tampak lebih memilih Naomi? "Kenapa kau terlihat begitu muram?" Pelangi tersentak dan menoleh. Akarsana berdiri di belakangnya, menatapnya dengan ekspresi lembut. Ia tidak langsung menjawab. Sebaliknya, ia hanya menatap suaminya, mencoba mencari sesuatu di dalam matanya. Bukti bahwa Akarsana tetap di sisinya. Bukti bahwa perasaannya tidak akan goyah hanya karena Naomi kembali. "Kau diam saja," kata Akarsana, berjalan mendekat. "Apa ada yang mengganggumu?" Pelangi menghela napa
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status