Semua Bab Jadi Miskin Di Hadapan Mertua: Bab 51 - Bab 60

403 Bab

KEKUATAN AJAIB DARI STATUS PNS

KEKUATAN AJAIB DARI STATUS PNS"Itu masalah Ifah kemarin, Ifah sebenarnya lari dari rumah dan menumpang pada Anisa, nah Anisa ini adik dari Mas Arif, Bu! Tapi sepertinya Hasan salah paham dan mengira Ifah memiliki hubungan yang tidak- tidak dengan Arif," jelas Mas Andri santai."Jadi niat Arif datang ke sini untuk meluruskan masalah yang terjadi, agar hubungan baik kekeluargaan kita tak pecah, bahkan Arif sampai izin Dinas pagi lo Bu, demi bisa bertemu engan keluarga kita," sambung Andri.Dinda sangat bergetar melihat Mas Andri mengatakan semuanya. Dia takut Ibu mertuanya terkena serangan jantung dan kaget. Dinda segera mengelus pelan tangan mertuanya menenangkan agar tak marah- marah."Bu, tahan ya Bu! Yang penting Ifah sudah pulang, ini hanya salah paham, ingat kita sedang di rumah sakit jika Ibu marah- marah lalu tensi tinggi maka nanti tak boleh pulang, biayanya semakin besar! Rugi bu," bisik Dinda pada bu Nafis.Tapi reaksi bu Nafis sangat membagongkan dan di luar prediksi Dinda.
Baca selengkapnya

JANGAN CAMPUR ADUKKAN ANTARA PEKERJAAN DAN PERASAAN!

JANGAN CAMPUR ADUKKAN ANTARA PEKERJAAN DAN PERASAAN!"Ya, Papa dapat laporan dari kantor cabang bahwa Hasan kinerjanya di kantor Madiun kok sedikit menurun. Ada apa? Memangnya kau tak mengawasi suamimu bekerja?" tanya papa Dinda."Din, walaupun dia suamimu harusnya kau profesional untuk bisa membedakan mana urusan pekerjaan dan mana urusan rumah! Jangan terus-terusan membela Hasan, Papa tak suka," sambung Papa Dinda."Dalam laporang terdapat dua keluhan fatal. Pertama dia sering pergi meninggalkan kantor jam bekerja, habis itu juga ada laporan bahwa pekerjaannya terbengkalai apalagi yang proyek bayar! kedua Hasan juga beberapa kali ada miss komunikasi dengan manajer IMS, harusnya Hasan lebih memperhatikan lagi, mana proyek yang menghasilkan dan tidak! Jangan sampai sekelas IMS di buat kecewa dong!" lanjut Papa Dinda."Din, meskipun kau anak Papa yang notabene pemilik perusahaan itu dan Hasan adalah suamimu tapi secara bisnis kalian itu karyawan Papa! Tolonglah jangan mencampur adukkan
Baca selengkapnya

DARAH APA?

DARAH!"Mas, tunggu Mas! Mas tunggu!" teriak Dinda.Hasan tak menggubris suara Dinda yang berteriak memanggilnya. Amarah yang bersatu dengan emosi memenuhi tunuh Hasan, dia segera beranjak ke kamar ibunya yang tak jauh dari sana."Arif! Bajingan! Keluar kau! Siapa kau masuk ke kamar inap ibuku! Lancang tak tahu diri! Lelaki brengsek! Siapa kau memangnya! Hah! keluar!" teriak Hasan dari luar.Hasan membuka pintu kamar dengan kasar. Tanpa banyak bicara dia langsung menuju ke arah orang asing yang kemungkinan besar itu Arif karena Hasan sendiri juga belum pernah bertemu atau mengenalnya. Tanpa tedeng aling- aling satu bogem mentah mendarat di bibir Arif.'Bugh' bibir Arif pecah mengeluarkan darah."Hasan! Hentikan Hasan! Gila kau ya? Hentikan!" Mas Andri berteriak sambil menghambur ke arah mereka."Astagfirullah!" semua orang menjerit bersama kaget dengan apa yang mereka lihat di depannya.Kejadian itu berlangsung sangat cepat dan di luar prediksi mereka semua. Segera Dinda menarik hem b
Baca selengkapnya

HAMIL?

HAMIL?"Pak, sepertinya istri anda, mengalami gejala keguguran tapi ini baru dugaan saja ya Pak. Kita akan pastikan lagi," jelas dokter jaga."Keguguran?" tanya Hasan."Astaghfirullahaladzim," gumam Zain."Ini kan baru dugaan saja Pak, semoga analisis saya salah. Agar lebih pasti kami merujuk untuk ke dokter kandungan sini, ada dokter Maya," kata dokter jaga."Baik Dok, kami ikut bagaimana baiknya saja. Lalu untuk kondisi istri saya sekarang bagaimana Dok?" tanya Hasan."Bu Dinda baru sadar dari pingsannya, belum bisa banyak di tanya," jawab dokter"Kita ke sana dulu, mari!" ajak dokter jaga."Halo, Bu Dinda! Bagaimana masih pusing?" tanya dokter jaga.Dinda hanya menganggukkan kepalany. Sekarang badannya rasanya lemas sekali. Dinda baru sadar tangannya sudah di infus. Entah sejak kapan infus itu menancap."Ibu, sekarang ibu akan di antar ke ruang USG dulu ya! Diantar oleh perawat untuk memeriksa keadaan Ibu lebih pasti dan akurat," jelas dokter jaga.Sekali lagi Dinda hanya menganggu
Baca selengkapnya

DILEMA CALON AYAH

DILEMA CALON AYAH"Janin itu sekarang belum kelihatan Bu! Ini baru terlihat kantong kehamilannya saja, sebenarnya itu cukup wajar di kandungan usia empat minggu, nanti kita evaluasi lagi ya," jelas dokter Maya menenangkan."Nah untuk mengatasi masalah pendarahannya nanti, kita akan menyuntikkan obat penguat kandungan ya! Untuk memastikan dan melihat kadar pendarahan berbahaya atau tidak kita harus menunggu beberapa jam ke depan. Ibu Dinda, untuk ibu kami mohon dengan sangat agar ibu total bedrest mulai sekarang, bisa?" tanya dokter Maya."Allah, iya Dok lakukan yang terbaik untuk janin saya Dok," pinta Dinda lirih."Kami sebagai Dokter selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk pasien Ibu Dinda dan Pak Hasan, jadi tenang saja ya! Kita hanya bisa banyak berdoa dan berpasrah pada Allah SWT," kata dokter Maya.Dinda hanya bisa menangis, rasanya menyesal sekali bayi yang di harapkannya selama ini harus mengalami hal semacam ini. Dia sekarang ini tak tahu bagaimana nasib janinnya, Dinda
Baca selengkapnya

MENGAPA AKU YANG SELALU HARUS MENGERTIMU, MAS?

MENGAPA AKU YANG SELALU HARUS MENGERTIMU, MAS?"Dinda harus bedrest total Mbak," jawab Hasan."Astagfirulloh, memang kenapa Dek?" tanya Mbak Alif khawatir."Apa ada cidera yang serius di kepalanya?" sambung Mbak Alif.Hasan menggelengkan kepalanya lemah. Dia melihat sosok Arif yang duduk di samping Mas Andri. Jujur saja dia masih menyimpan amarah yang mendalam. Sayangnya dia tak bisa melampiaskannya sekarang istrinya saat ini membutuhkan kehadiran dirinya."Ternyata Dinda tadi mengalami pendaharan, dia hamil empat minggu tanpa sadar kalau dirinya sedang hamil," jawab Hasan."Innalillhi, bagaimana kondisinya sekarang San?" tanya bu Nafis ikut panik.Bagaimanapun juga dia sangat mengharapkan kehadiran anak dari Hasan."Masih di UGD Bu, tadi sudah di tangani Dokter dan sudah USG! Pendarahannya sudah di tangani, ini mau di pindah ke ruang rawat inap! Apa dompet Hasan jatuh di sini?" tanya Hasan."Ya, ini Mbak Alif simpan," ujar Mbak Alif berjalan menuju tasnya.Mengambil dompet Hasan yang
Baca selengkapnya

HANYA SUAMI YANG DI MILIKI SEORANG ISTRI

HANYA SUAMI YANG DI MILIKI SEORANG ISTRIHasan memilih pergi dari ruang perawatan inap kamar Dinda. Dia memilih untuk pergi dari pada dia tambah emosi mendengar semua perkataan istrinya. Walaupun sebenarnya Hasan sendiri juga sadar, saat ini istrinya mungkin di fase bingung, marah, menjadi satu. Tapi apa daya Hasan pun sekarang juga sedang tidak stabil emosinya, karena masalah ibunya sekarang di tambah dengan Dinda, masalah keuangan yang semakin menipis, rasanya semua bercampur jadi satu."Ya, Allah! Harus bagaimanakah aku?" gumam Hasan lirih.Tak terasa air mata Hasan jatuh. Mungkin andai Abahnya masih ada, dia tak akan merasakan kesulitan seperti ini. Kesulitan ekonomi, kesulitan menentukan arah hidup, kesulitan segalanya, bercampur menjadi satu saat sepeninggalan Abahnua. Hasan duduk di bangku depan kamar Dinda, tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. Ternyata Mbak Alif datang dengan Mas Andri."Minumlah!" perintah Mas Andri sambil menyerahkan satu botol air dingin kepada Hasan.Mbak A
Baca selengkapnya

KEDATANGAN PAPA DINDA

KEDATANGAN PAPA DINDA "Ehhh, Arif dia...." jawab Mas Andri gugup."Kenapa Mas? Ya, Arif di man?" tanya Hasan. " Oh iya! Arif sudah pulang, dia memang ada jadwal dinas pagi hari ini. Wong tadi izin sebentar, dia menitip salam bahwa juga turut berduka atas kejadian yang menimpamu," jawab Mas Andri.Hasan tak mempedulikan ucapan Mas Andri. Dia hanya penasaran di mana keberadaan Arif lelaki yang mungkin akan selalu di bencinya. Lelaki yang merusak Ifah dan hampir menyelakai calon anaknya. Hasan masuk ke ruang rawat inap Dinda, terlihat Mbak Alif sedang duduk menasehati Dinda sambil menangis. Keduanya sama-sama menangis. Mbak Alif dulu memang pernah mengalami keguguran. Mungkin mereka merasakan perasaan yang senasib. Berkali- kali tangan Mbak Alif mengusap air matanya yang berjatuhan."Dek, maafkan aku!" kata Hasan sambil duduk di sebelah Mbak Alif.Hasan mengelus tangan Dinda. Dia benar- benar merasa menyesal dengan apa yang harus mereka alami."Maafkan Dinda juga Mas," kata Dinda meny
Baca selengkapnya

TAJAMNYA LIDAH MERTUA

TAJAMNYA LIDAH MERTUA"Itu, eh anu...em," kata Dinda bingung menjelaskan semua yang terjadi pada orang tuanya.Bagaimana tidak bingung dia harus mengatakan apa pada orang tuanya. Untuk berkata jujur Dinda masih takut kedua orang tuanya akan marah, tapi tak mungkin dia terus-terusan berbohong."Apa ini semua ada sangkut pautnya dengan Bu Nafis?" papa Dinda."Bukan Pa," jawab Dinda."Lalu?" tanya papa Dinda penasaran.Dinda menghela nafas panjang. Dia menimbang- nimbang tentang bagaimana menjelaskan pada orang tuanya. Akhirnya Dinda memilih untuk jujur kepada orang tuanya."Ini justru ada sangkut pautnya dengan bepergian Ifah, Pah," jawab Dinda."Ceritakanlah, Nduk! Biar kami tahu," perintah papa Dinda. "Papa, masih ingat kan sewaktu Dinda bercerita bahwa Ifah kabur dari rumah?" tanya Dinda.Papa Dinda hanya mengangguk. Baru saja tadi pagi mereka mengobrolkannya lewat telpon."Nah, ternyata itu Ifah kabur ke rumah teman Mas Andri seperti yang Dinda bilang di telpon tadi namanya adalah
Baca selengkapnya

MERTUAKU TAK PANDANG BULU!

MERTUAKu TAK PANDANG BULU!"Bu..." tegur Zain lirih."Hentikan, Bu! Tidak seharusnya Bu Nafis membahas ini di hadapan putri kami! Lihatlah putri kami terbari lemah, dia juga masih dalam keadaan berduka, dia hampir kehilangan anaknya! Apakah Ibu sebagai Besan tidak peduli sedikitpun terhadap perasaan putri kami?" tanya papa Dinda dengan emosi.Baru kali ini dia melihat ibu Hasan menyalahkan Dinda dengan lantang di hadapan orang tuanya sendiri. Bagaimana kalau di belakang mereka."Eh, itu begini Besan! Saya kan hanya berusaha mengatakan apa yang sebenarnya terjadi saja to, agar Besan tak salah paham pada keluarga Madiun nanti," ujar bu Nafis sambil tergagap."Saya tak akan salah paham jika njenengan (kamu) itu diam saja! Dan tak banyak bicara! Justru dengan njenengan banyak bicara seperti ini, saya malah curiga apa yang sebenarnya kalian lakukan pada keluarga putri kami?" tanya papa Dinda.Lo...lo...lo kok bisa malah seperti itu! Ya saya sebagai ibu mertua itu selalu bersikap baik lho B
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
41
DMCA.com Protection Status