Share

HAMIL?

Penulis: Secilia Abigail Hariono
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

HAMIL?

"Pak, sepertinya istri anda, mengalami gejala keguguran tapi ini baru dugaan saja ya Pak. Kita akan pastikan lagi," jelas dokter jaga.

"Keguguran?" tanya Hasan.

"Astaghfirullahaladzim," gumam Zain.

"Ini kan baru dugaan saja Pak, semoga analisis saya salah. Agar lebih pasti kami merujuk untuk ke dokter kandungan sini, ada dokter Maya," kata dokter jaga.

"Baik Dok, kami ikut bagaimana baiknya saja. Lalu untuk kondisi istri saya sekarang bagaimana Dok?" tanya Hasan.

"Bu Dinda baru sadar dari pingsannya, belum bisa banyak di tanya," jawab dokter

"Kita ke sana dulu, mari!" ajak dokter jaga.

"Halo, Bu Dinda! Bagaimana masih pusing?" tanya dokter jaga.

Dinda hanya menganggukkan kepalany. Sekarang badannya rasanya lemas sekali. Dinda baru sadar tangannya sudah di infus. Entah sejak kapan infus itu menancap.

"Ibu, sekarang ibu akan di antar ke ruang USG dulu ya! Diantar oleh perawat untuk memeriksa keadaan Ibu lebih pasti dan akurat," jelas dokter jaga.

Sekali lagi Dinda hanya menganggu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   DILEMA CALON AYAH

    DILEMA CALON AYAH"Janin itu sekarang belum kelihatan Bu! Ini baru terlihat kantong kehamilannya saja, sebenarnya itu cukup wajar di kandungan usia empat minggu, nanti kita evaluasi lagi ya," jelas dokter Maya menenangkan."Nah untuk mengatasi masalah pendarahannya nanti, kita akan menyuntikkan obat penguat kandungan ya! Untuk memastikan dan melihat kadar pendarahan berbahaya atau tidak kita harus menunggu beberapa jam ke depan. Ibu Dinda, untuk ibu kami mohon dengan sangat agar ibu total bedrest mulai sekarang, bisa?" tanya dokter Maya."Allah, iya Dok lakukan yang terbaik untuk janin saya Dok," pinta Dinda lirih."Kami sebagai Dokter selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk pasien Ibu Dinda dan Pak Hasan, jadi tenang saja ya! Kita hanya bisa banyak berdoa dan berpasrah pada Allah SWT," kata dokter Maya.Dinda hanya bisa menangis, rasanya menyesal sekali bayi yang di harapkannya selama ini harus mengalami hal semacam ini. Dia sekarang ini tak tahu bagaimana nasib janinnya, Dinda

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MENGAPA AKU YANG SELALU HARUS MENGERTIMU, MAS?

    MENGAPA AKU YANG SELALU HARUS MENGERTIMU, MAS?"Dinda harus bedrest total Mbak," jawab Hasan."Astagfirulloh, memang kenapa Dek?" tanya Mbak Alif khawatir."Apa ada cidera yang serius di kepalanya?" sambung Mbak Alif.Hasan menggelengkan kepalanya lemah. Dia melihat sosok Arif yang duduk di samping Mas Andri. Jujur saja dia masih menyimpan amarah yang mendalam. Sayangnya dia tak bisa melampiaskannya sekarang istrinya saat ini membutuhkan kehadiran dirinya."Ternyata Dinda tadi mengalami pendaharan, dia hamil empat minggu tanpa sadar kalau dirinya sedang hamil," jawab Hasan."Innalillhi, bagaimana kondisinya sekarang San?" tanya bu Nafis ikut panik.Bagaimanapun juga dia sangat mengharapkan kehadiran anak dari Hasan."Masih di UGD Bu, tadi sudah di tangani Dokter dan sudah USG! Pendarahannya sudah di tangani, ini mau di pindah ke ruang rawat inap! Apa dompet Hasan jatuh di sini?" tanya Hasan."Ya, ini Mbak Alif simpan," ujar Mbak Alif berjalan menuju tasnya.Mengambil dompet Hasan yang

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   HANYA SUAMI YANG DI MILIKI SEORANG ISTRI

    HANYA SUAMI YANG DI MILIKI SEORANG ISTRIHasan memilih pergi dari ruang perawatan inap kamar Dinda. Dia memilih untuk pergi dari pada dia tambah emosi mendengar semua perkataan istrinya. Walaupun sebenarnya Hasan sendiri juga sadar, saat ini istrinya mungkin di fase bingung, marah, menjadi satu. Tapi apa daya Hasan pun sekarang juga sedang tidak stabil emosinya, karena masalah ibunya sekarang di tambah dengan Dinda, masalah keuangan yang semakin menipis, rasanya semua bercampur jadi satu."Ya, Allah! Harus bagaimanakah aku?" gumam Hasan lirih.Tak terasa air mata Hasan jatuh. Mungkin andai Abahnya masih ada, dia tak akan merasakan kesulitan seperti ini. Kesulitan ekonomi, kesulitan menentukan arah hidup, kesulitan segalanya, bercampur menjadi satu saat sepeninggalan Abahnua. Hasan duduk di bangku depan kamar Dinda, tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. Ternyata Mbak Alif datang dengan Mas Andri."Minumlah!" perintah Mas Andri sambil menyerahkan satu botol air dingin kepada Hasan.Mbak A

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   KEDATANGAN PAPA DINDA

    KEDATANGAN PAPA DINDA "Ehhh, Arif dia...." jawab Mas Andri gugup."Kenapa Mas? Ya, Arif di man?" tanya Hasan. " Oh iya! Arif sudah pulang, dia memang ada jadwal dinas pagi hari ini. Wong tadi izin sebentar, dia menitip salam bahwa juga turut berduka atas kejadian yang menimpamu," jawab Mas Andri.Hasan tak mempedulikan ucapan Mas Andri. Dia hanya penasaran di mana keberadaan Arif lelaki yang mungkin akan selalu di bencinya. Lelaki yang merusak Ifah dan hampir menyelakai calon anaknya. Hasan masuk ke ruang rawat inap Dinda, terlihat Mbak Alif sedang duduk menasehati Dinda sambil menangis. Keduanya sama-sama menangis. Mbak Alif dulu memang pernah mengalami keguguran. Mungkin mereka merasakan perasaan yang senasib. Berkali- kali tangan Mbak Alif mengusap air matanya yang berjatuhan."Dek, maafkan aku!" kata Hasan sambil duduk di sebelah Mbak Alif.Hasan mengelus tangan Dinda. Dia benar- benar merasa menyesal dengan apa yang harus mereka alami."Maafkan Dinda juga Mas," kata Dinda meny

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   TAJAMNYA LIDAH MERTUA

    TAJAMNYA LIDAH MERTUA"Itu, eh anu...em," kata Dinda bingung menjelaskan semua yang terjadi pada orang tuanya.Bagaimana tidak bingung dia harus mengatakan apa pada orang tuanya. Untuk berkata jujur Dinda masih takut kedua orang tuanya akan marah, tapi tak mungkin dia terus-terusan berbohong."Apa ini semua ada sangkut pautnya dengan Bu Nafis?" papa Dinda."Bukan Pa," jawab Dinda."Lalu?" tanya papa Dinda penasaran.Dinda menghela nafas panjang. Dia menimbang- nimbang tentang bagaimana menjelaskan pada orang tuanya. Akhirnya Dinda memilih untuk jujur kepada orang tuanya."Ini justru ada sangkut pautnya dengan bepergian Ifah, Pah," jawab Dinda."Ceritakanlah, Nduk! Biar kami tahu," perintah papa Dinda. "Papa, masih ingat kan sewaktu Dinda bercerita bahwa Ifah kabur dari rumah?" tanya Dinda.Papa Dinda hanya mengangguk. Baru saja tadi pagi mereka mengobrolkannya lewat telpon."Nah, ternyata itu Ifah kabur ke rumah teman Mas Andri seperti yang Dinda bilang di telpon tadi namanya adalah

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MERTUAKU TAK PANDANG BULU!

    MERTUAKu TAK PANDANG BULU!"Bu..." tegur Zain lirih."Hentikan, Bu! Tidak seharusnya Bu Nafis membahas ini di hadapan putri kami! Lihatlah putri kami terbari lemah, dia juga masih dalam keadaan berduka, dia hampir kehilangan anaknya! Apakah Ibu sebagai Besan tidak peduli sedikitpun terhadap perasaan putri kami?" tanya papa Dinda dengan emosi.Baru kali ini dia melihat ibu Hasan menyalahkan Dinda dengan lantang di hadapan orang tuanya sendiri. Bagaimana kalau di belakang mereka."Eh, itu begini Besan! Saya kan hanya berusaha mengatakan apa yang sebenarnya terjadi saja to, agar Besan tak salah paham pada keluarga Madiun nanti," ujar bu Nafis sambil tergagap."Saya tak akan salah paham jika njenengan (kamu) itu diam saja! Dan tak banyak bicara! Justru dengan njenengan banyak bicara seperti ini, saya malah curiga apa yang sebenarnya kalian lakukan pada keluarga putri kami?" tanya papa Dinda.Lo...lo...lo kok bisa malah seperti itu! Ya saya sebagai ibu mertua itu selalu bersikap baik lho B

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   DOKTER MAYA

    DOKTER MAYA"Rencana Dinda untuk sementara akan tetap tinggal di rumah Mas Hasan Pah," jawab Dinda."Ini merupakan langkah terbaik saat ini, sambil melihat prospek ke depannya lagi jika nanti sikap keluarganya sudah tak bisa Dinda tolerir lagi, maka Dinda akan menyuruh Mas Hasan memilih untuk ikut ke Kediri saja. Tapi jika Mas Hasan masih bisa di perbaiki maka Dinda putuskan untuk tetap ikut di sini. Bagaimanapun juga kasihan jika Ibu Nafs di tinggalkan sendiri," jelas Dinda."Terserahmu saja, Nduk! Namanya seorang Istri harus ikut Suaminya! Papa rasa juga tak ada salahnya kau mengetes Hasan dulu karena perusahaan ini bukan tempat bermain-main," sahut papa Dinda."Papa tak ingin ketika Hasan tahu siapa keluarga kita Ibunya malah memanfaatkan dengan bersombong- sombong bahkan menghambur- hamburkan uang Hasan nantinya! Kebanyakan yang terjadi di masyarakat seperti! Kere munggah bale, orang miskin yang mendadak kaya itu lebih bahaya. Jadi kayak numpang hidup dengan anaknya, Papa sangat t

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MULAI DARI HAMIL KOSONG SAMPAI HIPERTENSI KEHAMILAN!

    MULAI DARI HAMIL KOSONG SAMPAI HIPERTENSI KEHAMILAN!"Hamil anembrionik itu adalah kondisi yang terjadi ketika embrio tidak pernah berkembang, atau berhenti berkembang. Kondisi ini biasanya terlihat pada minggu pertama kehamilan selama USG," jelas dokter Maya."Apalagi dengan keadaan Ibu Dinda yang menderita darah tinggi, apakah Ibu Dinda memiliki riwayat hipertensi sebelum kehamilan?" tanya dokter Maya."Tidak Dok! Malah cenderung darah rendah," jawab Dinda."Saat ini tekanan tensi Ibu Dinda seratus empat lima perseratus dua puluh. Ini sudah masuk ke dalam hipertensi pada ibu hamil yang harus di waspadai!" jelas dokter Maya."Tekanan darah normal ibu hamil adalah seratus dua puluh per delapan puluh mmHg. Ibu di katakan mengalami hipertensi jika angka tekanan darahnya mencapai seratus empat puluh persembilan puluh mmHg. Gejala hipertensi saat hamil biasanya menyebabkan nyeri kepala, gangguan penglihatan atau pandangan kabur, nyeri perut, sesak napas, serta pembengkakan pada tangan dan

Bab terbaru

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   ENDING YANG BAHAGIA!

    ENDING YANG BAHAGIA!"Ya Allah apapun yang terjadi aku ikhlas, akan semua keputusanmu. Berikan yang terbaik," kata Dinda dalam hati.Tanpa membuang waktu lagi dia mengetes dan hasilnya adalah garis dua. Dinda langsung memekik, memakai bajunya dengan baik dan keluar dari kamar mandi. DIa langsung bersujud saat itu juga, dia merasa senang sekali."Ya Allah ternyata kau adalah sebaik-baiknya pengatur! Di saat semuanya sudah damai saat seperti ini kau memberikanku kepercayaan lagi dan di saat ini pula itu bersama pak Hendi akan segera umroh. Alhamdulillah! Alhamdulillah ya Allah," pekik Dinda tertahan dalam isak tangisnya.Dia pun segera menelpon kedua orang tuanya. Dia ingin membagi kabar kebahagiaan itu pertama kali dengan kedua orang tuanya. Untung tak lama telpon itu diangkat."Assalamualaikum, Papa!" sapa Dinda."Waalaikumsalam, Nduk," jawab Pak Bukhori."Papa, sedang sibukkah?" tanya Dinda."Kenapa kok sepertinya kau terdengar sangat gembira sekali. Ada berita membahagiakankah?" s

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   Hamil?

    HAMIL?"Ya, lama-kelamaan aku juga ikhlas. Aku selalu berpikir positif dan mengambil hikmahnya. Bayangkan saja betapa akan mengasyikkan nanti hidup kita berdua setelah menjadi saudara tiri dan kau serta aku bisa berbaikan. Ini akan sangat menguntungkan sekali bagi kita, karena kita bisa menginap di rumah masing-masing sesuka hati lagi. Ide bagus kan?" bujuk Ifah.Dinda salut sekali pada adik iparnya itu, Ifah nampak sekali mencoba untuk lebih bijak dan dewasa. Hal itu membuat Dinda dan Hasan tersenyum."Nah kau dengar sendiri kan, Nduk? Ifah saja sudah bisa berdamai dengan keadaan, kau sampai kapan mau begini terus? Percayalah Ibumu juga ingin melihat Papa bahagia dan mungkin saat ini Papa bisa bahagia jika bersama Bu Nafis. Bukannya sebagai Bapak egois tetapi Papa membutuhkan teman saat tua. Kau juga akan memiliki kehidupan sendiri nantinya. Lalu bagaimana kalau kita tua? Papa juga membutuhkan sosok bu Nafis sebagai ibu pengganti kalian," terang Pak Hendi."Jadi tolong terimalah," l

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   AWAL BARU KEBAHAGIAAN

    AWAL BARU KEBAHAGIAAN"Benarkah , Pak? Sungguh rasanya ini masih seperti mimpi, Mas. Alhamdulillah ya Allah," kata Bu Nafis langsung luruh di lantai.Da bersujud syukur, tak pernah terbayangkan di dunia bisa menginjak tanah suci bersama suami barunya itu. Dia sekarang benar-benar merasa sangat dicintai dan sangat bahagia meskipun pernikahannya dengan Abah dulu cukup bahagia namun dia tidak pernah mencintai Abah sepenuhnya. Beda halnya dengan Pak Hendi, dia benar-benar mencintai lelaki itu. Pak Hendi pun membiarkan sang istri menikmati sujud syukurnya, setelah selesai dia merengkuh sang istri. "Semua telah berlalu, semua telah usai. Buang semua traumamu, buang semua marahmu terhadap anak-anakmu, terhadap menantumu. Hubungan semua yang buruk-buruk lupakan, kita mulai semuanya baru. Kita akan pergi umroh bersama, kita berpamitan kepada anak-anak ya," pinta Pak Hendi.Bu Nafis memeluk Pak Hendi dan menangis sesegukan. Dia benar-benar tak kuasa menahan tangisnya.

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   HADIAH DARI SUAMI BARU

    HADIAH DARI SUAMI BARU"Bu? Apa Ibu tidak berjualan lagi?" tanya Dinda saat dia melihat dapur yang masih bersih."Tidak, Pak Hendi melarangku untuk jualan," jawab Bu Nafis.Mertuanya itu masih meminum kopinya di meja makan, sedangkan Pak Hendi entah kemana.Pamit pulang ke rumahnya. Dinda menggeret kursinya. "Maafkan Dinda ya, Bu. Selama ini Dinda yang egois, Dinda yang banyak salahnya sebagai menantu," kata Dinda."Maafkan Ibu juga," ucap Bu Nafis lirih. Terlihat dari wajahnya sepertinya dia juga menyesal. "Terkadang sebagai seorang ibu aku merasa belum rela jika anak lelakiku mencintai wanita lain bahkan terkadang aku merasa iri. Bagaimana bisa anakku memperlakukanmu begitu istimewa sedangkan akulah yang melahirkannya, akulah yang menyusuinya, akulah yang selalu membersamainya sampai dia besar. Ketika dia sudah besar aku harus melepaskannya, rasanya aku masih belum ikhlas. Aku tahu ini salah, tetapi itulah yang aku rasakan sekarang," kata Bu Nafis menghela napasnya panjang."Bu...

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   ORANG TUA PASTI INGIN YANG TERBAIK UNTUK ANAKNYA

    ORANG TUA PASTI INGIN YANG TERBAIK UNTUK ANAKNYA"Hahaha lalu kau percaya begitu saja?" tanya pak Hendi. Hasan pun mengangguk dengan polosnya. Membuat Dinda dan Pak Hendi gemas sendiri namun merasa lucu dengan tingkah Hasan."Mana ada online sembako yang bisa menggaji karyawannya sebanyak itu? Bahkan bisa untuk mencukupi dan menambal semua kekurangan kebutuhan keluarga kalian. Apakah kau pernah membelikan bensin kendaraanmu itu, San?" tanya pak Hendi. Hasan pun menggelengkan kepalanya."Lalu biaya servis? Siapa yang menanggungnya?" selidiknya."Dinda, Pak," jawab Hasan lemah."Lalu untuk kekurangan-kekurangan kebutuhan harian kalian? Bahkan untuk makan sehari-hari, biasanya siapa yang mennambal sulam?" cerca Pak Hendi."Dinda," sahut Hasan."Lalu, apakah selama ini Dinda pernah menuntutmu atau keluarga Dinda pernah menuntutmu dengan semuanya berkaitan dnegan nafkah atau uang?" tanya pak Hendi. Hasan pun menggelengkan kepalanya."Menurutmu kenapa mereka tidak menuntutmu? Bukankah itu a

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MELEPAS MESKIPUN BELUM IKHLAS

    MELEPAS MESKIPUN BELUM IKHLAS"Terima kasih karena Ibu sudah bicara seperti itu kepada Dinda. Sungguh Hasan tak mengira itu. Ibu bisa meminta maaf kepada Dinda dengan tulus. Hari ini rasanya adalah hari yang paling membahagiakan untuk Hasan," kata Hasan. Bu Nafis hanya tersenyum kecut mendengar semua ucapan Dinda dan diam. Begitupun dengan pak Hendi, lelaki itu lebih senang memperhatikan mereka. Ada bahagia yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata melihat keluarga barunya ini sedang mencoba memperbaiki semuanya."Kau ke sini tulus kan Nafis?" tanya pak Hendi."Iya," jawab Bu Nafis. "Nafis, ingatlah. Selama ini banyak hal dan kebaikan yang diperbuat Dinda untuk keluargamu. Jadi sekarang tak ada salahnya jika kau ganti membahagiakan Dinda. Toh Dinda tak pernah meminta banyak padamu kan? Dia tak minta hartamu, dia juga tak meminta kau menjadi ini dan itu. Dia hanya ingin mencoba membina keluarga sendiri dengan Hasan putramu, tak ada yang salah sebenarnya" ucap Pak Hendi."Nah memisah

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   RESTU ORANG TUA SANGAT PENTING BAGI ANAK MANTUNYA!

    RESTU ORANG TUA SANGAT PENTING BAGI ANAK MANTUNYA!"Pak, Bu," panggil Dinda lirih. Hasan tersedak."Uhukkk," Hasan langsung terbatuk."Kenapa to, San? Kok sampai tersedak begitu? Mbok ya kalau makan itu hati-hati. Tak akan ada yang meminta makananmu," tegur Bu Nafis dengan sigap mengulurkan air minum dalam gelas.Hasan dengan segera meminumnya, Dinda yang melihat itu hanya menghela nafasnya panjang. Lagi dia merasa, bahwa dia lah yang harus bersikap tegas sekarang. Kalau saja dia tak tegas maka yang rugi akan dirinya sendiri."Ada apa?" tanya pak Hendi."Begini, Pak. Maaf sebelumnya jika pagi-pagi Dinda langsung membahas pembahasan berat seperti ini. Tapi Dida tak dapat menahannya lagi. Karena sepertinya suami Dnda ini tidak sanggup mengatakannya," ucap Dinda. Hasan hanya mampu menundukkan kepalanya."Katakanlah, Nduk," perintah Pak Hendi."Dulu kan Mas Hasan pernah berjanji kepada Dinda untuk membawa Dinda mengekost dan membina hubungan rumah tangga sendiri tanpa ikut campur tangan

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   Izin Pergi Dari Rumah

    IZIN PERGI DARI RUMAH"Kau sudah berkemas, Dek? Pagi sekali. Bukankah kita bisa pindahan nanti saja saat aku pulang bekerja?" tanya Hasan."Tentu saja, Mas. Kita bisa kok pindahan nanti dan aku juga tidak menuntut untuk pindahan sekarang juga," kata Dinda menyahut."Lalu kenapa kau sudah bersiap dan berkemas seperti itu? Toh pindahnya kan masih nanti," ucap Hasan."Tak apa-apa, Mas. Aku hanya sedang senang saja, kita akhirnya bisa pindah. Aku tak ingin kau berubah pikiran, maka dari itu aku sudah menyiapkan semuanya. Kita tinggal berangkat nanti setelah kau pulang dari bekerja," teramg Dinda. Hasan menghela napasnya panjang. "Tapi aku belum berpamitan dengan ibu atau Pak Hendi Dek. Nanti kita pahami dulu ya," minta Hasan."Iya, Mas," sahut Dinda tanpa keberatan sedikitpun."Apa Kita tak bisa sedikit lebih lama lagi di sini, Dek?" gumam Hasan lirih namun masih bisa terdengar oleh Dinda."Tidak, Mas. Seperti janjimu dulu. Aku hanya menuntut apa saja yang sudah kau katakan padaku di dep

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MINTA MAAF SEBAGAI ORANG TUA?

    MINTA MAAF SEBAGAI ORANG TUA?"Selama ini aku salah Pak," gumam Bu Nafis."Nafis, kau itu harus menyadarinya kalau kau yang salah saat ini. Jangan semua kau nilai dari keuangannya saja, kau ini terbiasa menilai semua dari uang dan harta. Kita tidak tahu orang itu sebenarnya kaya atau tidakk. Karena apa? Banyak orang yang berpura-pura kaya namun tak sedikit orang juga yang masih berpura-pura miskin agar tak terlihat kaya dan banyak di hutangi orang," jawab Pak Hendi."Kita tidak dapat menilai semua hanya dari harta, tapi lihatlah. Coba kau ingat lagi, kebaikan apa yang sudah Dinda buat selama ini untukmu? Apa yang dilakukan untuk keluargamu juga? Kau bahkan juga menggadaikan mobil miliknya padaku. Apakah itu benar? Dinda masih legowo juga lo. Nah, coba kau renungi semua. Itu yang penting," tegur Pak Hendi."Lalu aku harus bagaimana, Pak?" tanya Bu Nafis. "Jika aku menjadi dirimu maka aku akan minta maaf. Jadi saranku mending sekarang kau minta maaflah kepada Dinda," jawab Pak Hendi."

DMCA.com Protection Status