Semua Bab Tawanan Pria Setengah Dewa: Bab 121 - Bab 130

214 Bab

Akhirnya Sadar

“Kau baik – baik saja, Pandora?” “Apa yang sudah dilakukan kakakku padamu?” Pandora segera mendapat pertanyaan mencecar ketika membukakan pintu kamar untuk Avanthe. Dia tidak langsung menanggapi, karena yang terpenting adalah memastikan pintu kembali dikunci dengan rapat. “Tidak perlu buru – buru. Tenangkan dirimu dulu.” Sentuhan Avanthe begitu lembut ketika wanita itu turut duduk di bawah kaki ranjang. Menarik Pandora masuk ke dalam dekapannya. Paling tidak sampai Pandora tak lagi bergegar di luar kendali. “Aku minta maaf jika dia benar – benar melakukan sesuatu yang sangat buruk.” “Dia menyakitiku—bukan kali ini saja.” Pandora sungguh terbata setelah rasa sesak lagi – lagi menyebar di rongga dada. Tubuh Avanthe seolah menjadi perlindungan saat dia membalas pelukan yang menjadikannya sedikit – sedikit lebih baik. Garis besar perbedaan dari dua bersaudara sepupu itu kentara. Benar – benar tidak bisa dibandingkan. Pandora menganggap sebuah kesalahan jika mengatakan Kingston adal
Baca selengkapnya

Menyerah

“Kakak Panda ....”Suara Aceli sayup – sayup merambat pada indera pendengaran Pandora.Aneh.Malam sudah semakin larut, dan gadis kecil itu masih keluyuran di tempat terbuka. Semacam sebuah pengaturan, tetapi Pandora tidak berusaha peduli, sekalipun tiap – tiap langkah yang terangkat selalu disorot dengan lampu mobil yang berjalan pelan di belakang.Aceli sedang bersama seseorang ....Jika Pandora harus berprasangka buruk, dia akan mengartikan Kingston adalah dalang menyedihkan itu. Nyaris satu minggu menghirup udara bebas, Pandora tidak akan mengizinkan pria tersebut kembali masuk ke dalam hidupnya. Tidak dengan menjadikan Aceli sebagai umpan.Sejak dia meninggalkan gedung mentereng. Mereka sudah tidak saling berurusan. Lupakan tentang surat perjanjian. Pandora tidak akan menyudutkan diri sendiri dengan hal – hal tidak berkepentingan.Kehidupan barunya sudah lebih daripada cukup. Sangat sibuk. Tanpa harus memikirkan Kingston dan apa pun yang berkaitan terhadap pria itu.Bersyukur, di
Baca selengkapnya

Terasa Hilang

“Akan kutanyakan kalau aku punya nomor ponselnya.” Sambil menggerutu Anna melangkahkan kaki ke ranjang sendiri. Melempar tubuh ... telentang dan menatap langit – langit kamar asrama untuk menemukan sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. “Kenapa dari dulu tidak kulakukan ini,” gumam Anna tanpa sadar. Ibu jarinya bebas mengulik ponsel setelah masuk ke tampilan aplikasi. Helios .... Dia memasukkan sepenggal nama pada kolom pencarian. Beberapa akun muncul, kemudian Anna mencoba peruntungan dengan membuka satu persatu mulai dari deretan teratas. Nihil. Dia tidak menemukan apa pun. “Panda, apa kau tahu nama lengkap mi ice?” Anna belum menyerah. Segera bangkit duduk di pinggir ranjang, menghadap punggung Pandora, yang dia tahu temannya tidak mudah tertidur, terutama karena keberadaan Aceli di sana. “Aku bertanya padamu, Panda,” ulangnya. Sedikit mengeraskan suara, tetapi saat – saat itulah Anna menyeret Pandora untuk segera berbalik badan. “Aceli sudah tidur. Jangan berisi
Baca selengkapnya

Merindukanmu

“Om Heli sudah jemput.”Aceli melompat – lompat di tempat mengamati mobil Helios berhenti di depan gedung asrama. Pria itu berjalan keluar. Tersenyum sedikit kaku, mungkin karena apa yang dikatakan kemarin malam tidak sepenuhnya benar.Ini sudah hampir lewat jam makan siang. Dan Helios baru tiba dengan membawa buah tangan, yang seharusnya Pandora tolak, dia tidak keberatan akan keberadaan Aceli selama Kingston tidak mengganggu dan selama itu tidak mencampuri jam kerjanya di shift malam. Tetapi Anna tidak sependapat. Gadis itu menerima sekotak besar kue dari Helios sambil memamerkan senyum lebar. Tidak lupa menanyakan nama panjang pria tersebut.“Helios Danco. Aku mendapatkannya.”Sekilas bisikan Anna memberi Pandora efek geli. Dia segera mengsejajarkan tubuh setinggi Aceli untuk merapikan anak rambut yang mencuak ke depan usai ditata menjadi kepangan dua.“Aku akan merindukanmu.”Pandora mencubit pipi Aceli pelan. Kalau dilakukan dengan kasar Kingston akan marah, tapi dia lupa bahwasa
Baca selengkapnya

Waktu Berhenti

“Lepas. Aku tidak punya waktu untuk meladenimu.”Pandora berusaha keras menyingkirkan belenggu genggaman Kingston, tanpa menimbulkan kekacauan yang akan menarik perhatian semua pengunjung, terutama bagaimana dia sedang menghindari kebiasaan manager restoran dari kegiatan memantau.“Kau tidak bisa menggangguku di tempat kerja.” Setengah berbisik. Pandora tidak pernah meninggalkan sorot matanya yang tajam pada sarung tangan kulit milik Kingston—dia akan segera menemukan cara untuk terbebas.“Aku merindukanmu.”“Kau bicara omong kosong. Mengertilah, aku sedang bekerja.”Wajah Pandora mengernyit dalam, sekaligus menyayangkan beberapa pasang mata mulai menjadikannya sebagai pusat perhatian. Sebelah tangan yang lain, yang masih mendekap buku menu, digunakan untuk menarik ujung sarung tangan Kingston—yang ternyata tidak berarti apa pun. Justru sesuatu secara mengejutkan membuat Pandora beku sesaat.Bekas memar dan kulit yang terkelupas mencuak dari pergelangan tangan pria itu ketika gerakan
Baca selengkapnya

Berjuang

“Kau yakin tidak mau ikut denganku?”“Tidak, Marco. Aku bisa pulang sendiri.”Pandora tersenyum tipis ketika Marco, rekan kerja di shift malam, menyelesaikan aktivitas mengunci pintu restoran, yang ditutup satu jam lebih lama dari biasanya.“Tapi ini sudah sangat malam,” ucap Marco sambil mengantongi beberapa anak kunci ke saku celana.“Tidak apa – apa. Aku sudah terbiasa. Lagi pula jarak dari sini ke asrama kurang lebih hanya 300 m.”“Tetap saja kau masih harus berjalan kaki. Tidak ada penolakan, Pandora. Aku akan mengantarmu.”“Tidak. Apa kau lupa terakhir kali kau mengantarku pulang, dan itu sangat membuat Aluna marah. Aku tidak mau sampai kejadian lagi. Rumahmu juga tidak searah.”Cukup sekali Pandora menjadi alasan mengapa Marco ... tempo hari lalu tidak fokus bekerja. Pria itu harus melewati tendensi dan bersitegang bersama sang kekasih karena satu kecemburuan besar.“Dia sudah mengerti kalau kau rekan kerjaku.”“Begitu?” Pandora manggut – manggut, tetapi tidak lagi ... dia tida
Baca selengkapnya

Bagian Tak Terduga

“Kenapa kau terus melihatku seperti ini?” Pandora menjauhkan segelas es di tangan, heran mengamati ekspresi wajah Anna yang terlalu terjal menyorot ke arahnya. “Bukan apa – apa. Aku sedang memikirkan Mr. Nolan yang kehausan, sedangkan kau di sini dengan nikmat menyedot segelas air kelapa tanpa rasa bersalah.” Haruskah Anna bicara sejujur itu. Menyimpulkan kata – kata seolah Pandora yang paling kejam, sementara Anna tidak pernah tahu apa dan dengan alasan yang bagaimana ketika Pandora hanya menceritakan separuh kebenaran, sisanya tak pernah sanggup mengatakan alasan terbesar dari kemarahan kali ini. “Dia bukan tidak tahu apa yang bisa dikerjakan ketika haus dan lapar. Bisa pulang atau pergi membeli sesuatu yang dia butuhkan.” “Ini bukan masalah itu, Panda. Tapi tidakkah kau lihat Mr. Nolan bersedia menunggumu sepanjang malam. Kau yakin masih tidak mau memaafkannya?” Demi apa pun, tidak ada yang bisa menjabarkan perasaan Pandora sampai detik di mana dia sebenarnya tidak pernah berh
Baca selengkapnya

Dramaturgi Teater

“Karena satu dan hal lain yang masih dikerjakan Mr. Zade selaku dosen pengampuh mata kuliah dramatrugi, di Sidney selama tiga bulan ke depan. Maka untuk sementara waktu saya akan menggantikan beliau.” “Kami menggunakan sistem rolling.” “Saya akan mengajar di tiga bulan pertama sampai ujian tengah semester, kemudian Mr. Zade akan kembali mengampuh mata kuliah sampai ujian akhir.” “Tidak ada aturan berbeda di kelas saya dan Mr. Zade. 30% poin diambil dari masing – masing nilai ujian, 30% tugas, dan kehadiran 10%.” “Jika absen lebih dari tiga kali tanpa surat atau apa pun, saya tidak akan memberi kalian izin untuk mengikuti ujian. Dan itu sudah dipastikan kalian tidak akan lulus. Silakan mengulang di semester depan.” Untuk pertama kalinya Pandora tidak memiliki fokus yang baik ketika Mr. Lee ada di depan kelas. Menuturkan aturan kuliah di awal pertemuan dengan layar monitor yang sudah menyala. Tubuh dan tatapannya memang sedang di satu ruang berisikan beberapa orang, termasuk dua a
Baca selengkapnya

Hadiah Permintaan

“Selamat menikmati, Sir ....”Satu ucapan dibarengi senyum tipis yang Pandora lakukan untuk menarik langkah mundur. Dia akan segera meninggalkan kesibukan di tengah padat kedatangan tamu restoran. Secara tidak sengaja menyambar bagian lalu lalang, bertepatan dengan munculnya pria yang sedang menunduk—fokus menuntun langkah kecil itu melewati ambang pintu.Sesuatu yang berbeda. Sebuah pemandangan ajaib yang merupakan tampilan baru dari dua orang tersebut. Pandora terpaku untuk beberapa saat. Menilai Aceli seperti princess kecil dalam balutan gaun putih berkelip. Ada mahkota di bagian kepala dan rambut yang disanggul rapi, beserta manik – manik menghias menambah kesan mewah, menjadikan wajah polos demikian sangat berseri – seri.Satu lagi ....Perhatian Pandora jatuh pada pria dengan kemeja senada dan jas yang begitu kontras. Potongan rambut Kingston dan cara menyisir ke belakang membuat pria itu segar, terutama cukuran pada rahang adalah bagian dari kebiasaannya berpenampilan.Nyaris t
Baca selengkapnya

Kuda Poni

Sebuah janji telanjur dinobatkan sebagai hal terpenting di sini. Seandainya kata – kata terucap bisa ditarik kembali, maka Pandora tidak akan pernah memberikan Aceli harapan, seperti iris mata yang menatap Pandora dengan binar.“Kakak Panda, mau, kan?”“Ya. Tentu saja.”Sudut bibir Pandora melekuk getir. Dia mungkin akan memaafkan Kingston atas nama Aceli, tetapi untuk benar – benar menerima pria itu secara utuh. Pandora masih membutuhkan waktu yang panjang.“Terima kasih, Kakak Panda.”Satu tindakan manis Aceli saat melingkarkan lengan di leher Pandora secara tidak langsung menariknya berpaling ke arah Kingston. Perhatian yang tertuju begitu lekat, hingga tatapan memuja yang terlalu dalam sedikit membombardir perasaan Pandora. Dia bertanya – tanya mengapa harus dengan demikian Kingston menunjukkan ketertarikannya.“Aceli mau makan kue?”Cara yang tepat untuk menghindari segala jenis deburan dada dan menjernihkan biang gelisah adalah mengakhiri sentuhan dari Aceli.Pandora memberi sat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
22
DMCA.com Protection Status