All Chapters of SUAMI YANG TERGADAI DEMI RUPIAH: Chapter 11 - Chapter 20

42 Chapters

Bab 11. Takdir Bertemu

Mendengar Adel bicara seemosi itu, Bella kembali menenggak kasar minumannya. Jika ingin mabuk, dia akan melakukannya. Sayangnya, Bella masih ingin berpikir jernih menghadapi masalah.“Kayaknya gue yang bodoh banget, ya? Masa gue nggak tau mereka berdua punya hubungan padahal mereka dekat banget sama gue, Del?” gerutu Bella, mengasihani diri sendiri.Dirinya memainkan denting gelas yang beradu dengan gelas di sampingnya. “Bodoh, gue bodoh!”“Jadi lo ke sini cuma buat nangisin nasib jelek lo ini, ya?” Adel mulai tertawa. Berpikir menemani orang frustrasi ini dengan membawanya enjoy saja. “Kayaknya lo beneran cinta banget sama si Bastian.”“Cinta mati, sih, enggak juga. Cuma, ya, gila aja kalau gue masih baik-baik aja dikhianatin sahabat dan pacar gue sendiri. Bodoh! Sialan! Rasanya gue malu sama diri gue sendiri. Pengen aja gue nyemplung ke kali Ciliwung!” geram Bella sambil membenamkan wajahnya di atas meja.Adel merasa lucu dengan sikap putri konglomerat itu. Ditoyornya kepala Bella d
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

Bab 12. Jurang Malam

Bella tampak bingung. Tentu Mirza hanya masa lalu, apalagi teringat dengan pertemuan terakhir kali dengan Arumi tentang tawaran menjual suami seharga satu milyar itu.“Apa, sih? Enggak, bukan urusanku juga. Nanti yang ada, aku harus berurusan lagi sama si Rumi. Males banget. Tapi Mirza ...”Bella kembali masuk ke dalam kelab. Sempat dilihatnya di ujung sana, wanita berambut pendek cat merah itu mengibas-ngibas amplop tebal saat bertransaksi dengan barang bagus miliknya.Beberapa pria tinggi besar, dan juga wanita berdandan menor dengan tampilan seksi itu, memegang pipi lelaki tampan yang tak sadarkan diri, kini telah menjadi mangsanya dengan senyum penuh kepuasan.Bella mencoba abai dan kembali ke duduknya.Kepala Bella terasa pecah karena hal yang dia lihat justru hadir setelah dirinya galau dikhianati sang kekasih. Kekasihnya, Bastian bahkan tak menghubungi untuk sekadar berbasa-basi dan meminta maaf.“Beneran nggak mau mabok?”Adel kembali menawarkan segelas minuman beralkohol saat
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

Bab 13. Terjadi Sesuatu

Hari hampir larut. Arumi menikmati camilan malamnya sambil menonton televisi. Sudah seharian sang suami pergi ke Jakarta, tak ada satu pun pesan atau panggilan masuk ke ponsel-nya."Suamiku kerja keras banget, ya! Beruntungnya aku."Tak dia sadari takdir buruk apa yang telah menjerat Mirza. Bahkan malam sudah terlewati, belum ada tanda-tanda Mirza akan pulang.Sebentar dia keluar rumah untuk menunggu kedatangan suami. Sudah hampir pukul sebelas malam."Ini kenapa ditelepon nggak diangkat, sih?" gusarnya sambil menatap layar. Tersambung, tapi tak dijawab. Tak lama, panggilannya beralih ke Sukma. Tak juga disahuti."Ini apa Mas Mirza nginap di sana dan nggak pulang, ya?"Bukannya khawatir, Arumi masuk saja ke rumah. Berbaring nyaman di kasur empuk sambil menatap amplop cokelat di sisi pembaringannya. Uang dari Sukma masih utuh, belum ada agenda akan dia ke mana kan tiap rupiah itu."Ini duitnya buat apa, ya? Belanja baju, udah, nyalon juga udah, kemarin. Emas juga udah banyak. Besok ma
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

Bab 14. Kediaman Hermawan

“Hape kamu mati, Mas? Mas Seno neleponin aku terus.”Gerutu Arumi belum ditanggapi oleh Mirza. Sudah dua hari berlalu sejak kejadian itu, Mirza tak banyak bicara. Ponsel dimatikan karena enggan beraktifitas apa pun. Jiwanya masih terguncang pasca insiden kelab itu. Tak bisa marah pada siapa pun karena nyatanya, Arumi juga ditipu oleh temannya.“Mau sampai kapan kamu begini terus?” Arumi bertanya sambil meletakkan secangkir teh di atas meja. “Nganggur di rumah mau sampai kapan? Bukannya aku nggak perhatian sama kejadian kemarin, tapi mau dipikirin berlarut-larut juga nggak ada gunanya, kan? Udah hampir dua minggu sejak dipecadan kamu belum dapat kerjaan lagi, Mas.”Mirza menghela napas gusar, disekanya wajah sembari bergumam istighfar. Ya, dia tak bisa terus berpangku tangan. Arumi dan kandungannya harus dipikirkan.Mirza mengintip dari sisi pintu ketika melihat Arumi duduk sendirian di dapur pada malamnya. Setelah menyeduh segelas susu ibu hamil, sang istri bermain ponsel sembari ter
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

Bab 15. Pertemuan Lagi

"Hai, Bel, ketemu lagi, ya!" seru Arumi, pongah. Senyum licik terukir di bibirnya. Bella belum menyahut. Arumi berjalan mendekati, menyenter penampilan teman lamanya itu dari ujung rambut sampai kaki. Begitu bergaya dengan merk ternama.'Kapan, ya, aku bisa pakai barang-barang branded gini?' lamunnya, membatin.Sejak tadi Bella berpikir. Ada angin apa tiba-tiba Arumi datang menemuinya?'Apa Mirza cerita kalau aku ketemu dia di kelab ke Arumi? Firasatku nggak enak banget, nih.'Lekas Bella menarik tangan Arumi untuk menyeret langkah keduanya. Bersantai sejenak dan bicara di coffee shop perusahaan."Katakan apa maumu? Kenapa kamu bisa ada di sini?" gerutu Bella, menghentak meja.Arumi tersenyum, meraih secangkit latte yang dihidangkan padanya. "Mas Seno, mantan supir kamu itu, masku. Saudara kandungku."Mata Bella membeliak. Sekian tahun Seno bekerja pada Keluarga Hermawan, bagaimana hal ini bisa terjadi?"Kamu adiknya Mas Seno? Apa dia ...""Dulu pas SMU, kamu juga nggak pernah ketemu
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

Bab 16. Perasaan yang Nyata

Mirza menatap nonanya yang mendekati dengan koper di sisi kakinya. Sudah dia dengar dari Danu bahwa Bella akan pergi tugas selama hampir seminggu di Bandung."Kamu setirin aku, ya. Papa yang minta," perintah Bella, cuek.Mirza mengangguk. "Ba-baik, Bel. Eum, Nona."Selama dua minggu ini, mereka tak saling bicara. Bella juga lebih banyak menghabiskan waktu bekerja di luar. Sekalipun berpapasan di rumah, mereka saling mengabaikan seolah tak mengenal.Sepanjang perjalanan ke Bandung, sesekali Mirza menatap Bella dari spion. Wanita itu hanya sibuk dengan berkas dan ponsel di tangan."Fokus ke jalanan saja, Mirza!" tegur Bella."Ah, ya."Sebenarnya Bella sangat marah perihal kebohongan yang dilakukan Mirza. Pun sebab dia berpikir bahwa Mirza sama buruknya dengan Arumi.Setibanya di villa Bandung, Mirza menyeret koper Bella untuk masuk ke rumah inapan itu. Hanya ada seorang tukang kebun yang menjaga villa keluarga Hermawan."Kamar tidurmu di belakang. Dan juga, besok sekitar jam sepuluh pag
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

Bab 17. Kegilaan

“Pak, ajak saya masuk, dong!” bujuk Arumi pada sang security.“Aduh, Mbak. Mirza, kan, nggak ada di rumah. Kalau saya bawa Mbak masuk, mau bilang apa ke Nyonya?”Arumi masih bersikeras. Tak sabar rasanya ingin menginjakkan kaki di rumah kaya berlantaikan marmer itu. “Saya adiknya, Pak. Seenggaknya izinin saya masuk, saya haus. Jauh-jauh dari kampung, masa harus pulang lagi? Nanti saya telepon Mas Mirza-nya, deh.”Satpam itu pun membawa Arumi masuk ke rumah besar milik Keluarga Hermawan. Langkahnya hati-hati, Arumi membuntuti dari belakang. Niat petugas keamanan itu hanya membawakan Arumi minuman dari dapur, tapi berpapasan dengan Mayang, sang pemilik rumah.“Itu siapa, Rus?” tanya Mayang.“Dia ngakunya adiknya Mirza.”Sejak tadi Arumi memandang tajam pada Mayang. Wanita itu terlihat kurang sehat. Sungguh penampilannya jauh berbeda dari Hermawan yang tampak gagah dan rupawan di usianya yang matang.‘Aduh, si tua ini nggak pantas rasanya bersanding sama Pak Hermawan. Kapan matinya, sih
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

Bab 18. Aku Menyukaimu

Bella berjalan congkak, lalu duduk di hadapan mereka sambil melipat tangan di depan dada. Lucunya, bukannya pria itu duduk bersebrangan dengan Leona, mereka justru duduk berdampingan hingga membuat kepala Bella nyaris meledak.“Kenapa memanggilku ke sini? Mau menyampaikan undangan pernikahan kalian padaku?” Bella menatap nyalang pada keduanya, lalu menunjuk ke arah wajah Leona. “Atau mungkin kamu sedang hamil setelah menjual tubuhmu pada lelaki ini?”Meski selama ini berusaha tegar, melihat Bastian dan Leona duduk berdampingan seperti ini, ditambah lagi teringat aktivitas bergumul mereka itu membuat hati Bella mendadak nyeri.Leona belum menyahut, membiarkan Bastian mengambil alih alur perbincangan di depan sahabat yang ditikamnya beberapa tahun terakhir.“Kamu melihatnya saat itu, aku nggak bisa berdalih lagi. Tapi setidaknya, dengarkan penjelasan kami dulu. Bukannya kami sengaja mengkhianatimu, kami terpaksa melakukan ini karena-”Bastian tergagap saat Leona mencubit sisi pahanya.
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

Bab 19. Menggoda Majikan

Suara mesin mobil terdengar memasuki pelataran ketika senja. Arumi mengintip dari jendela kamarnya yang mengarah ke pelataran. Netranya memindai Hermawan dengan binar menggoda."Aku harus bisa jadi Nyonya Hermawan berikutnya."Berdandan dengan cantik, menggenakan daster batik sebatas paha, Arumi siap dengan kendalinya. Wewangian juga disemprot ke tubuhnya.Lekas dia keluar untuk pergi ke dapur. Membuatkan teh pada majikan untuk menarik perhatiannya."Mau ngapain, Rum?" tanya si bibi ketika melihat Arumi begitu sibuk mencari cangkir pada rak."Mau buatin teh untuk Bapak."Si bibi mendelik heran. "Siapa yang suruh?""Nggak ada, inisiatif aja. Sekalian aku mau ngobrol sama beliau. Aku, kan, baru bekerja hari ini untuk jadi pengasuh Bu Mayang."Selesai dengan secangkir teh, Arumi dengan gesit membawanya ke ruang tengah. Hermawan dan Mayang sedang bercengkrama di sana. Wanita itu tak menaruh curiga sedikit pun dengan pakaian Arumi, juga gestur. Arumi sengaja membungkuk untuk membiarkan tua
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

Bab 20. Cinta Sepihak

Mirza sudah lebih segar setelah banyak beristirahat. Hanya sesekali dia menahan nyeri yang tersisa dari bekas luka tusuk itu. Usai mandi, Mirza urung memakai kaos untuk melihat pantulan punggungnya di cermin. Lukanya belum kering sempurna, masih ada plester rekat yang tersisa setelah perban dilepas. "Mir, kita—" Wajahnya memerah kala sempat melihat pria itu tanpa pakaian atasan. Hanya bisa berbalik, menetralkan jantung yang tak beraturan. "Maaf!" Terburu Bella meninggalkan kamar melinat wajah Mirza yang tampak innocent. Dirinya hanya bersandar di dinding luar sembari mengatur hela napas. 'Bel, ngapain kabur, sih? Ini, kan, bukan pertama kalinya kamu ...' Bella menoleh saat bahunya disentuh Mirza. Pria itu nampak siap kembali dengan tugasnya. "Ada perlu apa? Ada meeting lagi?" Bella menggeleng. "Nggak ada. Kalau kamu sudah sembuh, kita bisa pulang ke Jakarta, sore nanti." "Baik." Mirza memperhatikan langkah lamban Bella. Sedikit sempoyongan, sesekali mencari pegan
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status