Semua Bab Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius: Bab 1881 - Bab 1890

2714 Bab

Bab 1881

Pada pukul tiga subuh, Wira dan Wulan masih berbaring di tempat tidur saat terdengar suara ketukan pintu yang tergesa-gesa dari luar."Tuan, ada masalah besar! Cepat keluar!" kata Yusup dengan nada cemas dan terus mengetuk pintu kamar. Biasanya, dia adalah orang yang berhati-hati dan selalu mempertimbangkan segalanya dengan cermat. Inilah yang membuatnya dianggap lemah dan tidak berguna, sehingga Kota Limaran tidak diurus dengan baik dan empat keluarga besar juga mendominasinya. Sekarang dia inisiatif mencari Wira begitu pagi dan mengganggu tidurnya, berarti pasti ada masalah besar yang terjadi.Wira merenggangkan pinggangnya dan mengenakan pakaiannya, lalu membuka pintu kamar dan menatap Yusup. Melihat ekspresi Yusup yang cemas, dia menggelengkan kepala dan berkata, "Apa langit sudah runtuh ya?"Bagaimanapun juga, Yusup pernah menjabat sebagai gubernur Kota Limaran, ekspresinya tentu saja harus tenang dalam situasi apa pun. Jika tidak, dia tidak akan bisa mengendalikan situasinya saat
Baca selengkapnya

Bab 1882

Jelas hanya sebuah omong kosong. Kepercayaan terhadap dewa ini hanya kepercayaan spiritual manusia saja. Dewa itu ada jika seseorang memercayainya dan sebaliknya. Semua yang ada di dunia ini memiliki dasar ilmiah dan logikanya sendiri. Jika dewa itu benar-benar ada dan memiliki kekuatan seperti ini, mengapa ada begitu banyak pengungsi di seluruh dunia?"Omong kosong!" marah Wira yang membuat Yusup segera berhenti berbicara lebih lanjut."Ini pasti ulah seseorang. Mungkin juga, benar-benar ada wabah yang menyebar, jadi situasinya menjadi seperti sekarang ini. Kita akan bahas lagi setelah aku tiba di sana." Setelah mengatakan itu, Wira memejamkan matanya dan tidak berbicara dengan Yusup lagi agar tidak emosi.Sementara itu, Yusup merasa bingung. Dia sudah pernah mendengar tentang berbagai penyakit, tetapi belum pernah mendengar tentang wabah. Apakah wabah ini sangat langka? Melihat Wira tidak memedulikannya lagi, dia menyeka keringat dingin di keningnya, lalu tidak berani berbicara lagi
Baca selengkapnya

Bab 1883

"Menurutku, dalam situasi seperti ini, yang pertama harus kita pikirkan adalah kepentingan siapa yang akan terpengaruh setelah kita membuat proyek hidrolik ini. Kalau nggak ada kerugiannya, orang itu nggak akan melakukan hal ini. Dengan begini, kita akan segera menemukan arah yang tepat."Huben memang orang berbakat yang diinginkan semua orang. Setelah mendengar perkataannya, Wira langsung mendapat sebuah pencerahan."Begini saja. Sekarang kita bagi menjadi dua langkah. Pertama, aku akan menyuruh Yusup untuk menyelidiki semalam siapa yang diam-diam mendekati sumur. Dengan begitu, kita bisa segera mengetahui keberadaan pelakunya dan mendapatkan informasi darinya. Kedua, kita juga harus pergi ke kota untuk menyelidiki siapa yang dirugikan oleh proyek ini agar bisa segera menemukan arah yang tepat. Sekarang, yang paling penting adalah menenangkan hati rakyat. Kalau kita nggak bisa memberi sebuah jawaban yang puas, mungkin mereka akan pakai cerita kuil dewa itu untuk mogok kerja. Ini hanya
Baca selengkapnya

Bab 1884

Wira menatap Huben dan bertanya. Dia juga mendengar beberapa informasi tentang Kota Limaran dari Biantara, tetapi hanya sedikit. Ada empat keluarga besar di Kota Limaran, termasuk Keluarga Abizar dan Keluarga Oesman. Meskipun kedua keluarga itu bukan keluarga yang terbesar, mereka juga memiliki posisi yang penting di Kota Limaran."Apa Tuan tahu tentang bisnis Keluarga Oesman?" tanya Huben."Dari laporan Biantara, Keluarga Oesman terlibat dalam bisnis transportasi darat. Konon, kepala Keluarga Oesman, Raju, membangun bisnisnya dari sebuah gerobak saja, lalu terus berkembang menjadi bisnis besar seperti sekarang ini."Setelah mengatakan itu, Wira tiba-tiba menepuk kepalanya dan segera menyadari hal yang sudah diabaikannya yaitu bisnis transportasi darat. Setelah proyek hidrolik selesai, mereka akan kehilangan keuntungan mereka. Oleh karena itu, mereka memang orang yang paling ingin menghancurkan proyek ini."Tuan Huben benar-benar cerdas!" tambah Wira dengan cepat.Huben menggelengkan k
Baca selengkapnya

Bab 1885

"Kalau nggak mau mati, cepat minggir." Wira menatap kedua pengawal di depannya itu dengan dingin sambil meniup asap hitam yang keluar dari senapannya.Setelah saling memandang, kedua pengawal itu segera memberi jalan kepada Wira dan tidak berani terus menghalanginya lagi. Mereka tidak pernah melihat senjata tersembunyi yang begitu hebat. Jika tertembak, mungkin nyawa mereka akan hilang.Wira dan Huben melangkah masuk ke kediaman Keluarga Oesman dengan santai. Dalam sekejap, mereka sudah berada di dalam halaman kediaman itu.Suara di luar gerbang sudah menyebabkan keributan, sehingga satu per satu anggota Keluarga Oesman berkumpul. Saat ini, mereka sedang berada di halaman dengan ekspresi yang sangat muram. Wira dan Huben juga sudah dikelilingi mereka."Panggil kepala keluarga kalian keluar untuk bertemu denganku," kata Wira dengan tenang.Beberapa saat kemudian, semua orang yang berada di tempat itu mulai mundur dan terlihat seorang pria yang mengenakan jubah sutra keluar dari kerumuna
Baca selengkapnya

Bab 1886

Raju sudah bertemu banyak tokoh besar sehingga jauh lebih peka. Ketika Raju masih memikirkan semua ini, Wira tiba-tiba menjulurkan tangan dan menepuk bahunya. Tindakan ini sontak membuat kakak beradik Keluarga Oesman kesal."Sialan, cepat singkirkan tanganmu darinya!" Seto terkenal pemarah. Di Kota Limaran, semua orang tahu karakternya. Para keturunan 3 keluarga besar bahkan tidak berani melawannya secara terang-terangan. Bagaimanapun, Seto bukan hanya galak, tetapi juga kuat. Orang biasa akan sulit untuk mendekatinya."Kamu benar-benar nggak mengenalku?" tanya Wira sembari menatap Raju lekat-lekat. Meskipun nada bicaranya terdengar tidak acuh, tekanan yang dirasakan lawan bicaranya justru begitu kuat.Raju tanpa sadar menggeleng. Dia terus berpikir apakah dirinya pernah melihat Wira atau tidak. Akan tetapi, dia benar-benar tidak merasa dirinya pernah bertemu dengan Wira."Keluarga Oesman benar-benar sombong. Orang yang nggak tahu apa-apa mungkin mengira Kota Limaran ini sudah menjadi
Baca selengkapnya

Bab 1887

Sayangnya, Aariz sama sekali tidak memedulikannya, melainkan berlari ke hadapan Wira dengan cepat dan memasang ekspresi menyanjung.Ini adalah kesempatan besar baginya. Asalkan berhasil mendekatkan hubungan dengan Wira, Aariz yakin Keluarga Abizar bisa menjatuhkan Keluarga Oesman. Lagi pula, tindakan Keluarga Oesman ini sudah keterlaluan."Aariz, kamu nggak mendengar ucapan ayahku? Untuk apa berpura-pura tuli di sini?" tegur Seto saat melihat Aariz bersikap tidak sopan kepada ayahnya.Huben yang berdiri di samping Wira hampir tertawa melihat situasi ini. Aariz dan Raju sama-sama merupakan genius. Mereka mengandalkan kemampuan sendiri untuk membangun industri keluarga besar masing-masing, bahkan mengukuhkan posisi mereka di Kota Limaran.Sayangnya, keturunan keduanya tidak memiliki kemampuan seperti mereka. Bahkan, bisa dibilang keturunan mereka benar-benar tidak berguna!"Seto, aku biasanya sangat bersabar padamu. Tapi, kamu malah menegur ayahku seperti ini? Benar-benar kurang ajar! Ha
Baca selengkapnya

Bab 1888

Seketika, Raju merasa kedua kakinya melemas. Dia kehilangan keseimbangan sehingga berlutut ke tanah."Ka ... kamu Wira!" Meskipun tidak pernah bertemu, Raju tahu bahwa Wira memiliki senjata rahasia. Hanya Wira yang memiliki senjata seperti itu.Raju akhirnya mengerti alasan Keluarga Abizar buru-buru kemari untuk menyanjung. Ternyata, ini karena mereka ingin meninggalkan kesan baik di hati Wira. Raju ingin sekali menampar diri sendiri, kenapa dirinya bisa sebodoh ini?"Bocah, apa yang kamu pegang itu? Petasan, ya?" Seto tidak memperhatikan perubahan ekspresi ayahnya sehingga masih berani bertanya dengan lancang.Begitu mendengarnya, sebagian besar anggota Keluarga Oesman pun tertawa. Wira bergumam lirih, "Kalian akan menangis sebentar lagi.""Kurang ajar! Tutup mulut busukmu itu! Cepat berlutut dan minta maaf kepada Tuan Wira!" Raju sontak membentak Seto. Bagaimana bisa dia punya putra sebodoh ini? Apa Seto tidak bisa melihat bahwa dirinya telah berlutut? Bocah ini masih berani bicara l
Baca selengkapnya

Bab 1889

"Lokasi konstruksi? Aku nggak ngerti maksud Tuan ...." Raju jelas merasa bersalah.Wira berkata dengan tidak acuh, "Sudahlah, kamu nggak perlu berpura-pura bodoh lagi di depanku. Keluarga Oesman berkecimpung di bidang transportasi. Begitu proyek hidrolik selesai, keuntungan keluarga kalian pasti akan terdampak. Jadi, setelah kupikir-pikir, masalah ini sudah pasti berkaitan dengan kalian. Kalaupun bukan kamu, pasti kedua anakmu."Sejumlah besar pekerja tiba-tiba jatuh sakit di lokasi konstruksi sehingga pekerjaan terhambat. Wira bahkan harus menghabiskan banyak uang. Bagaimana bisa dia menerima semua ini?Meskipun Huben mengatakan bahwa eksistensi 4 keluarga besar ini bisa saling menyeimbangi, Wira tidak akan mengampuni Keluarga Oesman begitu saja. Mereka tetap harus menanggung akibatnya kalau memang bersalah."Aku akan bertanya pada mereka sekarang. Tapi, aku yakin keturunan Keluarga Oesman nggak akan melakukan hal seperti itu. Aku akan segera kembali." Setelah mengatakan itu, Raju lan
Baca selengkapnya

Bab 1890

"Kalian yakin bukan kalian pelakunya?" tanya Wira sambil mengamati Raju dengan saksama."Aku bersumpah, masalah ini nggak ada kaitannya dengan Keluarga Oesman. Meskipun nggak tahu Tuan datang ke Kota Limaran, semua orang tahu bahwa proyek itu diputuskan oleh Tuan. Siapa yang berani menentang?" jelas Raju segera.Sementara itu, kakak beradik itu tidak berani berbicara. Mereka sudah mengetahui identitas Wira, tidak mungkin berani bersikap lancang lagi di hadapannya.Hanya dengan satu perintah dari Wira, pria ini bisa memerintahkan semua orang di Provinsi Lowala. Meskipun keluarga mereka termasuk hebat di Kota Limaran, mereka hanya akan mati jika melawan Wira."Masih berani bilang nggak ada kaitan dengan kalian? Kamu berani bersumpah dengan kebohongan? Pantas saja, bisnis Keluarga Oesman kalian menjadi makin besar sekarang." Tiba-tiba, terdengar suara familier dari luar. Terlihat pula Biantara yang berjalan masuk.Amarah Seto telah berkecamuk sejak tadi. Ketika dia ingin berbicara, Sarno
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
187188189190191
...
272
DMCA.com Protection Status