Home / CEO / Bos dan Putri Konglomerat Rahasia / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Bos dan Putri Konglomerat Rahasia : Chapter 11 - Chapter 20

33 Chapters

11. Live Music di Kafe

“Saya turun disini aja, Pak!” sahut Dara sembari menunjuk ke arah sebuah bangunan di tepi jalan yang memiliki lampu papan dengan warna mencolok.Karena terkejut dengan permintaan mendadak, Sagara pun memberhentikan mobilnya di tempat yang diminta Dara. Sagara memicingkan matanya untuk memastikan tempat yang ada di depannya. Pria itu menawarkan diri untuk mengantarkan wanita itu pulang ke rumahnya, bukan ke sebuah kafe bar.Sesaat setelah mobil berhenti di depan kafe bar, Dara tak lupa mengucapkan terima kasih dan hendak keluar dari mobil. Namun, tangannya ditarik kembali oleh Sagara dan pria itu mengunci mobilnya dari dalam.“Hah? Ada apa, Pak?” tanya Dara terkejut karena tangannya ditarik oleh bosnya.“Kok ke kafe bar? Udah malem, bukannya pulang,” ucap Sagara bingung.“Ada urusan, Pak.”“Urusan apa? Kenapa di kafe bar?”“Ada lah, Pak, pokoknya. Saya turun ya, makasih Pak udah dianterin.” Dara merasa ia sudah tidak bisa lagi membuat alasan dan lebih baik menghindari pertanyaan dengan
Read more

12. Rasta dan Salah Paham Lagi

Setelah terkejut karena kehadiran Sagara, wanita malang yang memiliki jantung lemah itu harus kembali dikejutkan dengan sosok pria yang memghampiri dan memanggilnya dengan sebutan ‘kakak’.Dara hanya bisa terkekeh seperti anak kecil yang tertangkap basah menyolong uang receh di dompet Ibunya. “Hei… udah beres, ya, nyanyinya?” tanya Dara basa-basi karena hanya itu yang terbesit di otaknya.Pria itu kemudian mengangguk. Wajahnya kebingungannya kini berubah menjadi datar. “Lo ngapain disi-“ Pria itu menghentikan kalimatnya sesaat pandangannya teralihkan dengan Sagara yang duduk di samping Dara, menatapnya dengan kebingungan. “Siapa? Cowok baru lo?” tanya pria itu mengganti topik pertanyaannya.Dara menggelengkan kepalanya sembari melambaikan tangannya dengan kuat. “Bukan! Bukan!” tegas Dara.Kini, bergantian Sagara yang bertanya kepada Dara. “Ini orang yang mau kamu temuin? Pacar?” Dara merasa kepalanya dibaluti bintang berputar karena dise
Read more

13. Perdebatan Tidak Tepat Tempat

“Pak! Kenapa ngomong gitu terus sih! Kemarin kata Kakak saya juga pas ngedate bahas itu! Nanti pada salah paham, Pak!” protes Dara yang lama-lama kesal dengan ucapan bahwa Sagara lebih memilih dirinya jika ingin dijodohkan. Entah itu hanya candaan atau bagaimana, Dara merasa tidak nyaman. Wanita itu juga takut jika tiba-tiba muncul rasa ekspektasi berlebih yang bisa datang kapan saja kepada dirinya. Tidak ada yang menjamin bahwa Dara bisa tetap kuat dan tidak tergoyahkan perasaannya.Sagara dan Rasta hanya tertawa melihat reaksi panik Dara. Meskipun baru pertemuan pertama, kedua pria berbeda generasi itu sudah menemukan kesamaan, yakni menemukan kesenangan ketika menggoda Dara.“Seratus persen gue yakin kalo Kak Carissa bakal bikin lo gantiin posisi dia di perjodohan ini,” bisik Rasta yang berhasil membuat mata Dara membelalak lebar.“Lo tahu dari mana? Itu manusia gila satu ngancem ke gue kayak gitu soalnya,” balas Dara berbisik karena tidak mau ucapannya terdengar oleh Sagara.“Udah
Read more

14. Wanita Misterius

Raut wajah Sagara berubah menjadi sedikit lebih tegang, sedangkan wanita yang baru saja datang tersebut tersenyum sumringah dan langsung duduk di samping Sagara tanpa meminta izin terlebih dahulu.“Kok diem aja? Kaget ya aku tiba-tiba disini,” ucap wanita itu dengan nada sedikit manja.Dara berusaha sekuat tenaga untuk mengalihkan pandangannya dari pasangan di sebelah kanannya tersebut dan mengontrol ekspresinya. Entah mengapa, ia mencium sebuah drama di antara keduanya.Rasta menyenggol kakak perempuan keduanya itu. “Siapa?” bisiknya.Dara mengangkat bahunya. “Mana gue tahu?” balas Dara berbisik.Kakak-beradik itu sepakat untuk menggeser posisi duduk mereka dari Sagara dan wanita yang duduk di sampingnya. Sekadar untuk sopan santun dan meninggalkan jarak untuk keduanya.“Biasa aja. Gue tahu lo udah balik dari Australia. Mia kasih tahu gue,” jawab Sagara yang kini sudah terlihat tidak terlalu tegang. Pria itu memang jago dalam mengontrol ekspresinya.Wanita itu langsung cemberut dan d
Read more

15. Orang dari Masa Lampau

“Padahal tadi saya sama adik saya aja pulangnya.”“Naik motor? Baju kamu tipis gitu? Gak takut masuk angin?”“Tapi, kan, rumah Bapak beda arah sama saya. Gak cape, Pak?”“Gak cape. Udah kamu istirahat aja, masih tiga puluh menit lagi menuju rumah kamu.”Dara hanya bisa menghela napasnya dengan pasrah mendengar ucapan yang lebih terdengar seperti perintah dari bosnya itu. Sagara bersikeras untuk mengantarkan Dara meskipun ada adiknya yang dapat mengantarkan dia ke rumah. Perlu diketahui bahwa jarak antara rumah Dara dan Sagara berlawanan, wanita itu tidak paham kenapa bosnya harus memaksa untuk mengantarkan dirinya hanya dengan alasan cuaca malam yang dingin dan takut dirinya terkena flu. Wanita normal mana yang hatinya tidak bergetar jika diperlakukan seperti ini oleh seorang pria.Di sepanjang perjalanan, keduanya hanya terdiam. Keheningan tidak sepenuhnya mengisi suasana mobil karena Sagara menyetel radio yang memutarkan lagu-
Read more

16. Rasa yang Dulu Pernah Ada

Dara memalingkan wajahnya dengan cepat ketika menyadari bahwa terdapat kata “sudah” dalam kalimat yang diucapkan Sagara. Jika ia tidak salah tangkap, maksud dari kalimat itu adalah Sagara pernah menyukai Sharleen, namun saat ini perasaan tersebut sudah tidak ada lagi. “Saya yakin kamu ngerti maksud saya.” Ucapan Sagara seolah-olah tahu betul apa yang saat ini sedang diduga-duga oleh Dara. Jika benar, kenapa Sagara harus terbuka mengenai kisah cintanya di masa lalu kepada Dara yang hanya merupakan karyawannya. Dara sendiri tidak ingin membebani dirinya dengan mengetahui kisah pribadi sang bos. “Oh…iya, Pak,” jawab Dara yang sedang mencari cara untuk merespons informasi tersebut.Keduanya saling diam. Sagara terlihat biasa saja sembari tetap fokus pada kemudinya, lain halnya dengan Dara. Otak dan mulut wanita itu sulit untuk bekerja sama sehingga mulutnya itu akhirnya mengeluarkan suara. “Mantan Bapak cantik,” sahut Dara meskipun otaknya ber
Read more

17. Anggota Tim Legal Baru (1)

“Ah! Akhirnya beres juga ini naskah terakhir! Kesedot layar komputer juga lama-lama gue bacain ini naskah satu-satu.”Dara memukul meja depan pelan karena rasa senang yang tak terbendung. Walaupun menerima naskah-naskah baru yang layak untuk diterbitkan adalah tugas sehari-harinya, saat perusahaan memiliki acara seperti ini, naskah yang masuk akan membludak dan ia harus memeriksanya dalam waktu dekat. Untung saja sang atasan memperpanjang batas waktu pengumpulan naskah sehingga membuat pekerjaan dirinya dan rekan lainnya sedikit lebih ringan.“Gue juga udah beres!” sahut Jibran yang kurang lebih memiliki tugas yang sama dengan Dara sebagai sesama editor.“Habis ini kita harus makan-makan di luar sih,” ujar Shana ikut menyahuti Dara dan Jibran.Mendengar kata ‘makan-makan’ membuat editor termuda, Lily, jingkrak-jingkrak kegirangan. “Makan-makan!? Ayo, Kak! Aku barusan liat tempat makan yang kayaknya enak di internet!” ucap Lily dengan semangat.
Read more

18. Anggota Tim Legal Baru (2)

Bena, Lily, Jibran, dan Shana serentak menoleh ke arah Dara yang bereaksi seolah-olah dirinya mengenal Sharleen. Itu tidak sepenuhnya salah, namun tidak benar juga. Dirinya hanya pernah bertemu sekali dengan wanita itu seminggu yang lalu. Ia yakin bahwa Sharleen tidak akan mengingat dirinya yang notebenenya hanya seorang karyawan biasa.“Lo kenal?” tanya Shana heboh.Dara menggelengkan kepalanya dengan kuat. “Gak kenal sih, cuma pernah gak sengaja ketemu aja,” jawab Dara jujur.“Dimana, Kak?” Lily yang tidak pernah absen dari berita gosip manapun sudah pasti akan bertanya pertanyaan detail seperti ini.“Kafe bar.”“Lo ngapain ke kafe bar?”“Nengok adik gue. Dia manggung sama bandnya disana.”“Sendirian?”Pertanyaan terakhir yang dilontarkan oleh Bena membuat Dara diam sejenak untuk berpikir. Hampir saja mulutnya yang sulit untuk diajak kerja sama itu mengatakan bahwa ada seseorang yang bersamanya saat itu, yakni
Read more

19. Yang Dibicarakan Datang

Dara tertegun dan tubuhnya langsung beku. Ia tahu betul suara siapa yang baru saja didengarnya. Ia ingin sekali memukul dirinya sendiri karena timing yang tidak tepat ini. Ia perlahan membalikkan badannya. “Hehe… bukan ghibah kok, Pak,” ujar Dara dengan suara bergetar karena panik Sagara tiba-tiba ada di belakangnya. Dirinya merasa tidak adil karena sedari tadi yang bergosip adalah Lily, tapi Sagara harus datang saat dirinya sedang berbicara.Bena, Shana, Jibran, dan Lily menahan tawa mereka setelah mengorbankan Dara selaku rekan kerja sendiri. Jika Dara merupakan orang yang mudah emosi, ia mungkin sudah melemparkan pulpen yang sedang ia megang ke salah satu rekan kerjanya.Di sisi lain, Sagara juga sebenarnya sedang menahan tawanya ketika melihat wajah panik Dara. Pria itu melipat kedua tangannya di dada sembari menaikkan kedua alisnya. “Jangan gosip mulu makanya di jam kerja,” ucap Sagara memberikan petuah. “Gimana? Naskah-naskah peserta lomba udah diso
Read more

20. Tidak Semua Orang Suka Dengan Yang Cantik

Suasana menjadi tegang ketika Shana mengeluarkan sindirannya kepada Sharleen yang dirasa tidak memiliki etikad yang sopan dalam memasuki ruangan kerja orang lain. Wanita itu bahkan tidak menyapa seorang pun kecuali Sagara. Sharleen langsung tersenyum canggung mendengar sahutan yang ditujukan kepadanya. “Oh, iya, halo semua! Gue Sharleen dari Kusuma Law Firm yang bakal bantu kalian semua soal masalah kontrak atau hukum lainnya. Mohon kerja samanya!” seru Sharleen yang terdengar seperti terpaksa dibalik kalimat-kalimat ramah yang diucapkannya itu.Pandangan Sharleen yang semula hanya tertuju kepada Sagara kini beralih ke sosok di sebelahnya, yakni Dara yang sedang duduk manis di kursinya dan belum sempat beranjak karena jarak waktu antara Sagara yang berdiri terlalu dekat dengannya dengan datangnya Sharleen samgatlah pendek.“Hai! Lo yang waktu itu sama Sagara di kafe bar, kan? Ketemu lagi kita.” Sharleen mengulurkan tangannya kepada Dara untuk bersalaman,
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status