Home / Horor / Rahasia Ibu Mertuaku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Rahasia Ibu Mertuaku: Chapter 41 - Chapter 50

63 Chapters

Bab 41

 Tanpa mempedulikan tubuhnya yang dipenuhi luka  bekas cakaran, Ahmad terus berlari menarik tangan Nana. Kepalanya terus menoleh ke belakang, takut sosok bernama Mariaban itu datang mengejarnya.  "Mad... Aku lelah!" Nafas Nana mulai ngos-ngosan, meminta berhenti. "Tahan sedikit Kak! Kita harus segera keluar dari sini. Kita tidak bisa lama-lama di sini. Kalau sampai adzan subuh kita tidak kembali ke alam kita, maka jasad Kakak akan dikuburkan. Kakak bisa mati!" pekik Ahmad, tanpa mempedulikan rasa lelah Nana, terus berlari mencari keberadaan Harto. Sebelum ia berhasil lepas dari sosok makhluk itu. Sebuah cahaya yang muncul tiba-tiba di telinga kanan Nana, membuat makhluk itu terjungkal, kala ia berniat menggigit leher Nana. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Ahmad langsung mendekati sang kakak. "Mas Harto, Mad! Itu mas Harto!" ujar Nana, menunjuk ke arah Harto yang kimi tengah disiksa di sudut ruangan.  Tak jau
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more

Bab 42

Ahmad terbaring tak sadarkan diri di tengah-tengah kebun jagung. Beruntung saat itu, hari sudah mulai terang. Para warga yang sering melalui jalan itu untuk pergi ke ladang atau kebunnya, tidak sengaja menemukan Ahmad. 'Mayat... Mayat... Tolong ada mayat!'  Satu teriakan dari seorang warga membuat warga yang lainnya datang ke tengah-tengah kebun jagung. "Di mana mayatnya No?" tanya salah seorang warga. "Itu mayatnya Pak! Sepertinya mati dibunuh," sahut Nono-- warga yang pertama kali menemukan Ahmad. Melihat kerumunan di kebun jagung, empat orang saudara Harto lekas mendekat.  "Ada apa ramai-ramai Pak?" tanya Marto, menanyai salah seorang warga. "Itu ada mayat pak Marto!"  Mendengar mayat, keempat saudara Harto saling berpandangan, dengan wajah yang menegang. 'Ahmad!'  pekik mereka bersamaan, kemudian berlari menerobos  kerumunan. "Perm
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more

Bab 43

 Tak mau membuang waktu. Setelah semuanya sedikit membaik dan kondisi ketiganya memungkinkan untuk dibawa pergi. Para saudara Harto dan Agung lekas membawa ketiganya ke desa Gandara. Perjalanan yang ditempuh lumayan jauh dan memakan banyak waktu, begitu pula dengan cobaan yang silih berganti. Namun semua itu tidak menyurutkan tekad mereka untuk tetap pergi. "Itu di sana ada warung, mana ramai lagi. Kita berhenti di sana saja sekalian tanya!" usul Bani. "Warung yang mana sih Ban? Di sana berkabut, aku tidak melihat warungnya,"  ujar Marto, beberapa kali mengusap kedua matanya. "Masa sih Mas tidak lihat? Itu jelas sekali warungnya! Coba mas lebih dekat lagi, nanti juga kelihatan," ucap Bani. Marto menurut saja. Walaupun merasa tidak yakin dengan kata-kata Bani, tapi ia tetap mengikutinya saja. "Nah, itu warungnya! Ada kan Mas? Gung?" Bani menanyai para saudaranya dan juga Agung.
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more

Bab 44

 Kali ini kening busu Anwar yang mengerut bingung. Ia kembali memiringkan kepalanya ke arah belakang rombongan Harto. Masih tampak di depan matanya, seorang berdiri dengan kepala yang menunduk. "Itu ibu kalian, kan?" tanya busu Anwar, menunjuk. "Ibu? Maaf Busu, tapi ibu kami sudah meninggal dunia. Baru beberapa hari lalu dimakamkan," jawab Marto. Kali ini busu Anwar mengerti, siapa sosok wanita paruh baya yang mengikuti rombongan di depannya. Netranya beradu pandang, kala sosok yang menyerupai ibu Harto mendongakkan kepalanya. Seringai mengerikan terpampang jelas, mulutnya melebar hingga batas daun telinga dengan tetesan darah berwarna hitam yang berbau busuk dan anyir. "Astagfirullahaladzim..." lirih busu Anwar, malingkan wajahnya ke arah lain. "Lebih baik kalian semua masuk dulu!" ujar busu Anwar, mempersilahkan tamu-tamunya. Tak mau banyak tanya soal satu sosok yang ikut rombongan mereka. Ma
last updateLast Updated : 2023-12-28
Read more

Bab 45

 Nana segera mengalihkan pandangannya. Jantungnya berdebar tak karuan.  Beberapa saudara Harto melirik wajah Nana yang memucat. "Mereka tidak akan melepaskan kalian begitu saja. Calon tumbal yang sudah ditargetkan, tidak akan dilepaskan. Mereka akan memburu calon mereka sampai ke manapun,"  Kalimat yang diucapkan busu Anwar, sukses membuat bulu kuduk Nana berdiri. Ia tidak menyangka, dunia mistis begitu mengerikan. Terlebih masalah tumbal-menumbal. "Jadi, kami semua harus bagaimana Busu? Tolong selamatkan ketiga adik kami!" Marto memohon, dengan wajah memelas. "Insyallah kita akan berjuang untuk adik-adik kalian. Semoga saja makanan atau minuman yang masuk ke dalam tubuh mereka belum mendarah daging. Kalaupun sudah mendarah daging, mungkin prosesnya akan sedikit lebih lama. Terutama untuk Mbak dan Mas yang muda ini!" Tunjuk busu Anwar. Ahmad dan Nana saling berpandangan. Wajah keduanya semakin pucat dibuatnya
last updateLast Updated : 2023-12-28
Read more

Bab 46

 Harto menutup kedua telinganya. Bisikan aneh yang membuatnya merasa takut sendiri. "Jangan didengar bisikan itu! Itu bisikan setan yang tidak ingin kamu dirukiyah," ucap busu Anwar memperingatkan.  Dengan memantapkan hatinya, Harto memohon ampun pada enam saudaranya, begitu pun dengan Agung dan juga Nana. "Silahkan bersuci dulu!" titah busu Anwar. Harto beranjak dari duduknya. Ia mengikuti salah satu santri yang tadi mengantar Ahmad ke belakang. Walaupun tertatih-tatih, Harto tetap membulatkan tekadnya untuk bisa terlepas dari belenggu ilmu sesat sang ibu. Begitu selesai bersuci, tak jauh berbeda dengan Ahmad sebelumnya, wajah Harto terlihat lebih segar dan hatinya terasa tenang. Ia berjalan mantap menghampiri busu Anwar. Terlihat Ahmad juga sudah ikut berkumpul, walau hanya berbaring di samping Agung. "Sudah siap?" tanya busu Anwar, tersenyum hangat. "Insyaallah siap, Busu," 
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

Bab 47

 Dua hari sudah proses rukiyah ketiganya dilakukan. Selama dua hari itu juga, kondisi kesehatan Nana dan Ahmad berangsur membaik. Berbeda dengan Harto yang prosesnya sedikit lamban.   "Kenapa Harto tidak seperti Nana dan Ahmad, Busu?" tanya Bani, prihatin melihat adiknya terbaring lemas setelah melakukan proses rukiyah. Busu Anwar tampak menghela nafas berat. "Semuanya memang perlu proses nak Bani. Proses setiap orang itu berbeda. Mungkin saat ini proses mbak Nana dan mas Ahmad sedikit lebih cepat dari mas Harto. Semua itu juga karena ada alasannya,"  "Apa alasannya Busu?" tanya Bani penasaran. "Alasannya hanya satu, karena mas Harto lebih lama tinggal bersama ibunya," jawab busu Anwar singkat. Kini Bani mengerti, kenapa adiknya itu lebih lama prosesnya. Harto terlalu lama tinggal bersama ibunya. Otomatis, apa yang dimakan dan diminum oleh Harto selama tinggal bersama ibunya terlalu banyak masuk ke dalam tubu
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

Bab 48

 Erangan demi erangan terdengar memilukan. Harto terus berjuang, untuk bisa terlepas dari segala ilmu hitam yang ibunya tanam untuk dirinya.  "To-long!" ucap Harto terbata-bata. Hati para saudaranya tergerak ingin menolong, namun busu Anwar dengan cepat menahannya. "Biarkan dia berjuang untuk dirinya sendiri! Dia belum stabil, masih ada sosok yang ingin mengendalikannya," ucap busu Anwar. Beberapa kali Harto menatap para saudaranya, dengan tatapan memelas. Ia juga menatap Nana. Namun, dengan cepat Nana memalingkan pandangannya. Nana masih trauma dengan kejadian tadi, yang hampir saja membuatnya celaka. "Lawan terus mas Harto! Jangan mau kalah! Derajat kita lebih tinggi dibanding makhluk itu!" busu Anwar terus memberi arahan, sekaligus meminta para santri mengencangkan bacaannya.   Harto meraung, lalu memuntahkan cairan hitam pekat beberapa kali. Hingga akhirnya memuntahkan cairan bening, dan ja
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

Bab 49

 Rombongan Harto gegas keluar setelah mendengar suara jeritan Nana.  Begitu pun dengan istri anak anak busu Anwar.  "Ya Allah, Busu!" pekik Bani dan yang lainnya bersamaan. Semuanya langsung menyerbu busu Anwar yang terkapar tak sadarkan diri. Sedang di dekatnya  ada tumpukan abu yang berbau menyengat. "Ya Allah, Abah!" pekik istri dan anak busu Anwar bersamaan. "Apa yang terjadi Na? Kenapa busu Anwar seperti ini?" tanya Agung. Nana masih tergugu, ia menangis sejadi-jadinya. Lidahnya bahkan terasa kelu untuk menceritakan semuanya. "Nanti saja tanya itu Mas. Tolong angkat suami saya ke dalam dulu!" pinta istri busu Anwar, wajahnya terlihat sangat khawatir. Mau tak mau, Marto dan yang lainnya membantu mengangkat busu Anwar ke dalam rumah.  "Baringkan di sini saja Mas!" ujar istri busu Anwar, menyiapkan bantal yang sudah dilapisi kain. "Ya Allah, B
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

Bab 50

 Tepat satu minggu berlalu, akhirnya rombongan Harto bersiap pulang ke kota. Harto, Nana dan Ahmad sudah dinyatakan terbebas dari target tumbal dari ibu Harto.  "Sudah siap semua?" tanya Marto, selaku supir. "Sudah Mas, semuanya sudah beres," sahut Harto, mengacungkan jempolnya. "Oke, kalau sudah beres semua, kita pamit dulu ke busu Anwar dan keluarga!" ujar Marto, turun dari kursi kemudi. Di ruang tamu, busu Anwar dan bu Aminah terlihat sendu menatap bus mini di halaman rumahnya. Satu minggu kedatangan rombongan Harto, memberi kesan tersendiri oleh pasangan suami istri itu. "Kalian pulang hari ini?" tanya busu Anwar. "Iya Busu, kami mau mengucapkan terimakasih banyak pada Busu dan bu Aminah sekeluarga, terimakasih sudah menerima kami di sini, terimakasih sudah membantu kami sejauh ini. Kalau tidak ada Busu, mungkin saat ini adik-adik kami masih terjerat dalam lembah hitam itu," ucap Marto, sel
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status