Semua Bab DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU: Bab 21 - Bab 30

50 Bab

Bab 21. Bertemu Susilo dan Selingkuhannya

"Gimana ya Mas? Saya—" Gadis itu terdiam, bingung mau menjawab apa. Sambil mengelus rambutnya yang dikuncir ekor kuda sedikit tinggi, Sumiyati nampak berpikir dengan jawaban apa yang akan ia berikan pada Ilham. "Saya sih sudah nggak mikir itu Mas.""Maksudnya Mbak?" Ilham kali ini yang merasa tidak puas, ia menatap Sumiyati, memperjelas apa yang tengah dikatakan lawan bicaranya tersebut."Ya maksudnya, saya mau cari pendamping yang bisa mencintai kekurangan saya dan juga Ibu saya Mas. Saya tahu hal itu sangat mustahil terlebih tahun ini dibuktikan dengan keempat calon suaminya saya yang gak bisa terima saya termasuk kondisi Ibu," jawab Sumiyati jauh lebih gamblang. Gadis itu mengembuskan napas panjang. "Saya memprioritaskan ibu saya dulu Mas, kasihan kalo nantinya suaminya saya syok lihat Ibu saya kayak gitu. Sakit saya bayanginnya."Ilham terdiam, turut larut dengan apa yang dikatakan Sumiyati. Memang sulit mencari pasangan hidup yang cocok dengan diri dan juga lingkungan keluarga. B
Baca selengkapnya

Bab 22. Langkah Tegas

"Sum, uang itu—""Kenapa? Nggak ada ya?! Udah kamu kasih ke adik sama ibu kamu?" Sumiyati dongkol, ia lalu melirik ke arah wanita yang berdiri di belakang Susilo yang terlihat asyik makan siomay tanpa merasa bersalah sedikit pun. "Atau udah buat bayar wanita parasit ini Mas?""Eh, apa kamu bilang?" Wanita bernama Asih itu melotot, ia maju kedepan namun Susilo segera menghadangnya dengan cepat. "Enak saja kamu ngatain aku parasit!""Lha terus apa dong?" Sumiyati gantian nyolot, ia tersenyum mengejek. "Cewek yang gatel, pengen digaruk, dan hobinya cuma icip-icip calon suami orang, yang namanya gitu kalo bukan parasit apa coba?!""Heh kamu berani ya?!" Asih menyalak seperti anjing kepanasan."Sudah, sudah! Asih kamu diam!" Susilo melerai, tidak ingin hawa siang itu jadi bertambah panas karena Asih turut tersulut api kemarahan.Sumiyati tersenyum sambil mengangguk, ia butuh asupan oksigen banyak supaya tetap sadar dan tenang di hadapan Susilo. "Aku nggak mau banyak Mas, sekarang kita putu
Baca selengkapnya

Bab 23. Maafkan Ibu

Bu Saritun tersungkur ke tanah, kedua lututnya sedikit lecet karena tergores kasarnya tanah merah yang baru saja ia bersihkan dengan sapu lidi. Batinnya menangis, tidak sanggup membayangkan penderitaan yang diderita putrinya tahun ini.Rupanya karena masakannya yang asin, yang selalu ia suguhkan kepada para calon suami Sumiyati justru membawa bencana tersendiri bagi putrinya. Bibir wanita tua itu terkatup, bergetar dibalik tanga keriput yang menutupinya.Bu Saritun menangis, tersedu sambil tertahan. Ia tidak raungan hatinya yang bersalah didengarkan banyak orang. Beruntung rumah satu dengan rumah yang lain berjarak cukup jauh sehingga meskipun ia menangis, tidak ada satu pun tetangga yang memergokinya."Maafkan Ibu Nak, ternyata dibalik keegoisan Ibu kamu menyimpan laramu sendiri. Karena masakan Ibu yang terlalu asin kamu harus ditinggalkan pria impianmu hingga tiga kali. Ya Allah, dosa apa yang sudah hambamu perbuat ini? Apakah wanita tua renta ini sama sekali tidak boleh memasak unt
Baca selengkapnya

Bab 24. Diantara Rasa Bimbang

"Salah ya Bu kalo aku menyukainya?" Ilham balik bertanya, mimik wajahnya terlihat bingung dengan pertanyaan yang Bu Wiryo layangkan terhadapnya."Jadi kamu menyukainya?" Bu Wiryo langsung menukas, nada suaranya naik satu oktaf hingga Ilham bisa menafsirkan apa yang kini tengah dirasakan oleh ibunya. Wanita paruh baya dengan cepolan asal di kepalanya hanya menggeleng pelan. "Ilham, Ilham, kamu cari yang masih sendiri kenapa?! Sum itu kan sudah ada calon. Jangan sampai nama baik kita hancur gara-gara kamu jadi pebinor ya?!""Aduh Bu, siapa juga yang jadi pebinor. Mbak Sum itu ke Semarang mau urusin resign dia dari PT. Setelah itu dia mau ambil uangnya yang disimpan sama calon suaminya itu. Ups! Ilham buru-buru menutup mulut, wajahnya langsung memerah. "Ibu sih, Ilham jadi keceplosan kan?! Pokoknya Mbak Sum itu wanita baik-baik Bu, dia meskipun udah perawan tua tapi Ilham tahu Mbak Sum orangnya gak neko-neko kayak Nela."Ilham lantas menyambar gelas berisi air putih di hadapannya, menegu
Baca selengkapnya

Bab 25. Tangisan Ibu Tua

"Itu karena saya—" Ilham tertahan, ia menelan ludahnya yang terasa seperti duri. Jantungnya berdebar kencang ketika gadis di sebelahnya menanyakan kenapa ia selama ini selalu berbaik hati kepadanya.Hanya saja Ilham, apakah ia pantas mengatakannya sekarang? Bagaimana dengan perasaan gadis itu? Bagaimana dengan hubungannya dengan calon suaminya? Ah, semua masih terlalu abu-abu untuk Ilham memulai segalnya."Ternyata gantungan gaji saya lumayan juga loh Mas," ucap Sumiyati lagi. Gadis itu melupakan pertanyaannya, beralih topik pada pekerjaan yang selama ini Sumiyati geluti.Napas Ilham terasa lega, ia menarik napas dalam-dalam lalu tersenyum tipis. Sebaiknya ia simpan dulu perasaannya hingga semua sudah ada titik jelasnya. "Oh ya Mbak? Bagus dong. UMR Semarang memang udah besar.""Iya, ada rencana saya mau buka warung kecil-kecilan di rumah Mas tapi warung apanya?" Sumiyati nampak berpikir, ia menatap jalanan yang gelap menyusuri kecamatan kecil menuju ke tempat kelahirannya."Warung ap
Baca selengkapnya

Bab 26. Ada Yang Salah

"Kenapa Sum harus jauhin Ilham Bu? Apa yang salah?" Alis Sumiyati menaut, tidak mengerti kenapa ibunya tiba-tiba melarangnya untuk berteman dengan Ilham. "Apa karena dia anaknya Bu Wiryo, wanita yang udah nyakitin hati Ibu?!"Bu Saritun menggeleng pelan, ia enggan menatap wajah putrinya karena ia sadar akan luluh dengan tatapan bola matanya. "Ilham itu anak baru di desa ini Sum, dia baru pulang ke kampung beberapa bulan yang lalu. Entah ada masalah apa hingga akhirnya ia meninggalkan sementara usaha mebelnya di Jakarta. Nduk, mereka keluarga berada, lah kita ini apa?! Kita cuma orang miskin yang jangankan nabung, untuk makan hari ini aja sulit. Apa kata orang Nduk."Lagi-lagi Sumiyati harus menelan kesedihannya seorang diri. Jika tidak ada sesuatu yang menyinggung hati ibunya maka mungkin wanita yang bergelar ibunya ini sampai melarang Sumiyati untuk berteman dengan Ilham."Sum, sadar diri adalah tameng terbaik untuk diri kita sendiri, Nduk. Jangan terlalu berani, jangan yang kita lal
Baca selengkapnya

Bab 27. Menjauh

"Kamu beneran suka sama Sumiyati, Ham? Coba jujur sama Ibu," ucap Bu Wiryo dengan mata menatap tajam. Wanita itu dalam sekejap melupakan nasi goreng di piringnya, melupakan suara air kran yang mulai membeludak dari wadahnya. "Ham, bicara! Ibu pengen denger."Ilham mengembuskan napas panjang, ia tertunduk sejenak. "Kalau iya kenapa Bu? Ibu nggak suka sama Mbak Sum?"Bu Wiryo menganga, tak percaya jika perjaka ting-ting miliknya akhirnya jatuh cinta pada seorang perawan tua seperti Sum. Ketakutan itu kini membayang nyata di hadapannya.Melihat reaksi ibunya yang berlebihan, Ilham merasa tidak suka. Pemuda itu memalingkan muka dengan kesal. "Ibu pasti nggak suka sama Mbak Sum. Kenapa sih?!""Ilham, denger ibu ya?! Selain Sum, yang lain terserah deh! Tapi kalau bisa jangan Sumiyati, Ilham. Cari yang muda, kamu ini tampan." Bu Wiryo mencuramkan alis, benar-benar masih tak percaya jika anak semata wayangnya justru jatuh cinta pada Sumiyati."Memangnya Mbak Sum kenapa Bu? Dia perawan tua git
Baca selengkapnya

Bab 28. Gara-gara Bu Wiryo

"Aku harus menemui ibu sekarang, beliau pasti tahu sesuatu." Ilham bergumam pada dirinya sendiri. Menganggukkan kepala, Ilham lalu menghampiri motor matik milik ibunya tersebut.Dengan perasaan yang masih abu-abu dan sedikit rasa ragu, Ilham lantas menghidupkan mesin motor dan pulang ke rumah untuk menemui ibunya, Bu Wiryo.Saat ini ia harus memperjelas sesuatu, ia harus tahu sebab musabab kenapa keluarga yang semula hangat dan penuh cinta tetiba kompak untuk menjauhinya. Rasanya sakit seperti itulah yang dirasakan Ilham saat ini.Menempuh perjalanan selama sepuluh menit, Ilham sampai ke rumah dengan selamat. Wajahnya sudah terlihat tidak enak, ia menghampiri ibunya yang duduk di teras rumah sambil bermain ponsel yang entah konten apa yang ia lihat."Assalamu'alaikum," salam Ilham sambil turun dari motor matik. Pemuda itu mencabut kunci motor lalu menghampiri ibunya duduk di teras rumah.Perhatian Bu Wiryo teralih, ia menatap Ilham sejenak dan melupakan siaran langsung demo masak yang
Baca selengkapnya

Bab 29. Susilo Hendak Kembali

Bu Wiryo hanya diam, ia tidak bersuara ketika Ilham pergi meninggalkannya. Apa pun yang terjadi Bu Wiryo tidak akan menyetujui hubungan Sumiyati dengan Ilham. Wanita itu bersedekap, ia sama sekali tidak peduli ketika Ilham masuk ke dalam rumah dengan mimik wajah penuh marah dan juga kesal."Kamu tidak tahu Ilham, Ibu itu sebenarnya sayang sama kamu." Bu Wiryo bergumam lirih, menggelengkan kepala akan sikap Ilham yang dinilainya seperti anak-anak.Mungkin Bu Wiryo terlalu berlebihan tapi itulah kenyataannya, ia tidak menyukai Sumiyati karena berasal dari keluarga orang miskin dan tidak mampu.Menarik napas panjang, Bu Wiryo mendekati uang itu dan menyimpannya. Ia membawanya masuk ke dalam rumah dan kembali beraktivitas seperti biasanya.Seolah tidak terjadi apa-apa dan tetap tenang, Bu Wiryo lantas kembali memasak di dapur sedangkan Ilham masuk ke dalam kamar dengan mata mulai berkaca-kaca. Mungkinkah ia akan kehilangan cintanya sekali lagi?!Ilham sangat mencintai Sumiyati, perasaan y
Baca selengkapnya

Bab 30. Waktu Yang Tidak Pas

Ilham tidak membenci ibunya tapi dia semakin irit dalam berbicara. Di meja makan pun adegan tidak saling tanya pun sering terjadi. Dengan kejadian ini sikap dingin Ilham semakin jelas terasa.Bu Wiryo sedikit merasa bersalah, seharusnya ia tidak terlalu mengekang putranya tersebut. Sekarang, karena ucapan berbisa yang ia tanam kemarin Ilham pun turut mendiamkannya seperti ini. Ya Allah, apa salah jika dirinya hanya memperingatkan?!Bu Wiryo terlihat sibuk dengan isi piringnya, acara makan malam ini terasa sangat sepi meskipun ada Ilham di hadapannya. Tak ada percakapan, hanya denting alat makan yang beradu satu sama lain sebagai saksi kunci bekunya hubungan anak dan ibu tersebut.Tak tahan dengan kondisi menyedihkan ini, Bu Wiryo menerima napas dalam-dalam. Sungguh sulit baginya untuk meminta maaf atas apa yang sudah ia perbuat pada Ilham."Ham, Ibu minta maaf ya atas kejadian kemarin. Tak seharusnya Ibu meminta kalian untuk saling menjauh, hanya saja—" Bu Wiryo nampak berat dengan ap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status