Pohon-pohon angsana, yang tumbuh berjajar dan dipangkas rapi di sepanjang jalan kota Singapura, seolah-olah sedang berlari berlainan arah, bila dilihat dari balik kaca mobil. Adelia mengagumi pohon yang mempunyai nama latin, 'Pretocarpus inducus' itu, karena dahannya tumbuh merunduk--nyaris menyentuh tanah--bisa dijadikan tempat berteduh, bila matahari bersinar terlalu terik. Pohon yang kulit kayunya berwarna abu-abu kecokelatan, mengingatkan gadis tersebut pada taman yang sering dikunjungi bersama sang ibu, dulu. Hampir setiap sore, wanita yang tak diketahui rimbanya itu, sering mengajak Adelia berjalan-jalan, dan menemani putrinya bermain. Kala itu, sandyakala tampak indah di kaki nabastala. Keduanya duduk di atas rumput yang terhampar luas bak permadani, tepat di bawah dahan-dahan pohon angsana yang berdaun lebat. Sarmila menjawab pertanyaan sang putri, seraya memperbaiki kepangan rambut Adelia yang berantakan sehabis bermain. "Ibu, kenapa Papa jarang pulang? Kalau ketemu, juga h
Baca selengkapnya