Semua Bab I Love You, Gadis Tengil!: Bab 21 - Bab 30

49 Bab

Bab 21 (Selingkuh?)

Tidak ada yang bisa rela dan menerima dengan lapang dada, apalagi dalam waktu dekat menerima sebuah pernikahan karena sebuah perjodohan. Apalagi di zaman yang sudah modern seperti ini. Seorang anak biasanya sudah memiliki pilihan pasangan masing-masing dan tinggal meminta restu dari kedua orang tua. Menjalani mahligai pernikahan dengan orang yang dicintai tentu sangat bahagia. Tetapi bukan berarti pernikahan yang berawal dari perjodohan dan tanpa cinta tidak bisa hidup bahagia.Hanan memang sudah bisa berdamai dengan takdir, menyadari kini dirinya sudah berstatus sebagai seorang istri. Tidak lagi gadis yang masih berstatus sendiri. Ingat dan camkan baik-baik, hanya status saja yang diterima di buku nikah. Namun, sampai kapanpun ia tak akan sudi diatur segala gerak-geriknya, apalagi ada Yeza yang sepertinya sedang berusaha masuk ke dalam kehidupan mereka.Hanan sedang memasukkan keperluan yang biasa dibawa saat bekerja ke dalam tas ransel mini."Mau ke mana?" tanya Naufal.Hanan menole
Baca selengkapnya

Bab 22 (I Don't Cry)

"Hanan!" bentak Lyra.Hanan menoleh, menatap wajah Lyra yang terlihat kesal pada sikapnya terlihat tidak tegas sama sekali."Mau kamu apa sih?" tanya Lyra."Aku capek Ly, memangnya kamu gak capek? Kita udah kerja delapan jam, kamu gak mau istirahat?" Hanan sepertinya memang enggan membahas hal berat seperti itu dikala tubuhnya butuh istirahat.Lyra menghela napas, merasa tidak tega juga pada Hanan. Akhirnya memilih mengalah dan tidak mau memaksa lagi. Hanan benar, lebih baik pulang dan istirahat. Meskipun hatinya benar-benar kesal."Kamu ke kontrakan aku aja." Lyra memberi saran."Gak usah, Aku pulang ke rumah Papa aja. Kangen berantem sama Amora." Hanan saat ini menolak tawaran Lyra. Padahal biasanya paling betah dan suka jika diajak ke kontrakan Lyra.Bola mata Lyra melotot saat mendengar permintaan Hanan. Akankah Hanan melampiaskan kekesalannya pada Amora, Ibu tirinya? Lyra yakin, meskipun Hanan tidak ada rasa cinta pada Naufal, tetap saja akan terasa sakit jika melihat suami send
Baca selengkapnya

Bab 23 (Bodo Amat)

"Ngapain kamu melotot sama suami? Dosa loh," tegur Syahreza saat melihat Hanan membelalakkan matanya melihat Naufal berdiri di sisinya."Hem, anaknya datang ke rumah bukannya di sambut dengan senyum. Dipeluk, terus ngomong kalau kangen. Ini enggak, malah marah. Kayak gak tau gimana sikap Hanan aja!" gerutu Hanan.Syahreza tersenyum geli, saat Hanan sudah menunjukkan sisi kekanakannya. Jujur saja pasti ia juga rindu canda dan tawa dengan putri satu-satunya itu. Hanya saja memang sikap Hanan berubah total padanya, tidak sehangat saat masih satu atap dengan Manda, mantan istri."Sini, biar aku aja yang peluk kamu!" Tiba-tiba saja Naufal yang menawarkan diri. Dih, memangnya dikira Hanan mau? Boro-boro mau dipeluk, duduk dekat Naufal saja risih. Sepertinya hanya Yeza yang butuh pelukan dari Naufal."Hehehe, Iya sayang," ucap Hanan.Berharap Naufal akan melompat kegirangan ketika dipanggil sayang oleh Hanan. Bukan Naufal saja yang bisa berakting di depan sang papa, Hanan juga bisa. Eits, te
Baca selengkapnya

Bab 24 (Menarik Sekali Kisah Kalian!)

"Lupakan saja! Gak usah kaget gitu, mulutmu jangan terlalu besar mangapnya. Kalau masuk lalat gimana?" cibir Hanan."Sekarang makan dulu, Aku mau ngomong empat mata sama kamu. Ini serius, Hanan," ucap Naufal. Menyodorkan piring pada Hanan.Hanan sengaja diam tidak merespon. Masih ada rasa gengsi untuk menerima. Padahal cacing di dalam perut sudah meronta-ronta minta makan. Sedangkan di dalam kamar tidak ada satu helai roti pun. Wajar saja sih, Ia sudah tidak tinggal di rumah Syahreza. Mungkin besok-besok jika punya keinginan, Hanan ingin kembali serumah dengan sang papa. Ingat, bukan manja, Ia hanya tidak rela jika Amora menikmati semua harta Syahreza."Hanan, kenapa melamun? Aku capek loh, megangin piring begini."Hanan mencebik. "Memangnya aku nyuruh kamu megangin itu piring? Kurang kerjaan banget deh, Aku bukan anak manja. Jadi taroh aja di atas nakas lagi. Kalau udah lapar bakal aku makan. Gak usah jadi pahlawan kesiangan buat Amora. Miris banget hidup kamu, mau-maunya ditipu sama
Baca selengkapnya

Bab 25 (Apakah Ini Yang dinamakan Cemburu?)

"Nuduh aku selingkuh?" tanya Naufal.Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja membuat Hanan tertawa terbahak-bahak. Entah itu menertawakan kebodohan Naufal dalam berbohong, atau menertawakan dirinya sendiri yang masih mau bersabar."Ngapain kamu ketawa? Memangnya ada yang lucu?" gerutu Naufal."Kamu gak salah nanya kayak gitu sama aku? Udah dewasa, tapi pemikiran dan sikap masih kekanakan. Pantesan aja gak punya pendirian, miris banget, apalagi cowok. Tapi sayang sekali, kesialan itu tertimpa padaku yang harus menikah sama kamu. Bisa gak sih, kalau kita cerai, Aku tetap menyandang status gadis?" Hanan sudah mulai ngawur, sebab hatinya sudah kesal. Amarah sudah ada di ubun-ubun kepala. Ingin segera diluapkan, tetapi masih ditahan."Maksud kamu apa sih? Kalau ngomong itu yang jelas, Aku bukan ahli dalam membaca isi pikiran perempuan. Terserah kamu mau bilang gak peka juga."Hanan mengangkat sebelah alisnya, menatap wajah Naufal yang sok polos itu. Sungguh memuakkan sekali. Jika ada segelas
Baca selengkapnya

Bab 26 (Dua Sisi Hanan)

"Udah malam, waktunya tidur. Gak usah dilanjutkan omonganmu. Sia-sia juga, Aku dah gak nyambung diajak ngomong. Oh iya, baru ingat, Kamu 'kan hobi ngoceh panjang-panjang. Silakan aja mau ngomong, tapi maaf aja, aku gak mau dengerin!" ucap Hanan.Hanan sebenarnya bukan benar-benar mengantuk. Ia hanya enggan bicara dengan Naufal yang tidak ada habisnya. Sangat membosankan sekali, tidak ada manfaatnya. Bahkan ia kini sudah memunggungi Naufal."Baiklah, lalu aku tidur di mana?" tanya Naufal.Pertanyaan macam apa itu? Memangnya baru pertama kali tidur dalam satu kamar dengan Hanan? Haish, tidak bermutu sekali pertanyaan yang dilontarkan Naufal."Di kamar tamu saja, kosong 'kan?" Sebenarnya Hanan enggan merespon, tetapi gatal juga bibirnya untuk tetap diam."Kamu tega nyuruh suami sendiri buat tidur di kamar tamu?"Sepertinya Naufal sedang menabuh genderang perang pada Hanan. Sengaja mengganggunua agar tidak jadi tidur. Bahkan sekadar memejamkan mata saja tidak jadi. Ocehan Naufal terlalu b
Baca selengkapnya

Bab 27 (Kegiatan Pasutri Unik)

Naufal yang posisinya sedang antre di pabrik, mengantar buah kelapa sawit dengan muatan berkisar tiga ton. Ia kini sedang duduk-duduk dengan teman sesama sopir di kantin pabrik. Terdengar sesekali temannya menggoda sang pelayan kantin, kebetulan seorang janda beranak satu. Tentu saja masih bisa dikatakan muda, usianya berkisar sebaya dengan Naufal. Sudah hal biasa, jika pembeli bersenda gurau dengan pelayan maupun pemilik kantin tersebut."Cuman Naufal yang selalu kalem." Celetuk temannya yang bwradai di ujung bangku."Dia itu tipe suami setia.""Bukan, Naufal itu suami takut isteri.""Naufal takut gak dikelonin sama isteri kalau bercanda sama cewek lain.""Maklum masih ada aura pengantin baru, maunya cuma nempel sama isteri di rumah. Kerja pun, yang ada dalam benaknya hanya isteri. Hahahaha!"Begitulah teman-teman seperjuangan Naufal, selalu menggoda disaat sedang berkumpul. Ia selalu menjadi objek canda dan tawa mereka. Hanya ditanggapi dengan senyuman oleh Naufal. Sudah biasa, agar
Baca selengkapnya

Bab 28 (Segurat Rasa Cemas Naufal)

Saat sudah tiba di rumah, mata Hanan menatap heran sekeliling halaman. Sunyi dan senyap, lampu-lampu tidak ada yang hidup satu pun. Kemana sang mama pergi? Sepertinya pergi sejak siang hari. Hingga membiarkan suasana rumah yang ditinggal menyeramkan seperti itu. Entah apa kesibukannya, Hanan tidak mengerti. Lebih tepatnya enggan untuk bertanya dan ikut campur.Dengan bibir yang terus bicara, Hanan membuka pintu rumah. Seram juga ternyata, jika melihat rumah gelap gulita seperti itu. Hanan meraba saklar dan menghidupkan semua lampu di seluruh ruangan. Bergegas menuju kamar, badannya terasa gatal-gatal."Entah apa yang dikerjakan Mama, memangnya gak bisa diam aja di rumah? Mentang-mentang janda, gak ada yang ngelarang ini itu. Setidaknya pikirin anak di rumah. Harus banget pergi sampai malam begini. Biasanya juga paling lambat sebelum adzan magrib berkumandang udah di rumah." Hanan terus saja mengoceh, seakan-akan ada orang yang mendengar. Hanan merogoh mini bag, mencari ponsel nya. He
Baca selengkapnya

Bab 29 (Kedatangan Mertua)

Naufal meruntuki kebodohannya, merasa tidak becus menjadi seorang suami. Tidak tahu sedikit pun tentang Hanan. Ya, meskipun ia sadar, pernikahan mereka seperti sebuah permainan belaka. Ia juga paham betul, Hanan belum sepenuhnya menerima pernikahan mereka. Dirinya sendiri juga masih berusaha untuk menerima takdir."Apa Hanan akan marah padaku?" gumam Naufal.Tubuh yang letih usai pulang kerja, ditambah melihat situasi seperti itu. Semakin membuat hati Naufal tidak tenang. Ia memilih menuju dapur, berniat memberikan segelas air putih hangat pada Hanan. Setidaknya ia masih punya rasa iba pada sang istri, meskipun tidak ada rasa cinta.Ceklek...Hanan terlihat meringkuk di atas tempat tidur. Sepertinya sudah tertidur dengan pulas. Tubuh yang tertutup selimut terlihat tidak bergerak sama sekali. Naufal tidak tega juga membangunkan Hanan. Memilih untuk segera membersihkan diri. Mata sudah tidak bisa diajak kompromi, ingin segera berlabuh di pulau kapuk."Kirain pemberani, galaknya minta am
Baca selengkapnya

Bab 30 (Terpaksa)

Hanan menyunggingkan senyum manis. Sangat manis, bahkan Naufal saja tidak pernah melihat Hanan tersenyum seperti itu. Karena mereka jika bertemu pasti seperti Tom and Jerry. Hanan sebenarnya gadis manis dan baik pada semua orang. Tetapi sayang sekali, tidak untuk Naufal seorang. "Katakan saja, sayang. Mami gak akan marah sama kamu kok," ucap Ayana."Apa yang harus Hanan katakan, Mi?" tanya Hanan."Matamu gak bisa berbohong, Hanan. Apa Naufal bersikap buruk padamu?"Sebaik ini Mami mertua, berbanding terbalik dengan Naufal yang menjengkelkan."Apa pun itu, tetap kamu menantu kesayangan Mami. Kamu bukan orang lain yang masuk ke dalam kehidupan Naufal, jadi jangan bersikap seolah-olah kalian dua orang asing. Perjuangkan yang sudah mutlak menjadi milikmu. Mami bukan hanya mertua kamu, tapi juga seorang ibu untukmu. Gak perlu sungkan buat cerita ke Mami, jika Naufal salah. Jangan kamu pikir Mami akan tetap membelanya, seperti kisah mertua kejam. Mami akan memihak yang benar."Semakin panj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status