Semua Bab Cinta Orang Ketiga: Bab 21 - Bab 30

43 Bab

Petaka

Deyana berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Wajah wanita itu menyiratkan kekesalan yang amat sangat. Sesekali dia menatap pantulan wajah di dalam kaca meja rias. Warna merah bekas tamparan Adelia, memang sudah tak ada lagi di sana, tetapi rasa sakit menikam dalam ke jantungnya. Dia tak habis pikir, bagaimana gadis bodoh itu bisa melakukan hal ini padanya? Dengan sangat berani mempermalukan di depan Bayu dan para asisten rumah tangga. Kedua telapak tangan Deyana mengepal sangat kuat, dia berteriak sekadar melepas sesak yang bergulung-gulung di dadanya. Tidak! Dia tidak akan pernah kalah dari gadis yang dia anggap penghancur rumah tangga sang mama. Sejak kedatangan Adelia, setiap hari mama dan papanya bertengkar. Lalu esoknya, sikap sang papa akan sangat dingin padanya. Seolah-olah dia bukan lagi putri tercinta pria itu. Meskipun, Fairuz tak pernah menunjukkan secara kentara dia mencintai Adelia, tetapi pria itu selalu menatap si gadis dengan sorot penuh kasih sayang, tatapan yan
Baca selengkapnya

Permohonan

"Tuan muda, Nona harus dioperasi saat ini juga. Dokter bilang, Nona banyak kehilangan darah, kalau tidak sekarang, mungkin ...." Bayu tak mendengar apa-apa lagi. Dadanya seperti dihantamkan ke batu besar. Suara rintihan Adelia yang menjadi back sound telepon Melinda tadi, memantul-mantul di gendang telinganya. Apa yang terjadi? Tadi pagi gadis itu baik-baik saja. Bahkan, Bayu masih bisa melihat rona kemerahan di pipi Adelia yang chuby. Sejak hamil, berat tubuh gadis tersebut bertambah, alih-alih membuat si gadis terlihat menggemaskan. Melihat Adelia makan, membuatnya ikut berselera. Detik itu juga, Bayu meminta sang asisten meng-cancel tempat yang sudah dia reservasi untuk acara makan malam dengan Adelia. Gadis itu lebih penting saat ini. Pria itu meminta supir melajukan mobil lebih kencang lagi. Memikirkan terjadi sesuatu pada Adelia, membuat dadanya teramat sesak. Begitu mobil memasuki pelataran parkir rumah sakit, Bayu langsung berlari menyusuri selasar menuju ruangan operasi se
Baca selengkapnya

Pergi

Mendengar ucapan Bayu, Deyana mundur dua langkah, hanya untuk memastikan jika yang dia peluk benar-benar pria yang dia cintai. Rasanya, tak mungkin si pria berkata sekejam itu. Dalam hati Deyana, dia bisa merasakan kalau cinta Bayu padanya bukan main-main. "Katakan sekali lagi, Mas ...?" Deyana bertanya ingin memastikan, "Kamu bohong, kan?" lirihnya dengan mata mulai memburam. Bayu menyugar rambutnya dengan kasar. "Aku enggak bohong. Maaf, harusnya aku enggak biarkan semua ini sejak awal. Aku mencintai Adelia." "Enggak!" bantah Deyana, keras, "kamu membencinya. Kamu sangat membencinya, karna dia orang ketiga dalam hubungan kita. Kamu membencinya, karna dia membuatmu bertanggung jawab pada sesuatu yang dilakukan orang lain, ingat itu!" Deyana mencoba memprovokasi Bayu. Dengan mengingatkan hal apa yang membuat pria itu terjebak dalam pernikahan dan pria itu juga yang memberi janji agar dia menunggu. "Aku ingat semua dengan jelas. Maafkan aku Deyana, aku salah padamu. Tapi, jujur ..
Baca selengkapnya

Kecamuk

Adelia meringis. Jahitan di perut masih basah, membuat dia harus bergerak sepelan mungkin. Sesaat dia terdiam menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. Benak gadis itu mengumpulkan ingatan yang terserak. Bayang-bayang wajah marah Deyana, juga raut murka Fairuz, silih berganti mengisi tempurung kepalanya. Refleks Adelia menyentuh perutnya, kempes. Seketika gadis itu dilanda ketakukan. Di mana bayinya? Apa yang terjadi? "Syukurlah Nona sudah siuman." Suara Melinda membuat Adelia menoleh ke samping kiri. Matanya menangkap sosok Melinda mendekat dengan senyum lega di wajahnya. "Di mana anakku, Bi? Apa dia baik-baik saja." Mata Adelia liar mengitari ruangan, berharap menemukan sosok mungil yang telah dia kandung selama hampir tiga puluh dua minggu. Melinda menahan pergerakan Adelia yang ingin duduk. "Tenanglah Nona. Putri Anda baik-baik saja. Dia ada di tangan yang tepat." "Apa ada yang kurang padanya? Atau tubuhnya terluka?" Adelia kembali mencecar Melinda, bayangan Deyana men
Baca selengkapnya

Bejat

Merlion Park sangat ramai sore ini. Maklum saja, setiap akhir pekan banyak wisatawan lokal dan luar negeri mengunjungi tempat tersebut. Beberapa orang tampak berswafoto dengan latar belakang Marlion, patung yang kepalanya seperti singa dan badan ikan, yang merupakan ikon kota Singapura. Orang-orang berkata, belum resmi ke Singapura bila belum berfoto di tempat itu.Tepukan di bahu kiri, membuat Adelia menoleh. Pertama kali yang ditangkap mata si gadis adalah, senyum hangat seorang pria berwajah tampan, bisa juga dikatakan cantik. Kadang, Adelia susah mendefenisikan seperti apa raut Aridanta. Dia perpaduan maskulin dan feminim di saat bersamaan."Udah lama nunggu?" tanya Aridanta sambil menyugar rambutnya pelan.Adelia tersenyum. Tak banyak yang berubah dari pria di hadapan. Gaya khasnya, menyugar rambut. Itu artinya, dia sedang berusaha menunjukkan betapa memesonanya dia. "Lumayan, tapi untuk pria secantik kamu, aku enggak keberatan.""Haiiish! Aku ini wong lanang, eee. Mosok dibilan
Baca selengkapnya

Menikah Saja Denganku

"Sepertinya, Anta suka sama kamu." Fairuz menggoda Adelia yang sedang menuangkan kopi ke dalam cangkir untuk pria tersebut. "Lihat, Nika juga terlihat senang sama dia." Adelia melirik sekilas ke arah Anta. Pria itu sedang bermain dengan Nika--putri Adelia-di ruang tengah. Malam ini, dia sengaja mengundang pria tersebut makan malam di rumahnya. Semua itu ide Fairuz, yang penasaran siapa pria yang selalu membuat Adelia tertawa setiap kali berbicara di telepon. Sebagai orang tua yang merasa gagal membahagiakan putrinya, Fairuz merasa bersyukur setelah beberapa bulan pasca melahirkan, ada seseorang yang mampu mengembalikan keceriaan putrinya itu. Anta juga pria yang sangat supel. Dia gampang saja membuat Fairuz jatuh simpati. Biasanya, Papa Adelia itu sangat kritis pada seseorang. Namun. Dalam hitungan jam saja, keduanya berbicara seolah-olah seperti kawan lama. Mungkin kuliah bisnis yang ditekuni Anta, membuat si pria mampu mengimbangi obrolan Fairuz. Bagi Adelia, hal itu lumrah. Siap
Baca selengkapnya

Deyana, Kau Membuatku Gila

Bila mendung sudah bergelayut di langit, jangan larang hujan turun ke bumi. Bila angin meniup keras dahan-dahan pohon, jangan larang dedaunan gugur ke bumi. Begitupun, bila cinta sudah mendiami hati, jangan pernah ragu untuk menggungkapkan. Perihal berbunga atau layu, biarkan semesta yang menjawab.Harusnya, rangkaian kalimat di atas dipahami Bayu, dahulu. Sehingga pria itu tak perlu memendam perasaannya jauh ke relung paling palung. Semestinya, dia tak menerima kekalahan begitu saja, lalu mundur tanpa pernah memperjuangkan Adelia. Andai, andai ... kata pengandaian itu terus saja bergema di tempurung kepalanya.Kini, pria itu hanya bisa melepas kerinduan lewat sosial media Adelia. Ada sesak yang terus menggulungnya dalam rasa bersalah. Meraba wajah cantik nan menggemaskan milik Nika, melalui layar telepon, membuat pandangan pria tersebut memburam. Sesekali, air mata keluar dari sudut mata sang pria. Lalu dengan cepat dia mengalihkan pandangan. Tak sanggup rasanya, melihat wajah bayi y
Baca selengkapnya

Amuk Deyana

Santo bergegas membuka pintu gerbang, saat melihat mobil Bayu hendak masuk ke dalam pekarangan. Pemuda yang sudah bekerja di keluarga Fairuz selama lima tahun tersebut, menyongsong pria tersebut. "Di mana Deyana?" "Non Deyana dalam kamar, Tuan. Dia ngamuk dan melempar barang-barang. Pintu dikunci hingga kami enggak bisa masuk." Santo melapor, seraya menyamai langkahnya dengan Bayu. Terdengar embusan napas keras dari bibir Bayu. Menghadapi Deyana, menguras semua emosi pria itu. Dia tak mengerti, bagaimana dulu bisa mengagumi wanita tersebut? Sempat menaruh simpati setelah mendengar cerita sedih sang wanita. Andai saja, Deyana mampu mengendalikan emosinya dengan baik, Bayu yakin, wanita itu akan jadi pebisnis handal. Bayu melangkah lebar dan cepat memasuki rumah. Di dalam, Mbak Nani dan Mang Hadi berdiri dengan raut cemas. "Mbak, cariin kunci duplikat kamar Deyana," perintah Bayu pada asisten rumah tangga. "Mang, ikut saya ke atas," imbuhnya. Mbak Nani segera menuju gudang yang te
Baca selengkapnya

Rapuh

Aroma permusuhan tercium jelas di ruang kerja Fairuz. Ruangan yang berada di lantai satu dan memiliki pintu penghubung dengan perpustakaan mini, merupakan tempat favorit pria tersebut. Dengan luas 8×7 m2, ruangan tersebut cukup besar untuk ukuran sebuah ruang kerja di rumah pribadi. Di bagian paling belakang, di tengah ruangan, diletakkan meja--yang terbuat dari kayu jati pilihan dan ukiran bernilai seni tinggi--dengan ukuran besar, lengkap dengan kursi putar yang memiliki sandaran tinggi. Di depan meja itu, juga diletakkan dua buah kursi putar, tetapi tidak sebesar dan semewah kursi pertama. Di bagian kanan ruangan, diletakkan lemari kaca yang menempel di dinding. Di dalam lemari, terpajang dengan rapi berbagai macam judul buku dan disusun sesuai abjad. Di dekat pintu masuk, sepasang lukisan abstrak seperti siluet seorang wanita, digantung dan diberi lampu kecil berwarna kuning. Bila malam hari dan semua lampu dipadamkan, lukisan itu akan terlihat hidup karena cahaya kuning dari lam
Baca selengkapnya

Andini

Aku mengenal Andini sejak masih remaja. Keluarga kami yang masih memiliki hubungan kekerabatan meski jauh, membuat kedekatan kami digadang-gadangkan, akan berujung pada perjodohan. Awalnya, aku tak menggubris ide itu. Kami masih sangat muda, pengumuman masuk sekolah menengah pertama saja baru keluar. Aku tak ingin menyia-nyiakan kepercayaan Ibu. Beliau sangat membanggakanku, dulu. Bahkan, sebelum kematiannya, beliau sempat berpesan agar aku menjadi pria hebat yang bisa dibanggakan. Andini pun juga diterima di sekolah yang sama denganku. Ayah gadis itu berpesan agar aku menjaganya. Dia selalu menguntitku ke mana saja. Sampai ada slogan di sekolah, di mana ada Fairuz, di sanalah Andini berada. Aku tak masalah dengan lelucon seperti itu. Toh, pada kenyataannya, antara aku dan Andini, tak pernah ada kedekatan khusus, hubungan kami murni teman dekat. Namun, semua menjadi masalah saat kenaikan kelas dua belas. Seorang murid baru, menarik perhatiaanku. Dia tak secantik juga tak sekaya Andi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status