Saat ini aku tidak perduli lagi Mas Rama mau marah atau tidak. Toh bagaimana pun aku berbakti kepada suami dan mertua, tidak akan nampak juga di mata mereka. Dan tidak pernah ada timbal baliknya. Keluarganya saja aku mati-matian mengurus sementara orang tuaku seperti sudah tidak memiliki anak lagi. "Kalau Mas mau mencari wanita lain, silahkan Mas. Adek gak pernah melarang, kok. Kita lihat saja berapa hari perempuan itu akan bertahan dengan kamu." sergahku. Wanita yang mana akan tahan jika diperlakukan seperti ini? Seperti pembantu. Tidak digaji malah aku yang diperas. Kadang aku berfikir sendiri, aku ini bucin apa bodoh?"Kau semakin kurang ajar sama suamimu sekarang ya, Nes," ujar Mas Rama sangat marah."Namanya orang tuaku gak ngajarin ya beginilah, Mas." Jawabku santai. Kulihat wajah mas Rama memerah seperti udang rebus, mungkin menahan amarahnya."Oh ya, Mas ... ATM gaji saya sama Mas 'kan? Boleh saya minta? Saya perlu buat biaya makan saya sama Niken selama tujuh hari kedepan.
Baca selengkapnya