Semua Bab Jadul Tapi Mantul : Bab 91 - Bab 100

225 Bab

Lepas Dari Polisi Jadi Incaran Bandar

Kami kembali ke hotel tempat ayah menginap. Sampai di sana langsung disambut Manajer hotel tersebut."Sudah kuduga, kalian bukan orang sembarangan," kata Johan."Hehehehe,""Aku mau ngajak makan siang ini," kata Johan lagi."Boleh-boleh," aku langsung menjawab."Belum berubah juga kau, Tet, cepat kali mulutmu itul nyahut kalau soal makanan," kata Bang Ucok."Hmmm,"Johan membawa kami makan di sebuah restoran Padang. Aku mulai merasa yang dikatakan ayah ada benarnya, Pria ini terlalu perhatian sekali. Mungkin anda udang di balik batu."Lihat ini, kabupaten ini gempar, dan kalian adalah pahlawannya," kata Johan seraya menunjukkan isi hp-nya. Dengan cepat video konferensi pers itu sudah menyebar di media sosial. "Saya sangat bangga pahlawan itu menginap di hotel saya, hehehehe," kata Johan lagi."Terima kasih,""Silakan pesan apa saja, saya yang bayar," kata pria bermata sipit tersebut."Saya sampai cari tahu siapa kalian, ternyata ibunya mantan wakil bupati, yang mundur karena tidak ma
Baca selengkapnya

Hidup Harus Realistis

Ayah mengemudi dengan kecepatan sedang, perjalanan mulai memasuki wilayah pegunungan, kiri kanan hutan. Daerah ini memang satu-satunya hutan lindung di kabupaten ini. Tiba-tiba mobil berhenti mendadak, aku yang sudah tertidur sampai terbangun. "Ada apa, Yah?' tanyaku.Ayah tak menjawab, hanya menunjuk mobil yang di depan. Ternyata ada mobil yang berhenti mendadak di depan kami. Mobil Innova hitam."Cok, bersiap-siap, hati-hati," kata Ayah. "Mundur' Yah, lari," kataku kemudian."Terlalu berbahaya, jalanan curam," jawab ayah. Daerah ini memang jalan kiri jurang kanan tebing, sehingga sulit untuk mundurkan mobil di sini.Aku jadi deg-degan. Pintu mobil yang di depan terbuka, turun empat pria bertubuh besar, lalu seseorang terakhir turun seorang pria berkulit putih.Lalu pria berkulit putih lalu mendekati mobil kami. "Ada apa ya," tanya ayah.Aku berinisiatif merekam mereka dengan hp. "Hei, jangan midio-midio!" seru seseorang."Ini siaran langsung," kataku kemudian.Mungkin menden
Baca selengkapnya

Ucok, Anak Yang Diabaikan?

"Dengar ini, Ucok, Butet, adil itu sesuatu yang sangat sulit, tapi ayah selalu berusaha adil, seharusnya usaha itu sudah harus dihargai, tolong jangan pernah bilang ayah tidak adil, tak pernah ada niat ayah untuk tidak adil, kadang memang begitulah, Karena kalian itu berbeda, beda karakter, beda jenis kelamin, tentu beda perlakuan." ayah bicara sambil menyetir."Iya, Yah," kataku kemudian."Kalian itu punya karakter yang berbeda, tentu beda perlakuan, tapi percayalah, ayah juga mamak tetap adil, setidaknya berusaha adil, adil ini yang sulit, sampai dalam Al-Qur'an pun digambarkan Tuhan, betapa sulit untuk adil ini," kata ayah lagi."Iya, Yah, iya,"Kami sampai di desa saat hari menjelang sore, saat kami sudah tiba, mamak sudah menunggu bersama Cantik."Babam, Tatak," seru Cantik. Babam adalah panggilannya untuk Bang Ucok, aku dipanggilnya Tatak.Aku langsung berlari dan menggendong Cantik, kami masuk rumah."Kalian bikin heboh satu kabupaten, mulai tadi pagi sembilan orang sudah yang
Baca selengkapnya

Ucok Bawa Sial?

PoV NiaSaat Butet dan ayahnya pergi ke kota, aku jadi tak tenang. Kami sudah sering dapat masalah, akan tetapi kali ini aku gelisah, satu karena aku tidak ada di sana, hanya Butet dan ayahnya.Coba kutelepon Ucok, mengatakan kekhawatiranku, Anakku itu justru menawarkan diri akan membantu, dia akan datang dari Jakarta. Aku sedikit lega, kombinasi tiga orang itu tidak usah diragukan lagi. Kepintaran Butet dan ilmu warisan Ucok pasti bisa mengatasi. Aku coba tetap tenang.Akan tetapi keesokan harinya, bupati meneleponku, dia justru marah-marah padaku. Katanya aku mengundurkan diri tidak mengapa, tapi jangan buat gaduh lagi di kabupaten ini. Seorang perwira polisi juga menelepon. Dia suruh aku kendalikan suami dan anak. Beberapa anggota dewan juga menelepon, semua kujawab dengan "aku tidak tahu apa-apa,"Menjelang sore itu, Suami dan anak-anak akhirnya pulang juga, langsung kuberondong dengan berbagai pertanyaan. Tepat dugaanku, kepintaran Butet dan ilmu Ucok bisa mengatasi hal tersebut.
Baca selengkapnya

The Art Of War

Ada banyak polisi yang datang, ada yang berpangkat melati dua di pundaknya, itu setara Kapolres, aku jadi makin khawatir, Kulihat Sandy juga sudah ketakutan."Silakan masuk, Pak," kata Bang Parlin. Hanya tiga orang polisi yang masuk, selebihnya berjaga di luar. Aku coba bersikap ramah, kuambil minuman kemasan dari kulkas."Minum dulu, Pak," tawarku kemudian."Terima kasih, Bu," kata salah satu polisi' tersebut.Ucok, Butet dan Sandy duduk di lantai, aku dan Bang Parlin duduk di kursi berhadapan dengan polisi tersebut."Kenalkan dulu, saya pejabat Kapolres yang baru," kata pria tersebut seraya menyalami Bang Parlindungan."Oh, Ya, Pak, saya Parlin, ini istri Saya Nia," kata Bang Parlin."Ada gerangan apa ya, Pak, Kapolres berkunjung ke rumah kami ini?" tanyaku kemudian."Begini, Bu, Ibu pasti sudah dengar atau baca berita tentang gonjang-ganjing di kabupaten ini," katanya."Iya, Pak,""Jadi begini, Bu, setelah saya amati video konferensi pers tersebut, Saya melihat kemampuan suprana
Baca selengkapnya

Selamat Jadi Orang Dewasa

Bang Sandy sudah mantap masuk polisi , mungkin memang kemampuan Bang Shandy dibutuhkan kepolisian. Akan tetapi aku tetap tidak setuju dengan Bang Ucok, dia sudah kuliah hampir dua tahun. "Mamak kok dukung Bang Ucok?" tanyaku pada mamak. Saat itu aku lagi membantu mamak masak. "Bukan karena setuju, Tet, hanya ingin dukung saja, selama ini abangmu sudah merasa tak didukung." kata mamak."Mamak tidak setuju, tapi tetap mendukung?" "Apapun keputusan Ucok, untuk saat ini mamak dukung,""Dia dalam tahap mencari jati diri, Tet, labil, besok lusa dia bisa berubah lagi,""Tapi didukung terus?""Iya, Tet, dia butuh dukungan,"Bang Ucok sudah harus berangkat ke Jakarta, aku juga harus berangkat ke kota. Kami melakukan perjalanan lagi. Rencananya aku akan diantar ke kota, dari kota Bang Ucok naik bus ke Medan, terus naik pesawat dari Medan ke Jakarta. "Bang Ucok, kalau jadi polisi, jangan tilang aku ya," kataku coba bercanda."Nggak bisa, siapapun yang bersalah harus dihukum, biarpun saudara
Baca selengkapnya

Ustadz Lupa Daratan

"Bagaimana, Butet?" tanyanya lagi. "Begini ya, Pak, saya bukan ustazah, tidak punya kemampuan mengajari orang dalam agama, jika memang serius ingin mendalami agama Islam, belajar sama ustadz yang jelas," kataku coba menjelaskannya."Saya sudah belajar lewat google," "Saran saya, Pak, belajarnya sama ustadz yang jelas, awas salah pilih ustadz," kataku lagi."Oke Tet, kalau begitu minta rekomendasi ustadz yang bisa lewat online, karena untuk masuk pondok, sudah tak ada waktu, saya punya tanggung jawab,""Oh, baik, Pak, saya tanya dulu ustadz teman saya," kataku kemudian.Yang pertama kuingat justru ustadz Rizal, dia pasti punya waktu secara online, karena kata Bang Ucok kerjanya cuma antar jemput istrinya. Akan tetapi aku tidak punya nomornya. Setahuku dulu dia tidak pakai HP, sekarang sudah pasti pakai hp. Kuhubungi Bang Ucok lewat pesan WA."Bang,""Ya,""Bagi dulu nomor ustadz Rizal?""Untuk apa, gak boleh ganggu suami orang,""Ada perlu lo, Bang,""Tidak boleh, Tet, jangan lagi, k
Baca selengkapnya

Iri Yang Menyiksa

Ustadz itu terdiam, sampai tiba di kampus dia tak bicara lagi. Aku juga sudah kesal karena dia sepertinya keenakan menikmati kekayaan mertuanya, padahal dia bisa di sini karena usulanku. Dia bisa menikah juga karena usulku.Menjelang sore hari aku pulang dari kampus dengan menumpang ojek online, ini gara-gara Ustadz Rizal, padahal aku punya kendaraan biarpun motor Supra. Sampai di rumah sudah ada Bang Bambang menunggu di depan rumah. Pria ini teman pertamaku di kota ini, kini dia sudah punya usaha dan rumah sendiri."Bang, sehat!" Sapaku seraya menyalami Bang Bambang."Alhamdulillah sehat," jawab Bang Bambang."Ada apa ini, Bang, mana kakak itu," tanyaku kemudian."Di rumah, aku datang mau minta tolong, Cok," kata Bang Bambang."Minta tolong apa, Bang?""Ini, Cok, aku punya adik ipar, kejiwaannya terganggu, kan kamu punya kepandaian, pandai ngaji, bisa minta tolong, rukiah dulu adik ipar ku itu, kasihan dia, padahal dulunya dia pintar sekolah, selalu juara satu, tiba-tiba dia jadi
Baca selengkapnya

Mobil Baru

Dilema....Selama ini aku selalu menolong tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan, belajar dari ayah yang sudah banyak menolong orang tanpa mengharapkan balasan. Aku sudah melihat banyak kebaikan ayah. Sejak akur masih kecil, sudah terbiasa melihat kebaikan tanpa batas.Akan tetapi bagaimana kalau itu nazar orang? Aku tahu nazar itu wajib ditunaikan, yang aku tidak tahu bolehkah menolak nazar orang? Ah, benar-benar dilema. Jika aku terima, apakah prinsip hidupku yang selama ini kupegang teguh akan berubah? "Aku terima juga karena nazar, Cok," kata Ustadz Rizal. Aku sudah salah paham, kukira selama ini ustadz itu memanfaatkan keluarga dosen, ternyata dia terima karena Nazar."Maaf, Pak, maaf, Anna, aku berpikir dulu," kataku kemudian."Itulah yang membuat saya salut dengan kalian, di luaran sana banyak orang mengemis, menjilat demi dapatlah hadiah, kalian diberikan pun masih berpikir, saya paham, ustadz ini pun butuh waktu dua Minggu baru mau dia terima, silakan berpikir dulu,"
Baca selengkapnya

Diam Tak Selamanya Jadi Emas

Video provokasi itu terus saja bermunculan, coba tak kupedulikan tapi makin hari makin bertambah. Terakhir aku sudah tak sabar, karena sampai bawa-bawa orang tua. "Inilah hasil didikan mantan wakil bupati," begitu caption dari video yang menampilkan diriku lagi. Ini sudah tak bisa dibiarkan. Aku coba telepon Sandy."Sandy, lihat dulu ada yang coba menjelekkanku, tolong cari tahu siapa?" kataku lewan pesan, seraya kukirim foto screenshot -nya."Maaf , Cok, aku sudah berhenti, maaf, aku trauma, kini fokus latihan mau ikut seleksi penerimaan anggota polri," kata Sandy."Oh,""Iya, Cok, maaf ya, aku untuk sementara tak pegang peralatan, ini hikmah dari peristiwa itu juga, dulu satu jam saja tak lihat laptop sudah uring-uringan, kini Alhamdulillah bisa, setelah tiga hari di Bukit merah," kata Sandy lagi."Iya, aku mengerti," kataku kemudian.Aku mulai merasa yang dikatakan Butet itu ada benarnya, begini cara penguasa membungkam pengkritik, tak mampu dipukul ya dirangkul. Hasilnya Sandy
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
23
DMCA.com Protection Status