Home / CEO / Bos dan Putri Konglomerat Rahasia / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Bos dan Putri Konglomerat Rahasia : Chapter 21 - Chapter 30

33 Chapters

21. Makan Siang Bersama Bos

“Jadi ini mau bahas apa, Pak?” “Gak bahas apa-apa. Tadi saya udah minta Rosa untuk pesen makan, kita makan bareng aja disini.”Dara duduk dengan canggung di ruang kantor Sagara. Salah pria itu yang tanpa persetujuan melibatkannya ke dalam sandiwara pekerjaan ini.“Emang kenapa sih, Pak, gak mau makan bareng temen Bapak. Kasihan loh kayaknya kecewa banget,” ucap Dara yang sebenarnya menyelipkan sindiran kepada Sharleen. Dirinya masih kesal dengan insiden jabat tangan tadi.“Males aja. Saya bingung mau respons apa kalo dia lagi bahas masa lalu,” jawab Sagara terus terang.Dara tidak paham mengenai masa lalu seperti apa yang dimaksud dengan Sagara. Ia tidak mengetahui kehidupan pribadi pria itu dan tidak mau mengetahui terlalu dalam mengenai hal tersebut. Seperti janjinya, wanita itu berharap dirinya bisa menjaga jarak dengan Sagara.“Oh…”Di saat yang bersamaan, Rosa, sekretaris Sagara, memasuki ruangan dengan menenteng d
Read more

22. Kafe Klasik dan Kencan

“Pesanannya sudah semua ya, Kak.”“Iya sudah, Terima kasih Mba.”Alunan musik lofi yang tenang memenuhi penjuru kafe dengan tema klasik yang saat ini tidak terlalu ramai pengunjung. Hanya beberapa orang termasuk Carissa dan Sagara di dalam kafe tersebut. Pengunjung lain sibuk dengan laptop di depan mereka. Kafe ini memang cocok dijadikan untuk tempat bekerja di luar kantor karena suasananya yang nyaman.Carissa dan Sagara kurang lebih juga memiliki tujuan yang sama dengan pengunjung lainnya. Bukan bekerja formal seperti pegawai lainnya, melainkan bekerja untuk membahagiakan orang tua mereka dengan melakukan kencan berdua. Mereka bahkan telah memberikan swafoto mereka kepada orang tua masing-masing sebagai bukti kalau mereka saat ini sudah memiliki ‘progres’.“Sibuk?” tanya Sagara karena Carissa sedari tadi sibuk bermain dengan ponselnya.“Hmm…” jawab Carissa tidak niat.Sagara menghela napasnya. Pria itu sebenarnya malas membuang
Read more

23. Bermain Ala Carissa

“Gue gak ikutan ah!” Seru Sagara tidak setuju dengan ‘permainan’ yang diajukan oleh Carissa.“Katanya mau yang seru?” Carissa mendesis lalu mengeluarkan senyum menggodanya. “Lo gak penasaran emang?”“Penasaran soal apa?”“Siapa yang bakal dia jawab duluanlah! Lo atau gue.”Sagara tertawa tidak percaya. “Ya pasti lo lah! Kan, lo kakaknya?” jawab Sagara.Carissa menggelengkan kepalanya. “She hates me for sure,” balas Carissa. “Ayolah! Biar seru sedikit acara ‘date’ kita,” rayu Carissa agar Sagara menyetujui ajakannya.Sagara mengeluarkan gelengan kepala yang kuat. “Kalo Dara ngambek sama gue, lo mau tanggung jawab?” Carissa tertawa kencang. Hampir merusak suasana tenang dan damai di kafe yang saat ini sedang mereka singgahi. “Tenang aja kalo soal itu. Sedetik Dara liat gue sama lo, udah pasti bakal ngerti dia kalo gue yang ajak lo buat prank dia,” jawab Carissa.Wanita itu menatap Sagara sebentar sebelum kembali membuka mulutnya untuk berbicara. “Lagian, gue yakin lo lebih suka kalo ada
Read more

24. Pertengkaran Dua Saudara

“Tuh, kan, apa gue bilang? Lo gak bakal disalahin.” Carissa bahkan tidak terkejut ketika wanita yang saat ini berdiri di sampingnya meneriakinya dengan emosi. Wanita itu tidak lain atau tidak bukan seseorang yang sedari tadi menjadi bahan taruhan, Dara.“Maaf, Dar. Saya beneran gak maksud ganggu libur kamu dan nyuruh kesini,” ucap Sagara langsung meminta maaf karena pria itu dihantui rasa bersalah secara instan ketika melihat raut wajah kesal Dara.“Gak apa-apa, Pak. Saya tahu pasti kerjaan orang jelek ini kalo masalah beginian,” ujar Dara yang masih menggunakan nada sopan dan berusaha tenang ketika berbicara dengan bosnya.Dara meniup poni yang menghalangi matanya dengan kasar. Ekspresi wajah wanita itu benar-benar tidak bisa terkontrol. “Gue lagi nonton sama temen gue, Kak! Lo tahu, kan? Gue kira ada kepentingan apa. Lo bisa gak sih kalo bercanda gak usah bawa-bawa gue?” ujar Dara geram.Hal ini rupanya bukan pertama kalinya Carissa menjahili ad
Read more

25. Kencan Bertiga

Dara duduk di kursi yang diambil oleh Sagara dari meja lain. Carissa memperhatikan sikap Sagara kepada Dara yang kelewat lembut. Hal tersebut tentu saja tidak normal karena ia saja tidak pernah bersikap seperti ini kepada karyawannya meskipun sudah di luar waktu kerja. Melihat adegan tersebut tentu membuat senyum Carissa mengembang. Sepertinya tidak sulit untuk melancarkan rencana besar nan liciknya.“Kok sama Dara pake aku-kamu, sama gue pake lo-gue. Gak adil lo,” sindir Carissa yang tentu saja hanya sebuah candaan. Wanita itu tidak peduli sama sekali sebenarnya. Ia hanya ingin menggoda adiknya.“Dia karyawan gue, ya kali pake lo-gue,” sahut Sagara kesal. Lama-lama, Sagara ikut emosi dengan Carissa sama seperti Dara. Carissa memang tipikal orang yang mudah menyulut amarah siapa pun yang menjadi lawan bicaranya.Kini, Dara yang bergantian memperhatikan interaksi antara Sagara dan Carissa. Mereka terlihat cukup dekat untuk orang yang ia ketahui baru secara
Read more

26. Bioskop dan Nyamuk

“Lo tengah deh, Dar!”“Lo aja!”“Udah-udah, saya yang di tengah.” Sagara langsung menyerobot barisan Carissa agar pria itu duduk di tengah di antara dua saudara perempuan yang tidak henti-hentinya bertengkar.Dara, Sagara, dan Carissa menonton film yang sebelumnya sudah ditonton tiga per empat bagian oleh Dara. Dara sebenarnya tidak masalah, ia bisa menunggu nanti ketika filmnya sudah muncul di layanan streaming. Toh, cuplikan akhir film tersebut sudah beredar di mana-mana.Namun, kontrol kakaknya yang kuat dengan segala tawarannya itu yang membuat Dara sekarang duduk di kursi bioskop B8, di samping Sagara. “Terakhir kamu nonton sampe bagian mana?” tanya Sagara berbisik kepada Dara meskipun film belum dimulai.Dara langsung menoleh dan terkejut ketika wajah pria itu sangat dekat dengannya, membuat wanita itu otomatis menjauhkan wajahnya. “Bagian bapaknya masuk ke ‘The Further’ buat nyari anaknya, Pak,” balas Dara berbisik.
Read more

27. Wajah Pucat Carissa

Waktu yang dihabiskan oleh Dara, Sagara, dan Carissa selama hampir dua jam di bioskop membuat mereka tidak sadar bahwa langit sudah gelap di luar gedung mal. Tanda bahwa malam sudah tiba. Ketiganya berjalan berdampingan. Sagara dan Carissa sudah jelas nampak seperti dua orang dewasa yang sedang melakukan perjalanan bisnis karena keduanya menggunakan setelah blazer. Dara bahkan baru menyadari jika keduanya terlihat serasi menggunakan pakaian yang mirip. Lain halnya dengan Dara. Wanita yang terkena imbas efek korean wave itu menggunakan cardigan crop berwarna pink dan rok tennis itu nampak seperti idol K-pop. Ditambah dengan wajahnya yang cukup terlihat muda untuk seseorang yang dekat dengan kepala tiga, mungkin karena tidak perlu memikirkan urusan bisnis seperti saudara-saudaranya, ia makin terlihat jauh jika dibandingkan dengan Carissa dan Sagara.Sagara menengok ke belakang ketika menyadari bahwa Dara berada satu langkah di belakang dirinya dan Carissa. “Makan malem dulu gak?” tany
Read more

28. Hanya ‘Teman’ Lama

Carissa tertegun melihat pria yang baru saja menyapanya. Wanita itu berusaha terlihat tenang meskipun kakinya terasa sedikit lemas. “Oh… hai, Ben,” balas Carissa menyapa.“Ngantre boba?” tanya Bena wajah yang sama canggungnya dengan Carissa.Carissa pun menganggukkan kepalanya membenarkan. “Lo? Abis jalan-jalan?” tanya Carissa lagi yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Bena.Terdapat hawa aneh yang menyelimuti keduanya. Carissa dan Bena saling menatap satu sama lain dengan canggung. Keberadaan Dara dan Sagara seolah-olah menghilang karena Bena hanya fokus kepada Carissa, begitu pula sebaliknya.Dara yang awalnya panik karena kemungkinan Bena yang bertanya mengenai keberadaannya di antara dua anak pengusaha ternama, Sidharta dan Darwis, mulai bisa mengatur napasnya sejenak. Sepertinya, Bena tidak terlalu peduli dengan keberadaan serta identitasnya.Pikiran Dara malah teralihkan dengan bagaimana kakaknya dan Bena bisa mengenal satu sama
Read more

29. Perasaan dan Kenyataan

Dara sedang duduk manis sembari berkutat dengan pekerjaan yang selalu menumpuk di meja kerjanya. Wanita itu bahkan tidak menyadari bahwa salah satu rekan kerjanya, sebut saja Bena, sedari tadi terus memperhatikannya. Pria itu akhirnya membiarkan pikirannya menang dan menghetikkan pekerjaannya sementara untuk mengunjungi meja kerja Dara dengan mendorong kursi kerjanya. "Pssttt...!" panggil Bena sembari mendekat. Dara sedang menggunakan earphone saat itu dan tentu saja tidak mendengar panggilan Bena. Ia baru menyadari kehadiran Bena ketika dirinya merasakan kursi yang sedang ia duduk terguncang. "Astaga! Apaan sih, Kak?" ucap Dara yang terkejut, masih dengan suara yang tidak terlalu kencang karena ia tidak ingin menganggu rekan kerja lainnya yang juga sedang mengejar deadline. "Kakak lo bahas sesuatu tentang gue gak? Atau mungkin ngomongin apa gitu soal gue?" tanya Bena dengan suara setengah berbisik agar percakapan mereka tidak terdengar oleh r
Read more

30. Saingan

“Ah… Lega…”Dara sudah bisa merekahkah senyum leganya ketika panggilan alam yang sedari tadi meraung-raung untuk dikeluarkan terpenuhi juga. Ia sibuk bertemu dengan penulis-penulis baru yang akan menandatangi kontrak dengan Darwis Publishing. Terkesan tidak sopan jika ia izin ke toilet di waktu diskusi.Wanita itu segera keluar dari bilik toilet dan menuju wastafel untuk mencuci tangannya. Tak lama setelah itu, pintu toilet terbuka dan masuk lah seseorang. Dara langsung membelalakan matanya ketika melihat sosok yang masuk ke kamar mandi dari bayangan kaca. “Mba Sharleen…” Sapa Dara ketika mata dirinya dan Sharleen tidak sengaja bertemu melalui bayangan kaca.Sharleen membalas sapaan tersenyum hanya dengan senyum simpul lalu berdiri di wastafel sebelah Dara. Ia mengeluarkan tas riasannya dan mulai melakukan touch-up.“Gue temen kuliahnya Sagara. Kita satu kampus dulu, lo tahu, kan?” ucap Sharleen membuka topik pembicaraan.Dara s
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status