Semua Bab SERPIHAN DENDAM MASA LALU: Bab 101 - Bab 110

115 Bab

Dimana Lyora

Alexander berdiri dan menjauhkan diri dari Orlando, tetapi siapa sangka bahwa pria itu malah menarik kaki Alexander dan kembali menerjangnya. Perkelahian kembali terjadi. Anak buah Alexander yang bersiap akan menyelamatkan tuannya terpaksa berdiam diri saat Orlando mendekatkan pisau kecil dengan dua mata tajam ke arah leher Alexander."Turunkan senjata kalian atau lehernya kupotong sekarang!"Semua menurunkan senjata dengan perlahan, Alexander tidak melakukan apapun walaupun dia sangat ingin. Ia hanya saling tatap dengan Rianne yang juga sangat terkejut dengan apa yang Orlando lakukan."Rianne, minta suamimu melepaskan Lyora sekarang juga.""Lyora?""Yah. Suami bejatmu ini, menculiknya dan menyekap adikku." Rianne meminta jawaban dari Alexander yang bernapas saja akan sangat membahayakan, pisau itu menempel di kulit lehernya. Sekali tekan saja, sudah bisa dipastikan Alexander tidak akan selamat kecuali dia memiliki banyak nyawa."Bicaralah! Katakan dimana kau menyembunyikan adikku bre
Baca selengkapnya

Aku Memang Mencintaimu

Rafh menghembuskan napas pelan, "Kenapa bertanya pada kami? Tujuan kami asalah menyelamatkan nyonya Rianne bukan menculik Lyora.""Brengsek." Satu tinjuan tertahan di udara saat suara dering ponsel terdengar, Orlando meraih ponselnya dan melihat siapa nama si pemanggil."Lyora ... kau dimana?"Orlando masih menatap musuh pada Rafh yang tidak terpengaruh sedikitpun."Kau baik-baik saja? Maksudku, apakah ada yang menghadang atau menculikmu?"Orlando mematikan ponselnya dan berdecak melihat Rafh yang hanya mengedikkan bahu acuh padanya.Orlando kembali pada Rianne yang masih menunggu di kursi tunggu, menutup wajah dengan kedua tangan. Orlando menghela napas panjang, ingin marah pada siapa jika Rianne yang dicintainya tidak ingin bersamanya?"Rianne, aku ...."Rianne menoleh, menampilkan senyum ramahnya pada Orlando, "Bagaimana Lyora? Rafh sudah memberitahumu dimana dia?"Orlando tersenyum kaku, "Suamimu, selain membuat wajahku rusak dia juga membodohiku berulang kali." Orlando mengusap a
Baca selengkapnya

Nyonya Yang Akan Membalasnya

Alexander berdecak, "Kalau begini aku, rela melukai diri sendiri terus. Kau akhirnya mengakui kalau mencintaiku."Rianne mengangkat wajah, "Memang aku belum mengatakannya, ya?"Alexander mengangguk, "Mana mau istriku yang cantik ini mengaku." Rianne kembali terkikik geli, dia lupa apakah memang benar dia tidak pernah mengakui mencintai Alexander selama ini."Kalau begitu, aku akan terus mengatakan kalau aku mencintaimu." Putus Rianne membuat Alexander semakin mengeratkan pelukannya."Aku semakin merasa bersalah, aku menghancurkan hidupmu dan sekarang kau berikan seluruh hatimu untukku.""Itu juga hukumanmu."Alexander mengangguk, "Kalau hukuman ini, aku menyukainya. Tidak apa kita tidak bercinta selama setahun, asalkan masih bisa seranjang denganmu.""Otakmu hanya ada itu ya?"Alexander tertawa, "Aku ini pria normal, mana tahan kalau melihat tubuh molek meliuk di depan mata."Alexander langsung memejamkan mata karena sadar dia salah bicara, sementara Rianne memicingkan mata karena ter
Baca selengkapnya

Perasaanku Tidak Enak

Rianne mengangguk. Dengan gerakan kuat Alexander berpacu mengejar pencapaian begitupun dengan Rianne yang sudah menancapkan kuku di punggung Alexander juga siap dengan ledakan besar."Aaaaaakh." Keduanya sampai bersama lolongan merdu terdengar di dalam kamar yang kedap suara. Tubuh mengejang Rianne pertahan melemas dengan jatuhnya Alexander diatas tubuh polos dan basah sang istri.Satu kecupan mendarat di kening, dan ditambah dengan kecupan lain di kelopak mata yang tertutup juga bibir yang terbuka sedikit yang masih terengah mendapatkan bagian bertubi-tubi.Alexander mengecupi seluruh wajah Rianne barulah dia menjatuhkan diri ke samping istrinya. Membawa tubuh polos itu masuk dalam pelukannya."Sayang, berjanjilah, jangan lagi meninggalkanku. Hmmm."Rianne mengangguk lemah, membalas pelukan sang suami dan mulai memejamkan mata.Alexander masih terjaga, mendengar deru napas halus sang istri yang sudah terlelap dengan damai setelah bekerja keras.Jemarinya membelai wajah Rianne yang m
Baca selengkapnya

Apa Yang Kau Lakukan?

"Kau tidak apa-apa?"Frea mengangguk, langsung memeluk Alexander dan menggunakan air matanya sebagai senjata paling manjur."Maya!!" Teriak Alexander. Luka Frea memang harus segera diobati. Maya yang mendengar teriakan itu langsung berlari dan masuk memeriksa keadaan. Sementara Rafh akan memeriksa nyonya-nya."Ya, Tuan.""Tolong kau lihat luka Frea. Aku akan naik memeriksa Anna." Maya mengangguk tetapi Frea langsung mencegah, dia ingin Alexander menemaninya sebentar."Sebentar saja. Kau tau, 'kan aku takut dengan suntikan." Kilahnya."Nona. Saya. Tidak akan menyuntik Anda. Saya hanya memeriksa dan membersihkan lukanya." Frea menggeleng, memohon pada Alexander untuk tidak meninggalkannya.Menghela napas panjang Alexander duduk dan menunggu Frea yang sementara dibersihkan lukanya.Di dalam hati, Maya mengutuk tuannya, karena masih dapat terpedaya dengan wanita ular di hadapannya."Dia melukaiku." Adu Frea."Maafkan dia. Anna hanya tidak suka miliknya diganggu." Frea sudah menggunakan se
Baca selengkapnya

Rafh Tertular Penyakit Aneh

Frea mendongak lalu kembali mengusap bagian itu, sedikit keras dan--besar. Alexander mengeram.karena Frea begitu lihai hanya dengan mengusapnya saja."Aku bisa membantumu menanganinya." Kata Frea tahu kalau Alexander sudah berada puncak, semakin intens juga dia mengusapnya.Alexander mendongak dengan mata terpejam ingin menghentikan aksi Frea tetapi terlalu nikmat baginya. Frea mengeringai tahu kalau Alexander tidak akan mampu menahan diri.Tangan sebelahnya membuka resleting, menariknya turun perlahan. Jantungnya sudah berdebar kencang karena apa yang ingin dilihatnya selama ini sebentar lagi akan menjadi nyata.Mata Frea sudah tidak sabar menunggu sesuatu itu terlihat jelas, namun itu sebelum pintu kamar Alexander di ketuk.Frea mengepalkan tangan kuat, apalagi saat melihat Alexander berdiri dan menjauh darinya. Terlihat Alexander menaikkan kembali resleting nya dan berjalan ke pintu setelah memperbaiki raut wajahnya yang tegang. Persis seperti seorang yang tertangkap basah telah me
Baca selengkapnya

Kau Yakin Dia Akan Kembali?

Sementara itu, Maya sudah melepas rangkulannya dari Rafh saat Caroline datang mendekatinya. Senyum wanita itu masih tetap sama seperti dulu manis dan juga--menawan.Maya berdehem, berniat akan meninggalkan keduanya tetapi Rafh menahan tangannya. Maya jelas merasa tidak enak, mereka bukan tokoh utama dalam cerita ini tetapi Rafh seolah mengambil peran lebih banyak. Itu yang Maya pikirkan."Bagaimana kabarmu?" Caroline menyapa lebih dulu, memperhatikan Rafh seperti biasanya, bahkan tatapannya juga masih sama seperti dulu."Baik, Nona." Caroline menyapa Maya juga, wanita yang bisa Richard bahas saat mereka senggang, "Anda Dokter Maya, bukan?" Maya mengangguk."Panggil Maya saja. Nona."Caroline terkekeh, "Baiklah, senang bertemu denganmu, Richard selalu membahas dirimu." Maya hanya tersenyum kecil.Caroline menoleh ke kiri dan ke kanan, ada yang belum terlihat olehnya, "Dimana Rianne? Aku tidak melihatnya?" Tanyanya pada Rafh."Nyonya, tidak ikut."Alis Caroline naik setengah, "Kenapa?
Baca selengkapnya

Kau Manis Sekali

"Bagaimana? Rafh mengakuinya?" Bukan Alexander yang bertanya tetapi Richard. Caroline masuk ke kamarnya dengan wajah lesu. Di dalam kamar sudah ada Richard, mantan Dokter Alexander ini belum bertemu langsung dengan mantan majikannya.Alasannya karena Alexander yang terus menghilang."Tidak. Dia juga tidak tahu katanya." "Kau yakin? Bisa saja Rafh berbohong."Caroline melepas pakaiannya begitu saja di hadapan Richard, juga mengganti dengan pakaian baru tanpa merasa malu. Richard hanya menggeleng karena kekasihnya ini sangat--berbeda."Tidak. Aku tahu kapan Rafh berbohong dan tidak."Richard berdiri dan memeluk Caroline dari belakang, "Aku cemburu. Sepertinya kau memang ada rasa padanya."Caroline berbalik dan mencubit kedua pipi liat Richard, "Jangan memancing. Kau juga mencintai Rianne kan? Jadi aku harus bagaimana?""Masa lalu. Sekarang masa depanku ada di hadapanku." Richard menaik turunkan alisnya dan Caroline tahu apa maksud kode itu."Tidak sekarang, aku harus menemui Alexander.
Baca selengkapnya

Mataku Terkena Debu

"Untuk apa kalian datang? Dan kau Richard, kita sudah berjanji, kau akan rahasiakan ini dari siapapun. Aku kecewa." Richard menghela napas pelan, "Anna, kau tidak merindukannya? Tuan terlihat sangat khawatir."Richard kembali menambahkan, "Dia harus tahu kabar kehamilanmu."Rianne menggeleng, "Jangan beritahu dia, biarkan dia hidup sesukanya, sampai kapanpun Alexander akan tetap seperti itu."Caroline mendekati Rianne, duduk di sebelahnya, tangan halusnya langsung menyentuh perut Rianne, "Bagaimana rasanya hamil?" Tanya nya menatap Rianne, dia melanjutkan, "Sejak awal hubungan kita tidak baik. Tapi, aku akan meluruskan sedikit masalahmu."Sambil mengelus perut Rianne dia melanjutkan, "Beri dia kesempatan sekali lagi. Aku mendukungmu meninggalkannya dan menikah dengan pria lain kalau dia sampai mengkhianatimu lagi."Caroline melanjutkan, "Alexander sudah meninggalkan usaha di rumah pelacuran. Sudah menyerahkan tempat perjudian pada Roi juga. Dan ku dengar markasnya meledak." Caroline
Baca selengkapnya

Kau Menolak?

Saat kembali ke rumah, Orlando dikejutkan oleh banyaknya mobil mewah berwarna hitam terparkir tepat di depan rumahnya.Bukan hanya itu, beberapa orang berbadan besar sudah menodongkan senjata api di kepalanya dan Lyora. Gadis itu tentu saja pucat, memegang kuat lengan kakaknya dengan badan bergetar."Jangan takut." Bisik Orlando.Lyora mengangguk dan tetap berpegangan teguh di lengan kakaknya, kakinya sudah lemas melihat senjata-senjata itu mengarah tepat di pelipisnya.Orlando berjalan pelan, begitupun dengan mereka yang tetap tidak melepasnya."Turunkan senjata kalian. Kalian tidak melihat adikku ketakutan." Jengah Orlando. Tahu siapa yang bertamu di rumahnya tato kecil berlambang kelabang di leher mereka sudah menunjukkan dari mana asalnya."Ikut saja. Kami tidak akan melakukan apapun selama Tuan tidak melawan." Orlando mendengus, sejak tadi dia diam, tidak melawan tetapi orang-orang ini yang keterlaluan. Sampai di dalam rumahnya. Orlando sudah disambut oleh pria dengan mata tajam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status