Semua Bab SERPIHAN DENDAM MASA LALU: Bab 21 - Bab 30

115 Bab

Niat Caroline

“Kau setuju?” tanya wanita dengan rambut sedikit curly itu, dia berharap apa yant dia usahakan kali ini berhasil. “Terserah kau saja kalau ragu, apa kau tahu wanita yang bekerja di rumahmu sekarang?” Rianne masih diam, apakah dia harus percaya pada wanita di depannya sedangkan dia tahu bahwa wanita itu tidak menyukainya.“Apa tujuanmu membantuku? Apakah karena kau takut aku akan merebutnya darimu?” sindir Rianne membuat Caroline mengepalkan tangan.“Nona … jangan khawatirkan itu, saya bahkan tidak pernah tertarik dengannya lalu kenapa nona terlihat sangat bersemangat membantu saya?”“Rianne … aku mencintai Alexander, kau mungkin tidak tertarik padanya tetapi bagaimana dengannya?”Rianne menghela napas, dia juga jengah dengan hidup ini, dia juga ingin pergi jauh, meninggalkan semua kenangan pahit yang di alaminya, “Baiklah, aku akan pergi, Nona jangan khawatir,” Setelah mengatakan itu Rianne bangkit dari duduknya dan meninggalkan Caroline yang tersenyum dengan lebar.“Gadis bodoh!”H
Baca selengkapnya

Hilangnya Rianne

Sampai di ruang kerjanya, Alexander melihat sebuah kotak berukuran sedang disana, dan dengan langkah lebar Alexander mendekati meja tersebut dan meraih benda yang kemungkinan Rianne bawa.Perasaannya sudah tidak enak tetapi dengan tidak sabar dia membuka, wajahnya memerah karena seperti tahu apa yang ada di dalam, dan benar saja seperti apa yang dia pikirkan.“Anna!!” geramnya dan melempar kotak yang ditangannya, isi yang penuh berhamburan di dalam ruangan yang didominasi oleh warna hitam tersebut.Saat akan keluar dia melirik sebuah kertas lain di antara kertas-kertas lain yang berserakan.“Tuan, saya kembalikan sisa hutang kakak saya, setelah ini kita tidak ada urusan apapun, tapi yakinlah kita akan bertemu kembali,” RianneKalimat singkat yang Rianne ungkap di atas kertas putih itu diremas kuat oleh Alexander, dia merasa ada yang tidak beres selama dia pergi. Dengan langkah yang sangat cepat naik.Setelah mandi dan mengganti pakaian dia langsung saja bergegas bersama Rafh, dia haru
Baca selengkapnya

Pelampiasan Sang Tuan

Setelah jam makan siang selesai, dengan senyum mengembang Renata masuk ke dalam ruangan sang Tuan. Rok hitam spannya yang terkesan sangat ketat membuat bagian belakang sangat menonjol. “Duduklah!” Alexander yang sudah duduk di sofa single meminta Renata duduk. Mereka tidak hanya berdua ada Rafh juga disana. Dan itu membuat Renata sedikit kecewa. Renata duduk. Sedikit canggung karena ada Rafh disana, dan untungnya tuan yang rupawan ini mengerti, “Rafh tinggalkan kami berdua,” pria tinggi dan bermata coklat itu berdiri lalu membungkuk sedikit. Sekarang tinggallah dua orang lawab jenis yang baru beberapa hari melakukan hal panas. Wajah Renata memerah karena malu karena mengingat semuanya. “Tu-tuan. Tugas apa yang akan saya kerjakan?” tanya nya sedikit tergagap. Entahlah biasanya Renata sangat lancer dan fasih. “Kemarilah!” Alexander memanggil Renata agar lebih dekat dengannya, sungguh tawaran yang tidak boleh di lewatkan begitu saja. “Duduk di bawah!” Alexander memerintahkan Renata
Baca selengkapnya

Menemukan Rianne

Rafh menikmati setiap sentuhan yang Caroline berikan, matanya tertutup merasakan tangan lembut itu menjelajah pada tubuhnya yang sudah bergetar karena tidak bisa menahan gejolak yang semakin membuncah.“Hentikan nona!” Rafh menangkap tangan Caroline dan menjauh meninggalkan wanita yang hampir saja membuatnya mendapatkan malapetaka jika tidak cepat menghindar.Tetapi betapa terkejutnya dia saat melihat siapa yang sudah masuk dalam kamarnya dengan senyuman yang memabukkan. Caroline menutup pintu dan membuang kunci dengan sembarang.“Nona, apa yang anda lakukan?” bohong jika Rafh tidak tergoda melihat penampilan menggoda dari kekasih tuannya, tubuh sintal dan wajah bak bidadari, Rafh menelan ludah susah payah, mencoba menghindar.“Kenapa menghindar? Apakah kau tidak suka dengan sentuhanku?” suara Caroline sangat lembut membuat bulu kuduk Rafh semakin meremang. Jiwa kelelakiannya bangkit namun masih berusaha ditahan.“Nona. tuan Alexander tidak akan suka jika anda melakukan ini. Tolong ke
Baca selengkapnya

Membawa Rianne Kembali

Rianne mematung, jelas dia melihat darah mengalir dari lengan Orlando, tetapi pria itu hanya menampakkan wajah biasa saja seolah dia hanya terkena suntikan kecil. Sementara itu, para pengawal yang bersama Orlando semua mengarahkan senjata pada Rafh dan Alexander yang memang datang hanya berdua. Mungkin.“Minta anak buahmu turunkan senjata mereka atau ku pastikan kau tidak akan melihat dunia lagi,” suara Alexander pelan tetap tersirat rasa kesal karena tangan berdarah itu masih tetap menggenggam tangan Rianne yang terlihat bergetar.“Tu-tuan, jangan lakukan apapun padanya, aku akan melunasi bunga hutang kakakku,” Rianne terbata tetapi tetap berusaha kuat, tetesan darah dari tangan Orlando semakin membuatnya takut.“Hutang? Apa maksudmu dengan hutang?” Orlando menoleh tetapi dia sudah melihat Rianne yang berlari dengan terburu ke dalam rumah. Seperginya Rianne Orlando memerintahkan anak buahnya menurunkan senjata.“Berapa sisa hutang Arche padamu?” Orlando tanpa basa basi, karena semaki
Baca selengkapnya

Jebakan Alexander

Rianne yang mendapatkan serangan mendadak dari Alexander, begitu marah berulang kali menggosok keras bibirnya tetap saja bekasnya seperti tidak akan bisa hilang, “Aku akan membunuhmu brengsek!!” geramnya.Rianne turun ke lantai bawah dimana sudah ada Alexander yang duduk masih membelakanginya, “Duduklah! Atau kau mau aku mengangkatmu?” kata Alexander tanpa berbalik, dia tahu wangi parfum yang Rianne pakai karena dia yang menyediakan semuanya.Tidak lama setelah Rianne duduk Rafh datang dengan penampilan lebih segar, Alexander hanya tersenyum miring karena sudah tahu apa yang terjadi. “Duduklah Rafh!”“Kau, bagaimana kau ada disini?” Caroline yang baru saja datang begitu terkejut saat melihat siapa yang duduk dengan manis di sebelah kekasihnya Alexander.Rianne menoleh kearah suara, dia tersenyum kecil dan menundukkan kepala sebagai tanda hormat, “Selamat pagi Nona,” sapa Rianne.Alexander yang berada di sana tersenyum karena wanita nya bukan wanita yang akan takut jika ada bahaya mengh
Baca selengkapnya

Nasib Rianne

Rianne mematung karena mendengar ucapan Alexander yang tidak masuk akal. “Tidak. Aku tidak akan melakukannya,” Rianne jelas tidak akan menolak.“Terserah kau saja. Kau tinggal melihat kami atau kau gantikan dia,” dengan perasaan kesal Rianne duduk kembali dan membiarkan Rafh menutup pintu.Sekarang tinggallah mereka bertiga di dalam ruangan, Alexander melirik Rianne dengan ujung matanya, lalu kembali menatap mangsa yang menagantarkan diri dengan suka cita.“Sekarang tunjukkan bagaimana kau melayaniku!”Rika dengan senang hati melakukannya, perlahan dia menundukkan diri, mengecup pelan rahang tegas Alexander. Pria itu mendongak dengan menutup mata, di bayangannya yang melakukannya adalah Anna.Rika yang mendapatkan kesempatan emas tidak membuang waktu, dia mendengar sendiri dari teman-temannya bahwa pria yang tengah melayang karena kelihaiannya ini sangat susah untuk di taklukkan.Rika berjongkok di kedua paha sang pria dengan senyum mengembang, sementara Rianne sudah membuang muka sej
Baca selengkapnya

Mencoba Keberuntungan

Caroline yang sejak tadi melihat dan mendengar Alexander yang marah karena kehilangan Rianne sangat kegirangan. Dia mendekat dengan pelan dan duduk di samping kekasihnya.“Kau kenapa?” tanya Caroline berbasa-basi memainkan tangannya di dada bidang Alexander.Alexander menghentikan tangan Caroline dan berdiri meninggalkannya. Tetapi bukan Caroline namanya jika menerima penolakan, “Sayang, kau kenapa?”“Berhenti di tempatmu dan jangan mendekat!”Caroline mematung, tangannya mengepal kuat hingga buku-buku tangannya terlihat memutih, “Apa salahku? Kenapa kau selalu saja mengabaikanku?!” Caroline berteriak. Dia sangat kesal bagaimana bisa Alexander hanya menganggapnya teman ranjang jika dia butuh saja.Alexander memutar badan dan membuat Caroline sontak mundur selangkah, “Kau berani berteriak padaku? Sudah berapa kali ku katakan berhenti. Aku tidak akan pernah bisa membalas perasaanmu.”Napas Caroline naik turun dia sangat kesal bagaimana mungkin pria itu bisa sekejam itu padanya, apakah A
Baca selengkapnya

Tertangkapnya Richard

Rianne mundur dengan bersamaan langkah lebar di depannya semakin mendekat. “Kau tidak lelah terus berlari dariku, Anna?” suara bariton Alexander membuat Rianne tercekat. Mimpi indah yang diharapkan nyatanya mimpi buruk yang menghampiri.“Bagaimana kau bisa –,” Rianne mengingat, “Dimana Dokter Richard? Kau tidak melukainya kan?” tanya Rianne terlihat khawatir dan Alexander membenci itu.“Keselamatannya tergantung dari sikapmu.” Kata Alexander semakin mendekatkan diri, tangan kekarnya sudah menyentuh wajah mulus Rianne, membuat sang wanita semakin kesal.“Diamlah! Atau aku membunuh pria yang sudah berani padaku.”Rianne mengeleng, dia tidak memikirkan hal ini kemarin saat mencoba kabur. Jika dia tahu Alexander akan dengan mudah menangkap mereka dia tidak akan melibatkan Richard.“Jangan lakukan apapun padanya, kau boleh menghukumku asal jangan libatkan orang lain lagi.” Rianne sudah terduduk dibawah lantai, mengingat bagaimana kematian kakaknya, penembakan atas Orlando dia tidak aka
Baca selengkapnya

Tusuk Konde Kematian

“Tidak. Aku mohon jangan mendekat.” Rianne terus mundur dan memeluk diri. Tetapi kelima pria yang mencari mati tidak menghiraukan ketakutan mangsa mereka, semakin takut Rianne semakin bernafsu juga mereka.“Alexander!!” teriak Rianne. Dia benar-benar ketakutan sekarang.Pria-pria yang mencari perkara pada raja singa itu hanya tertawa, melihat mangsa yang sudah tersudutkan, melihat posisi Rianne mereka yakin kalau mereka akan bersenang-senang dengan mudah karena kelemahan Rianne.Namun yang membuat mereka terkejut saat Rianne sudah berdiri dan mengarahkan tusuk konde miliknya, tusuk konde pemberian kakaknya Arche, jarang terlihat memakainya karena Rianne menyimpannya di balik baju.“Jangan mendekat atau aku akan membunuh kalian.” Rianne mengarahkan tusuk konde berwarna hitam pada kelimanya secara bergantian. “Aku bilang jangan mendekat!” Rianne semakin mengarahkan tusuk konde runcingnya, perlahan kelimanya menjaga jarak karena tidak tahu kalau Rianne memiliki senjata, tetapi tekad mer
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status